Liputan6.com, Jakarta - Pada 5 Agustus 2017, peristiwa mengejutkan terjadi di Kampung Cabang Empat, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Nahas, karena diduga sebagai maling, seorang pria 35 tahun tewas dihakimi massa.
Tak main-main, aksi main hakim sendiri yang dilakukan para warga kepada si terduga pencuri itu tergolong sadis dan tidak manusiawi. Tak puas mendaratkan bogem mentah kepada korban hingga babak belur, massa memutuskan untuk merenggut nyawa pria itu dengan cara dibakar hidup-hidup.
Kepolisian membenarkan M Alzahra atau Joya (30) meninggal dibakar hidup-hidup oleh warga di Pasar Muara, Bekasi, tak jauh dari lokasinya diduga mencuri benda berupa amplifier (pengeras suara) di sebuah musala di Kampung Cabang Empat, RT 02 RW 01, Hurip Jaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.
Advertisement
Baca Juga
Bertolak pada peristiwa nahas itu, ternyata tindakan pembakaran hidup-hidup yang dilakukan oleh kelompok massa terhadap seorang individu dalam sebuah aksi main hakim sendiri, tak hanya terjadi di Indonesia. Tindakan itu turut terjadi di berbagai belahan lain di dunia.
Faktor penyebabnya beragam, mulai dari amarah kelompok, mengatas-namakan ideologi-budaya-ritus-kepercayaan tertentu, hingga perang antar geng.
Dari berbagai contoh, berikut lima kasus manusia yang dibakar hidup-hidup di beberapa penjuru dunia, seperti yang Liputan6.com kutip dari berbagai sumber (7/8/2017).
Â
1. Ulah ISIS
Milisi jihadis kelompok yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS diduga telah membakar hidup-hidup 45 orang sampai mati di Kota al-Baghdadi, Irak barat, menurut komandan polisi setempat.
Namun seperti dilansir BBC, Rabu (18/2/2015), masih belum jelas siapa saja mereka dan alasan dibunuh. Namun, Kolonel Qasim al-Obeidi meyakini sebagian dari mereka adalah anggota satuan keamanan.
Salah satu contoh pada Februari 2015 misalnya, ISIS menerbitkan tayangan video yang memperlihatkan milisi ISIS membakar mati pilot angkatan udara Yordania Moaz al-Kasasbeh, yang pesawatnya mengalami kecelakaan di Suriah pada Desember lalu.
Rekaman itu menunjukkan aksi mengerikan nan sadis. Korban berdiri di sebuah kandang besi dan dibakar hidup-hidup oleh anggota ISIS.
Â
Advertisement
2. Jadi Pemersatu Cinta, Gadis di Pakistan Dibakar
Ini kisah tragis seorang gadis Pakistan yang tewas dalam kondisi mengenaskan setelah menyatukan cinta dua insan. Ambreen, namanya, baru berusia 16 tahun. Ia masih duduk di kelas sembilan.
Suatu hari, ia diseret dari rumahnya, disuntik paksa dengan obat penenang, dicekik, diikat dan dimasukkan dalam van, lalu dibakar hidup-hidup.
Segala perlakuan yang tak manusiawi itu dialami Ambreen hanya karena membantu menyatukan cinta gadis tetangga dengan kekasihnya.
Belasan orang ditangkap atas kasus pembunuhan brutal dan barbar itu. Yang mengejutkan, salah satu tersangka adalah ibu korban, demikian informasi dari Kepolisian Abbottabad di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.
Para tersangka berdalih mereka tega melakukan perbuatan biadab atas dasar honor killing -- 'pembunuhan atas nama kehormatan', yang diperintahkan dewan adat setempat.
"Perintah itu dikeluarkan setelah teman Ambreen, Saima, kawin lari dengan kekasihnya pada 22 April 2016," kata petugas Kepolisian Pakistan, Khurram Rasheed, seperti dikutip dari CNN, Jumat (6/5/2016).
Pembunuhan atas korban diputuskan dewan adat atau jirga yang beranggotakan 15 orang--meski semua tetua tak sepakat dengan cara sadis itu--setelah mereka berkumpul dan menginvestigasi peristiwa kawin lari tersebut.
Ambreen kemudian diculik, dicekik dengan tali dan diikat ke kursi belakang van yang kemudian dibakar. Kerangka gadis malang itu kemudian ditemukan pada 29 April 2016.
Warga Pakistan mengecam keras pembunuhan tersebut, termasuk Perdana Menteri Nawaz Sharif.
"Tindakan itu sungguh barbar. Tak hanya tak Islami, tapi juga tak berperikemanusiaan," kata dia, dalam pernyataannya.
"Para pelaku harus diseret ke pengadilan secepatnya. Penerimaan atas tindakan seperti itu di dalam masyarakat sama sekali tak bisa diterima. Para kriminal harus dihukum segera. Itu sama sekali bukan tindakan atas nama kehormatan, melainkan pembunuhan semata."
Â
3. Dicurigai Sebagai Penyihir
Di masa modern seperti ini, nun jauh di pedalaman Peru, seorang perempuan dituduh menjalankan praktik sihir. Akibatnya, ia dibakar hidup-hidup hingga tewas.
Jaksa Peru, Hugo Mauricio, mengatakan kelompok masyarakat Shiringamazu Alto menghukum bakar hidup-hidup Rosa Villar Jaronca hingga tewas. Menurut komunitas itu, Jaronca dituduh telah menyebabkan sakit kelompok itu lewat karena ilmu hitam.
Perempuan malang berusia 73 tahun itu dibakar hingga meninggal pada 20 September 2016 lalu. Namun, pihak otoritas baru mengendus kematiannya akhir-akhir ini karena wilayah komunitas itu berada di pedalaman hutan.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (29/9/2016), jaksa Mauricio mengatakan bukti Jaronca tewas dibakar didapat dari sebuah rekaman ponsel. Dalam video itu terlihat korban terikat di sebuah batang kayu. Seorang pria menyiramnya dengan bensin, lalu seorang pria lainnya memantik korek api. Api pun menjalar menjilat tubuh renta itu. Dalam rekaman terdengar suara jeritannya.
"Perempuan itu dibakar hidup-hidup karena masyarakat menuduhnya penyihir," kata Mauricio.
Ia menambahkan, para warga desa itu membakar tubuh perempuan malang itu selama tiga hari berturut-turut untuk menghilangkan jejak. Namun, otoritas setempat menemukan beberapa tulang-belulang. Mauricio mengatakan ia dan 20 petugas polisi lantas mendatangi lokasi tersebut dan kembali dengan barang bukti yang mereka kumpulkan.
Sebuah buku berisi persetujuan membakar Jaronca juga ditemukan di lokasi. Ditulis dalam tulisan tangan, diindikasikan bahwa mayoritas penduduk desa setuju untuk membakarnya. Keputusan membakar perempuan itu juga disetujui oleh pemimpin desa.
Dalam dokumen itu tertulis hukuman kepada Jaronca agar orang lain tidak mengikuti cara dia menjadi penyihir yang membuat warga sakit.
Menurut Mauricio, di jantung hutan basah Peru terdapat 300 komunitas pribumi di mana tuduhan penyihir adalah hal lazim.
Pada 2015, seorang wanita hamil dituduh penyihir. Warga desa menghukumnya dengan pukulan yang membuatnya keguguran.
Mauricio mengatakan, daerah-daerah terpencil langka dengan kehadiran pemerintah, sehingga masyarakat pribumi tak terjangkau akses hukum, pendidikan, hingga kesehatan.
Â
Advertisement
4. Napi Dibakar Hidup-Hidup
Setidaknya 25 narapidana tewas terbunuh ketika dua geng antar napi di penjara yang kelebihan kapasitas di Brasil.
Dari 25 korban, tujuh di antaranya tewas terpenggal dan enam lainnya dibakar hidup-hidup. Hal itu diungkapkan oleh polisi lokal seperti dikutip dari BBC, Senin (17/10/2016).
Insiden tersebut terjadi di Boa Vista, ibu kota dari negara bagian Roraima kala jam besuk.
Sekitar 100 orang pengunjung yang dijadikan sandera berhasil dibebaskan ketika kerusuhan berhasil dipadamkan.
Pemerintah negara bagian kini menunggu hasil sementara jumlah korban yang tewas.
Kekerasan terjadi tatkala sekelompok napi menerobos wilayah lapas yang dikuasai geng lainnya. Menurut saksi mata, para tahanan itu mempersenjatai diri dengan pisau dan kayu.
Laporan juga menyebut ada 1.400 napi di penjara itu. Padahal, tempat tersebut maksimal hanya menampung 740 tahanan.
Brasil dikenal dengan lapas kelebihan kapasitas dan total narapidana mencapai 600 ribu.
Koresponden BBC mengatakan, kurangnya penjaga dan jumlah tahanan yang melampaui batas membuat lapas dengan mudah dikuasai geng kriminal.
Â
5. Dibakar Hidup-Hidup untuk Ritual Usir Setan
Vilma Trujillo menjadi korban ritual pengusiran setan. Para kerabat menemukan perempuan muda itu dalam kondisi terikat dan terbakar hebat di kampungnya yang terpencil di Nikaragua.
Seminggu kemudian ia tewas. Seperti dikutip dari BBC, Rabu (1/3/2017), salah satu kerabatnya mengungkapkan, korban diserang, diikat, dan dibakar oleh empat pria yang dipimpin seseorang yang mengaku sebagai pendeta evangelis.
Polisi menangkap tersangka Juan Rocha dan sejumlah orang lain yang diduga terlibat dalam penyerangan.
Namun, Juan Rocha membantah telah membakar korban. Ia berdalih, roh jahat lah yang telah mengangkat tubuh Trujillo dan menjatuhkannya ke api.
Suami korban, Reynaldo Peralta Rodriguez mengatakan, ibu dua anak itu dibawa ke dalam rumah ibadah karena jemaah yang lain menduga ia kerasukan setelah diduga mencoba menyerang sejumlah orang dengan parang.
"Apa yang mereka lakukan pada kami sungguh tak bisa dimaafkan," kata dia. "Mereka membunuh istriku, ibu dari dua anakku. Saat ini apa yang harus aku katakan pada kedua bocah itu?"
Pablo Cuevas, juru bicara Komisi HAM Nikaragua meminta pemerintah lebih menerapkan pengawasan ketat pada sekte kepercayaan di negara tersebut.
"Sungguh tak terduga hal seperti itu bisa terjadi saat ini. Harus ada pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah," kata Cuevas. "Kita tak bisa membiarkan hal-hal seperti itu terjadi."
Sementara, kelompok pembela hak asasi perempuan, Autonomous Women's Movement (MAM) mengatakan kasus tersebut adalah contoh fanatisme dan masoginis atau kebencian terhadap wanita.
Juanita Jimenez dari MAM menambahkan, kejadian biadab itu juga dimungkinkan akibat kurangnya kehadiran negara di wilayah terpencil di negara tersebut.
"Terlepas dari aspek agama, tak ada pembenaran atas tindakan kejam, membakar seorang perempuan, melemparkannya ke api. Mereka telah menggunakan agama untuk memanipulasi," kata aktivis itu.
Â
Saksikan juga video berikut ini
Advertisement