Hari Anak, Bocah Korut Menenteng Senapan dan Melempar 'Granat'

Murid sekolah dasar di Pyongyang, Korut, memperingati hari anak nasional dengan mempelajari keterampilan militer.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 10 Jun 2017, 08:24 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2017, 08:24 WIB
Seorang anak laki-laki tengah memanjat papan penghalang seperti seorang anggota militer dalam peringatan hari anak nasional Korea Utara (AFP)
Seorang anak laki-laki tengah memanjat papan penghalang seperti seorang anggota militer dalam peringatan hari anak nasional Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memang beda. Di negara lain, hari anak dirayakan dengan liburan atau permainan yang menyenangkan. 

Di Pyongyang dan sekitarnya, pada hari anak, para bocah diajari keterampilan militer alias perang-perangan. 

Mereka pura-pura jadi tentara, menenteng senapan, merangkak, melempar granat bohong-bohongan, dan melewati halang rintang--seakan musuh ada di depan mata. 

Aktivitas militer untuk merayakan hari anak adalah ide sang Pemimpin Tertinggi, Kim Jong-un.

Seorang guru mengatakan, tujuannya adalah membangkitkan semangat anak-anak, sekaligus menanamkan sikap bela negara.

Seorang anak gadis membawa senapan mainan dan berusaha melewati rintangan (AFP)

Anak-anak itu, kata sang guru, juga harus dipersiapkan secara fisik dan mental untuk menghadapi musuh saat beranjak dewasa kelak.

Kegiatan tersebut sejalan dengan kebijakan Songun: bahwa militer adalah yang pertama dan utama. 

Seorang murid bernama Myong Hyon-Jong mengaku bercita-cita jadi tentara. Ia yang suka pelajaran matematika bertekad melindungi sang Pemimpin, Kim Jong-un.

"Kami harus mempersiapkan diri untuk mempertahankan negara," ujar anak 10 tahun tersebut.

Belajar Loyalitas

Semua murid sekolah dasar Korea Utara secara otomatis tergabung dalam Korean Children’s Union. Mereka mengenakan seragam khusus, lengkap dengan syal merah yang menjadi lambang di setiap negara komunis.

Sejak belia mereka sudah diajarkan untuk setia kepada pemerintah. Tak hanya latihan ala militer, otak anak-anak juga dijejali kisah-kisah heroik, prestasi, dan pengabdian yang sudah dilakukan oleh para "pria hebat" di Korut.

Para pria hebat itu merujuk pada nama pendiri Korea Utara, yaitu Kim Il-sung dan penggantinya Kim Jong-il -- kakek dan ayah Kim Jong-un. 

Mereka juga diajarkan untuk menjunjung tinggi nilai "Juche"-- ideologi Korea Utara yang berarti "kemandirian".

Setelah acara selesai, para siswa akan menari membentuk sebuah formasi dan menyanyikan lagu "We Have Nothing to Envy in the World"--yang mengingatkan mereka untuk tidak iri pada negara lain.

Para siswa juga menyanyikan kidung pujian setinggi langit untuk Kim Jong-un.

"Kalian tidak boleh melupakan cinta dan pengabdian dari pemimpin bangsa Kim Jong-un," ujar kepala sekolah di hadapan para murid dan orang tua.

"Belajarlah dengan keras sehingga bisa menjadi pria hebat di masa depan," tambahnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya