Eks PM Cantik Thailand Tak Hadiri Sidang Putusan Skandal Beras

Mantan Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawarta, tak menghadiri sidang putusan mengenai skema subsidi beras kontroversial

oleh Citra Dewi diperbarui 25 Agu 2017, 12:11 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2017, 12:11 WIB
Yingluck Shinawatra
Yingluck Shinawatra (AFP)

Liputan6.com, Bangkok - Mantan Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra, tak hadir dalam putusan hakim dalam persidangan mengenai skema subsidi beras kontroversial.

Atas ketidakhadiran Yingluck, Mahkamah Agung menunda putusan tersebut hingga 27 September dan mengeluarkan surat perintah penangkapan.

Yingluck yang diadili karena kelalaian, telah membantah melakukan kesalahan dalam skema subsidi beras yang menghabiskan anggaran hingga miliaran dolar.

Jika hakim memutuskan Yingluck bersalah, ia akan menghadapi hukuman penjara dan larangan masuk ke dunia politik seumur hidup.

Dikutip dari BBC, Jumat (25/8/2017), meski merupakan politikus kontroversial, Yingluck masih menjadi sosok populer. Ratusan pendukungnya hadir di luar Mahkamah Agung di Bangkok menjelang putusan tersebut.

Yingluck merupakan perdana menteri perempuan pertama Thailand yang menjabat pada 2011. Namun pada 2015, kasus skema subsidi beras membuat perempuan berparas cantik itu lengser dari jabatannya.

Skema subsidi beras itu adalah salah satu hal yang dikampanyekannya saat pemilihan PM Thailand berlangsung. Tak lama setelah terpilih menjadi PM, ia langsung mengimplementasikan program itu.

Dalam skema subsidi beras, pemerintahan Thailand yang saat itu dipimpin Yingluck Shinawatra mengeluarkan kebijakan untuk membeli beras petani lokal dua kali lebih tinggi atas harga pasar. Namun, kebijakan itu ternyata jadi bumerang.

Skema Subsidi Beras dan Lawan Politik

Lawan politik Yingluck menuduh skema ini tak berjalan sesuai rencana. Beras yang dibeli ternyata susah dijual kembali dan menyebabkan Thailand sulit mengekspor beras.

Akibatnya, Negeri Gajah Putih mengalami kerugian hingga US$ 8 miliar pada saat itu.

Meski populer dengan basis pemilih di pedesaan, para penentang mengatakan bahwa skema tersebut terlalu mahal dan rentan korupsi.

Namun, Yingluck mengaku tak bertanggung jawab atas pelaksanaan skema sehari-hari. Ia bersikeras bahwa dirinya adalah korban politik.

Selama menjabat sebagai PM, perempuan kelahiran 21 Juni 1967 itu dibayang-bayangi oleh kontroversi dan oposisi politiknya yang kuat.

Yingluck dilihat lawan politiknya sebagai penerus dari saudaranya, Thaksin Shinawatra. Perdana Menteri yang menjabat pada 2001 itu, digulingkan oleh militer pada 2006.

Dua bersaudara yang sama-sama dilengserkan itu, populer di kalangan masyarakat miskin pedesaan. Namun, mereka tak disukai elite perkotaan dan kelas menengah.

Partai yang mengusung nama mereka, Pheu Thai, memenangkan setiap pemilihan di Thailand sejak 2001.

 

Saksikan video berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya