Putin: Tradisi Idul Adha Memperkuat Keagamaan Muslim Rusia

Hari Raya Idul Adha merupakan salah satu hari besar umat Islam yang dirayakan di seluruh dunia. Vladimir Putin pun angkat bicara.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Sep 2017, 22:04 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2017, 22:04 WIB
Vladimir Putin
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengendalikan sebuah kapal selama liburan mini di kawasan Siberia Tyva. Foto dirilis oleh biro pers Kremlin, pada 5 Agustus 2017. (Alexei Nikolsky / Sputnik, Foto Kolam Kremlin via AP)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat Hari Raya Idul Adha kepada warga Muslim Rusia.

"Hari Raya yang menandakan puncaknya ibadah Haji ke Mekah ini merupakan tradisi unik yang telah berjalan berabad-abad, dan membuat pemeluk Islam kuat keagamaannya dari generasi ke generasi. Ini adalah dasar terhadap kekuatan yang menyatukan komunitas Muslim Rusia," ujar sang pemimpin Rusia seperti dikutip dari RBTH Indonesia mengutip kantor berita TASS bersumber layanan pers Kremlin, Jumat (1/9/2017).

"Kesatuan umat Islam selalu menguatkan fondasi untuk dialog antar ras dan agama, serta memecahkan masalah dalam pembangunan negara Rusia," imbuh Putin.

"Selalu menyenangkan untuk melihat potensi besar ini digunakan untuk memaksimalkan pendidikan dan budaya demi perdamaian dan harmoni masyarakat."

Hari Raya Idul Adha merupakan salah satu hari besar umat Islam yang dirayakan di seluruh dunia. Perayaan ini dimulai pada tanggal 10 Zulhijah. Tahun ini, Idul Adha jatuh pada 1 September.

Sementara itu, pada puncak musim haji, Raja Arab Saudi menuju Mina, Mekah untuk mengawasi pelayanan dan fasilitas terbaik serta memastikan kenyamanan jemaah di sana.

Seperti dikutip dari Al Arabiya, Raja Salman bin Abdulaziz tiba di Mina pada Kamis 31 Agustus 2017 malam waktu setempat menjelang Idul Adha. Sekitar dua juta jemaah berkumpul di Mina untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad melaksanakan ibadah haji.

Jemaah haji melakukan ibadah wukuf di Padang Arafah hingga matahari terbenam pada hari kesembilan Hijriah bulan Dzulhijah.

Padang Arafah adalah tempat di mana Nabi Muhammad memberikan salah satu khutbah terakhirnya yang terkenal tentang Islam dan Allah.

Kurban di Australia

Sama seperti halnya jutaan umat muslim di seluruh dunia, umat Islam di Australia tak ketinggalan untuk merayakan Idul Adha dengan berkurban. Namun, tak seperti di negara mayoritas muslim lain, berkurban di Australia bisa terasa berbeda.

Berikut sejumlah perbedaan dari berkurban di Australia yang dikutip dari ABC Australia Plus, Jumat 31 Agustus 2017.

Hewan Tak Disembelih di Australia

Kebanyakan umat muslim membeli hewan kurban dengan mentransferkan uangnya ke sejumlah organisasi Islam di Australia, tanpa melihat hewan yang akan dikurbankannya.

Baha Yehia, Community Engagement Coordinator dari organisasi Islamic Relief Australia mengatakan hewan-hewan yang sudah dibeli lewat organisasi Islam tidak disembelih di Australia.

Kebanyakan disembelih di negara-negara di luar Australia, sesuai dengan pilihan masing-masing.

Umat Muslim di Australia bisa membayar sekitar 100 dolar Australia atau sekitar Rp 1 juta hingga 350 dolar Australia berkisar Rp 3,5 juta, untuk satu hewan hewan kurban atau satu bagian hewan kurban untuk sapi atau unta.

Mereka juga bisa membeli hewan kurban dalam bentuk kaleng.

"Beberapa daging disediakan dalam bentuk kalengan, karena sulit untuk menjangkau daerah tujuan," ujar Baha.

"Misalnya, jika kita ingin berkurban di Suriah, dengan perang dan banyak hal yang terjadi di sana, tidaklah aman bagi pekerja kami untuk melakukannya di Suriah."

Dibagikan ke Luar Australia

Banyak organisasi Islam di Australia membagikan daging kepada mereka yang membutuhkan di luar negeri.

"Mengidentifikasi warga di Australia yang berhak mendapatkan kurban adalah hal yang sulit, karena di Australia, kita memiliki sistem bantuan kesejahteraan," jelas Baha.

Berdasarkan pengalamannya bekerja di organisasi bantuan Islam, jika seandainya ada yang teridentifikasi pun belum tentu mau menerima kurban atau bantuan keuangan.

"Banyak orang merasa malu, misalnya, untuk maju dan bilang atau ingin menjadi bagian dari program kurban."

"Bahkan, misalnya, jika ada pencari suaka asal Myanmar atau Suriah, kita coba menjangkau mereka... dan kita diberi tahu jika mereka baik-baik saja, sudah dibantu, dan tidak membutuhkan apa pun".

Membantu Orang Lokal

Islamic Relief Australia telah menyalurkan program selama 30 tahun.

Baha mengatakan organisasinya telah bekerja dengan berbagai pihak di luar negeri yang terlibat dalam berkurban, mulai dari peternak, agen, pusat penyembelihan, sampai penyalur.

Ia juga mengatakan setelah daging disalurkan, tidak ada bagian dari tubuh hewan kurban yang dibuang begitu saja.

Misalnya, kulit yang kemudian diolah menjadi bahan baku produk sepatu atau tas, atau bagian tubuh lainnya yang dijadikan pupuk.

"Semua bagian dari hewan ternak digunakan dan dimanfaatkan oleh banyak pihak dalam komunitas. Semuanya dipakai untuk mendukung perekonomian warga."

Mengikuti Aturan Ketat

Baha mengatakan, Islam memiliki aturan ketat soal bagaimana hewan diperlakukan. Ini dikenal dengan istilah halal, bukan hanya dilihat dari cara memotongnya.

"Misalnya, hewan yang hendak disembelih tidak di depan atau dilihat hewan-hewan lainnya. Kedua, pisau yang digunakan untuk menyembelih haruslah sangat tajam," jelas Baha.

"Dilakukan dengan cara yang cepat, tanpa memutilasi tubuh, atau menyebabkan rasa sakit lain bagi hewan," ia menambahkan.

Ia juga mengatakan, hewan yang akan dikurbankan tidak boleh memiliki cacat, seperti buta, pincang, atau sakit.

"Bagi mereka yang menganggap berkurban adalah sebagai bagian dari kekejaman, penyembelihan sejatinya terjadi setahun penuh."

"Hewan-hewan ternak disembelih untuk memenuhi permintaan. Karena itu, tidaklah adil jika satu perayaan ini saja yang dianggap sebagai bentuk kekejaman terhadap binatang."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya