Liputan6.com, Washington, DC - Ketika sebagian besar publik merasa geram dengan sikap Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang setengah hati merespons demonstrasi berdarah di Charlottesville, Virginia, mantan pemimpin salah satu kelompok gerakan supremasi kulit putih justru memuji sang Presiden.
Adalah David Duke yang menebar pujian kepada orang nomor satu AS tersebut. Mantan pemimpin Ku Klux Klan itu memuji Trump atas "kejujuran dan keberaniannya" dalam menanggapi demonstrasi yang terjadi pada Sabtu 12 Agustus lalu. Demikian seperti dilansir Independent, Rabu (16/8/2017).
Advertisement
Baca Juga
"Terima kasih Presiden Trump atas kejujuran dan keberanian Anda untuk mengatakan kebenaran terkait #Charlottesville & mengutuk teroris sayap kiri BLM/Antifa," tulis David Duke lewat akun Twitternya @DrDavidDuke, pada 16 Agustus.
BLM merupakan singkatan dari Black Lives Matter, organisasi pendukung hak-hak sipil Afrika-Amerika di AS. Sementara, Antifa adalah kelompok militan sayap kiri anti-fasis. Keduanya diduga terlibat dalam demonstrasi di Charlottesville, Sabtu lalu.
Kicauan Duke ditujukan untuk merespons posting-an yang diunggah oleh akun Twitter resmi media NBC, @NBCNews, kemarin.
Unggahan NBC News berupa video perkataan Trump kala menanggapi demonstrasi di Charlottesvile yang dipicu atas pertentangan mengenai perobohan patung jenderal Konfederasi (kelompok pendukung perbudakan pada masa Perang Saudara AS) Robert E Lee.
Presiden Trump (mengatakan): "George Washington dulu pernah memiliki budak. Apakah kita akan merobohkan patungnya? Bagaimana dengan Thomas Jefferson?", tulis sebuah posting-an yang diunggah @NBCNews.
Kicauan Duke mengomentari video posting-an NBC sambil memuji Trump itu datang pada kurun waktu yang sama ketika Presiden ke-45 AS itu secara tersirat menilai bahwa kedua kubu yang berkonflik dalam demonstrasi di Charlottesville patut untuk dipersalahkan.
Sang presiden tetap bersikukuh dengan pendapatnya, meski aksi protes itu ditandai dengan penabrakan maut yang dilakukan oleh seorang simpatisan supremasi kulit putih ke kerumunan demonstran anti-fasis.
Akibatnya, satu peserta aksi dari kubu anti-fasis tewas.
"Selalu ada dua sisi dalam setiap peristiwa," kata Presiden Trump dalam sebuah konferensi pers pada Selasa, 15 Agustus malam waktu setempat.
"Ada satu kelompok yang berperilaku tidak terpuji dan kelompok lain yang melakukan kekerasan," tambahnya.
Demonstrasi di Charlottesville pada Sabtu pekan lalu melibatkan dua kelompok yang berbeda haluan, yakni kubu supremasi kulit putih (neo-Nazi, KKK, Alt-Right, ekstremis kanan, ultranasionalis, fasis, rasialis, dan lainnya yang terinspirasi ideologi serupa) dan kubu anti-supremasi kulit putih (BLM, Antifa, dan yang berhaluan serupa).
Awalnya, kubu supremasi kulit putih menggelar demonstrasi demi menolak keputusan dewan kota yang hendak menurunkan patung Jenderal Robert E Lee, komandan tentara Konfederasi pada Perang Saudara AS (1861 - 1865).
Merespons hal itu, kubu lain menggelar demonstrasi tandingan. Mereka menilai bahwa aksi yang dilakukan kelompok lawan seakan membangkitkan kembali memori kelam Perang Sipil, isu rasialisme, dan fasisme.
Dalam konferensi pers kemarin, Presiden ke-45 AS juga menilai bahwa seluruh peserta demonstrasi kala itu--sebelum terjadinya baku hantam dan penabrakan maut-- adalah orang-orang yang tidak bersalah serta tidak melanggar hukum.
Ia juga menyebut bahwa tidak semua peserta yang menolak penurunan patung Jenderal Robert E Lee adalah anggota kelompok supremasi kulit putih atau neo-Nazi.
Meski begitu, ia tetap mengecam kelompok supremasi kulit putih. Namun, Trump menambahkan bahwa "ada individu dari kedua kubu yang bersikap jahat" kepada sesama demonstran.
"(Menilik peristiwa di Charlottesville) ada kubu yang mendadak menyerang kelompok lain yang ingin mempertahankan patung itu. Apakah itu menjadikan mereka (kelompok yang ingin mempertahankan patung) kubu yang patut dipersalahkan?" jelasnya.
Â
Saksikan juga video berikut ini