Putra Mahkota: Saudi Akan Kembali ke Islam Moderat dan Terbuka

Putra Mahkota Arab Saudi berjanji akan kembali menerapkan Islam yang moderat dan terbuka di negaranya.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 25 Okt 2017, 10:01 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2017, 10:01 WIB
Pangeran Mohammed bin Salman
Mohammed bin Salman ditunjuk jadi putra Mahkota Arab Saudi (Foto:Hassan Ammar/AP)

Liputan6.com, Riyadh - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud berjanji akan menerapkan Islam yang moderat dan terbuka di negaranya. Janji itu diutarakan sang pangeran saat berbicara dalam sebuah konferensi bisnis akbar di Riyadh pada Selasa, 24 Oktober 2017.

"Saya berjanji akan mengembalikan Saudi seperti sedia kala, sebuah negara Islam yang moderat dan terbuka bagi seluruh agama dan dunia," kata Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud di Riyadh, seperti dikutip dari The Independent, Rabu (25/10/2017).

Dalam konferensi bernama Future Investment Initiative itu, sang pewaris takhta kerajaan juga berencana akan melakukan langkah ekstra guna memberantas ekstremisme di kawasan.

"Kami tidak akan membuang waktu untuk 30 tahun ke depan hanya demi menangani ide-ide ekstremisme. Kami akan menghancurkan itu sekarang. Tak seperti masa lalu, kami akan mengakhiri ekstremisme sesegera mungkin," ujar Pangeran bin Salman.

Pernyataan yang diutarakan sang putra mahkota seakan sebagai bentuk kritik laten terhadap pemerintahan Saudi yang selama ini berhaluan religius-konservatis. 

Akan tetapi, seperti dikutip dari Independent, apa yang direncanakan Pangeran Bin Salman mungkin tak akan mudah terlaksana. Mengingat, masih banyaknya pejabat, figur politik, dan pemuka agama berhaluan religius-konservatis yang memegang pengaruh besar dalam tata kelola pemerintahan di Saudi.

Dalam konferensi Future Investment Initiative, Pangeran bin Salman juga memaparkan rencana investasi Saudi senilai US$ 500 miliar pada proyek pembangunan kota futuristik di sebuah pulau di Laut Merah dekat Mesir dan Yordania. Demikian seperti ditulis oleh media India The Hindu yang mengutip Associated Press.

Proyek itu merupakan bagian dari kebijakan Vision 2030 yang digagas sang putra mahkota pada 2016 lalu, demi membebaskan Saudi dari kebiasaan mengandalkan komoditas minyak sebagai sumber pendapatan utama kas negara.

Proyek Ambisius bin Salman, Vision 2030

Pada April 2016, sebagai kepala Council for Economic Affairs and Development Saudi, bin Salman memperkenalkan kebijakan ambisius yang bernama Vision 2030.

Agenda kebijakan itu beragam, mulai dari diversifikasi ekonomi (agenda prioritas) hingga menggencarkan pengaruh dan kebijakan politik luar negeri Arab Saudi di kawasan.

Di sektor ekonomi, Vision 2030 memiliki agenda untuk mendiversifikasi, memprivatisasi, dan memodernisasi perekonomian Arab Saudi. Salah satu upaya dalam kebijakan itu adalah merancang skema pendanaan dan investasi asing selama 15 tahun senilai US$ 2 triliun.

Vision 2030 juga akan menginisiasi National Transformation Programme, sebuah reformasi strategi ekonomi. Salah satu programnya ditandai dengan penjualan saham perusahaan minyak Arab Saudi Aramco sebesar 5 persen senilai US$ 600 miliar.

Hasil penjualan 5 persen saham Aramco akan dikembangkan di sektor perumahan mewah dan industri. Diprediksi, pengembangan sektor itu mampu meraup keuntungan hingga sekitar US$ 1 triliun.

Sektor ekonomi lain yang akan dikembangkan adalah berbasis pada ketenagakerjaan, pariwisata, dan industri militer. Sejumlah aspek itu diyakini bin Salman akan meningkatkan pendapatan negara dan mengurangi ketergantungan pemasukan dari sektor industri minyak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya