Jilat Alis dan Cicip Urine, 10 Cara Aneh Deteksi Penyakit Manusia

Terkadang ada saja misteri di dunia kedokteran yang solusinya didapat dengan cara tidak biasa. Seperti yang berikut ini.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 29 Jul 2017, 21:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2017, 21:00 WIB
Dokter cantik
Ilustrasi dokter wanita cantik. (Sumber Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Dunia kedokteran tak selalu seperti yang digambarkan dalam film-film atau serial televisi semisal serial House, yang menceritakan sosok jenius yang langsung mengerti semua diagnosis penyakit.

Umumnya pekerjaan medis harus melalui jalur panjang, mulai dari mengamati gejala pada pasien hingga 'inti' masalahnya ditemukan. Dengan demikian, banyak orang yang akan bisa diselamatkan.

Kendati demikian, terkadang ada saja misteri kedokteran yang solusinya didapat dengan cara tidak biasa. Seperti menggunakan hewan atau pemeriksaan yang tak lumrah.

Berikut ini 10 cara aneh untuk mendiagnosa penyakit yang dikutip dari listverse.com pada Sabtu (29/7/2017), 

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

1. Endusan Anjing

Latihan anjing pengendus kanker. (Sumber PBS)

Selama ini, kepekaan indra penciuman anjing bermanfaat bagi angkatan bersenjata, polisi, dan pemburu, misalnya untuk menemukan bom, narkoba, atau benda selundupan. Sebab binatang itu bisa dilatih untuk menemukan berbagai hal dengan kemampuan itu.

Kepekaan indra penciuman anjing ternyata juga bisa digunakan sebagai sarana pendeteksi penyakit.

Banyak penyakit menyebabkan perubahan metabolik dalam tubuh yang mengakibatkan perubahan kadar zat tertentu atau munculnya zat kimia baru. Hal itu memang bisa terdeteksi dengan tes darah, tapi pembacaan hasilnya membutuhkan waktu.

Tapi dengan penciuman anjing yang terlatih, jawabannya bisa didapatkan segera.

Sejauh ini sudah ada anjing yang dilatih mencium bau berbagai jenis kanker, rendahnya kadar gula, dan bahkan datangnya serangan kejang-kejang.

Tapi belum banyak anjing yang terlatih karena pelatihannya memakan waktu dan biaya. Anjing juga bisa bosan kalau terlalu lama tidak mencium ada penyakit.

2. Mencicipi Urine

(Sumber Wikimedia Commons)

Lidah adalah organ yang serba bisa. Sebelum ditemukannya analisa kimia yang teliti, lidah adalah alat bantu terbaik bagi dokter.

Terdengar menjijikkan, tapi pencicipan urine pasien bisa memberitahu dokter tentang apa yang salah pada pasien.

Sebagai contoh, pada tahun 6 Sebelum Masehi, seorang dokter Hindu bernama Sushrata menuliskan penjelasan tentang 'Urine Madu' yang disebutnya menarik perhatian semut. Ia pun mencicipi urine seperti itu.

Di masa kini, akhirnya diketahui bahwa urine seorang penderita diabetes yang tidak diobati mengandung kadar gula tinggi. Sesuai dengan analisa dokter zaman dahulu kala.

Lainnya pada Abad ke-17, seorang dokter Inggris mencatat hal yang sama dan memberi istilah "kencing setan" karena urine menjadi "manis seakan dibubuhi madu atau gula."

Tentu saja manisnya kencing tidak harus dicicipi. Dalam suatu kasus, hal itu ketahuan ketika ditemukan kristal-kristal gula pada sepatu hitam milik pasien. Kristal-kristal itu terbentuk setelah cipratan urine mengering.

3. Uji Kehamilan oleh Kelinci dan Kodok

Penggunaan kodok Xenopus laevis sebagai sarana uji kehamilan. (Sumber Wikimedia Commons)

Cukup lama dalam sejarah manusia, kaum wanita harus menunggu beberapa bulan hingga mengetahui kehamilanya setelah perutnya membuncit.

Di awal Abad ke-20, ada kemajuan dengan hadirnya uji kehamilan oleh kelinci dan kodok.

Ketika hamil urine wanita mengandung hormon khas, yaitu human chorionic gonadotropin (hCG). Pengujian kandungan tersebut sulit dilakukan pada masa itu dan dikenakan biaya mahal.

Tapi ketika hCG disuntikkan pada kelinci betina dan ada pembengkakan dan perubahan warna khas pada indung telur kelinci, diketahuilah bahwa si pemilik urine tengah hamil.

Seiring berjalannya waktu, uji kelinci kemudian diganti dengan uji kodok.

Suatu jenis kodok betina Afrika (Xenopus laevis) yang disuntikkan dengan hCG akan menghasilkan telur di keesokan harinya. Jadi, kehadiran telur-telur kodok berarti kehamilan positif.

Uji demikian lebih murah daripada uji kelinci, dan hasilnya lebih mudah terbaca. Cara itu menjadi standar uji kehamilan hingga tahun 1950-an.

4. Diagnosis Melalui Televisi

Christina dan Tarek El Moussa. (Sumber Pinterest)

Tarek El Moussa, pembawa acara renovasi rumah Flip or Flop mendapat diagnosa kanker yang diamati oleh seorang pemirsa. Penonton itu sedang menyaksikan suatu marathon dan melihat ada benjolan di tenggorokan El Moussa.

Kebanyakan pemirsa – dan mungkin Moussa juga – akan menganggapnya biasa. Tapi penonton wanita bernama Ryan Reade yang menganalisa itu adalah seorang juru rawat.

Dokter yang menangani El Mousse kemudian mengungkapkan bahwa benjolan itu adalah kanker tiroid yang telah menyebar ke kelenjar limfa. Tumor itu kemudian dibuang dan El Moussa menjalani kemoterapi.

Melalui sebuah tayangan di televisi, El Mousse kemudian berterima kasih kepada Ryan yang telah menyelamatkan nyawanya.

5. Lipatan Daun Telinga

Frank's sign. (Sumber Wikimedia Commons)

Pada 1973, Dr. Sanders T. Frank menulis surat kepada The New England Journal of Medicine yang isinya membahas kaitan antara pasien pengidap angina dan lipatan diagonal pada daun telinga.

Gejala itu sekarang dikenal dengan ciri Frank, dan dikaitkan dengan penyakit jantung serta stroke. Suatu penelitian baru mendapati bahwa, pada orang yang pernah stroke, maka ciri Frank itu hadir dalam 75 persen kasus.

Sejauh ini belum ada konsensus medis tentang mengapa masalah jantung dan aliran darah bisa menyebabkan lipatan itu. Ada dugaan bahwa lipatan itu disebabkan oleh masalah pada arteri yang ada di sekitar telinga.

Sejumlah pihak mengkaitkannya dengan peningkatan penuaan sel.

Ciri-ciri Frank memang baru-baru ini saja diketahui, tapi sudah ada kasus-kasus tersebut dalam sejarah.

Sebagai contohnya, patung dada Kaisar Hadrian menunjukkan daun telinga dengan lipatan diagonal yang jelas. Sumber-sumber pada masanya menjelaskan bahwa ia mati setelah beberapa gejala yang di masa kini kita ketahui berkaitan dengan gagal jantung.

6. Tulisan Penderita Demensia

Agatha Christie. (Sumber Wikimedia Commons)

Iris Murdoch, seorang filsuf dan novelis ternama, kalah oleh penyakit Alzheimer's yang membuatnya linglung serta tidak ingat apapun. Penyakit itu akhirnya menghalangi wanita itu menulis lagi, tapi ia ternyata meninggalkan petunjuk yang memungkinkan para penderita lain dapat mendiagnosa penyakit yang dialaminya lebih dini.

Melalui penelitian 26 novel karya Murdoch, para ilmuwan berhasil membandingkan penggunaan bahasa seiring berjalannya waktu. Gaya dan konstruksi kalimatnya memang sama, tapi kosa kata nya menyusut menjelang akhir karirnya.

Seorang penulis lain yang karyanya diteliti, Agatha Christie, menunjukkan penurunan 20 persen pada kosa katanya selama menjalani karir.

Bukan kebetulan kalau novel terakhirnya, Elephants Can Remember, berkutat pada seorang novelis wanita yang berjuang melawan menurunnya ingatan.

7. Menjilat Kulit Pasien

Ilustrasi ibu mencium anakya. (Sumber Pexels)

Suatu catatan kematian anak pada Abad ke-19 menuliskan sesuatu yang menggetarkan jiwa. "Anak itu sebentar lagi meninggal dunia, alisnya terasa asin ketika dikecup."

Buku itu tidak menyebutkan alasannya, tapi kita sekarang mengetahui bahwa penyebab asinnya alis anak kemungkinan besar adalah cystic fibrosis (CF).

Penyakit itu adalah penyakit genetik yang cukup lazim dan berdampak pada paru-paru, pankreas, dan saluran pencernaan. Ada mutasi yang mengubah cara sekresi terjadi di dalam tubuh sehingga menimbulkan beragam komplikasi medis.

Salah satu sekresi yang berubah adalah dari kelenjar keringat. Pada orang dengan CF, keringat mereka bergaram. Banyak orangtua yang mencium anaknya mungkin telah mendeteksi perbedaan itu.

Di Abad ke-17 dan 18, para penulis nasehat rakyat menyatakan bahwa kulit yang asin adalah kutukan sihir. Mungkin mereka salah tentang penyebabnya, tapi hasilnya serupa. Sebelum hadirnya pengobatan modern, hidup seorang penderita CF biasanya singkat.

8. Mengendus Parkinson

Joy Milne (kiri) di Univesity of Manchester. (Sumber Univesity of Manchester.)

Kita sudah mengetahui bahwa anjing mampu mengendus adanya penyakit. Ternyata, hidung manusia juga bisa melakukan hal sama untuk sejumlah masalah medis.

Kasus itu diketahui pada suami Joy Milne, yang adalah seorang penderita penyakit Parkinson --  penyakit degeneratif pada sistem syaraf sehingga orang tidak bisa lagi mengendalikan gerakannya.

Enam tahun sebelum si suami didiagnosa parkinson, Joy mengetahui ada sesuatu yang salah dari aroma tubuh pasangannya itu. Kadang-kadang tercium seperti apek, namun kala itu ia tidak terlalu peduli.

Baru setelah ia menjadi sukarelawan amal untuk penyakit Parkinson, diketahui bahwa banyak sukarelawan lain yang juga mencium aroma yang sama. Joy pun menjelaskannya kepada para ilmuwan.

Merasa penasaran, mereka menguji wanita itu. Mereka memberikan 12 kemeja, 6 di antaranya bekas dipakai penderita Parkinson.

Hasil awalnya, ia benar untuk analisa 11 di antara 12 kemeja itu. Joy benar untuk semua pasien Parkinson, hanya salah 1 kali.

Tapi beberapa bulan kemudian, satu orang itu juga diagnosa Parkinson.

Sekarang para ilmuwan mencoba mencirikan zat yang bisa dicium oleh Joy Milne, dengan harapan agar bisa membuat uji klinis untuk deteksi dini penyakit tersebut.

9. Mata Merah Dalam Foto

(Sumber Facebook/Tara Taylor)

Banyak kamera digital masa kini yang dilengkapi dengan kemampuan menghilangkan "mata merah" dari foto.

Mata merah disebabkan oleh cahaya lampu kilat dari kamera yang dipantulkan oleh retina berpembuluh darah di belakang mata. Sepertinya mengganggu, tapi itu adalah tanda seorang yang sehat.

Tara Taylor mengunggah foto putrinya yang masih kecil ke Facebook. Tampak satu mata anak itu berwarna merah dan mata lainnya kuning berpendar.

Teman-teman yang khawatir memaksanya membawa putri itu ke dokter. Lalu diketahuilah bahwa anak itu menderita penyakit Coat's, yaitu suatu penumpukan kolesterol dalam pembuluh darah mata dan dapat menyebabkan kebutaan.

Untunglah, karena ketahuan sejak awal, dokter berhasil menyelamatkan matanya.

Selain Coat's, penyakit mata lainnya adalah Retinoblastoma, kanker pada retina yang hampir semua kasusnya terjadi pada anak-anak. Kanker itu juga bisa dideteksi dari cara mata bereaksi terhadap cahaya lampu kilat.

Reaksi penyakit Coat's berwarna kuning, sedangkan reaksi retinoblastoma terlihat putih.

10. Tes Kehamilan Untuk Pria

(Sumber Wikimedia Commons)

Kelinci dan kodok sudah diketahui dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi hormon hCG pada wanita hamil. Namun kini analisa itu dilakukan dengan menggunakan alat pendeteksi modern yang dikenal dengan sebutan test pack.

Karena pria tidak hamil, tentu mengejutkan sekali ketika suatu hari seorang pria menerima hasil tes kehamilan positif.

Seorang pria yang menggunakan uji kehamilan itu kemudian menceritakan hasilnya kepada seorang teman dengan akun "CappnPoopdeck". Ia disangka berguyon, dan kisah itu diunggahnya lagi ke Reddit.

Dalam kolom komentar, seorang pria mengusulkan agar pria itu menemui dokter. Ia menyebutkan bahwa seorang pria yang menghasilkan hormone hCG bisa jadi pertanda kanker testes.

Ketika diperiksa, ternyata benar bahwa dokter menemukan tumor kecil dan pria itu akhirnya mendapat perawatan tahap dini.

Tidak semua kanker testes menghasilkan hCG, tapi pemberian tes kehamilan pada pria bisa berguna untuk mendeteksi tumor pada tahap awal.

Pada 2015, seorang remaja Inggris dengan kanker yang tidak diketahui dianjurkan melakukan tes kehamilan dan ketahuan ada kanker testes.

Sekarang bertambahlah alasan mengapa kaum pria takut dengan hasil positif pada uji kehamilan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya