Liputan6.com, Riyadh - Misteri kematian seorang pangeran Arab Saudi yang beredar beberapa hari terakhir menuai sejumlah spekulasi.
Beberapa analis menduga, jika benar sang pangeran tewas, isu konsolidasi kekuasaan dan uang mungkin menjadi latar belakang. Demikian seperti dikutip dari Middle East Eye, Kamis (9/11/2017).
Sejumlah laporan mengabarkan, Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd diduga tewas dalam baku tembak dengan aparat komisi antikorupsi Saudi setelah dirinya menolak untuk diringkus.
Advertisement
Komisi itu memotori penangkapan 11 pangeran Saudi lain pada 4 November lalu.
Baca Juga
Media setempat, Al-Masdar menulis bahwa Pangeran Abdul Aziz -- anak bungsu Raja Fahd -- diduga masuk dalam daftar salah satu figur elite kerajaan yang akan diringkus oleh komisi anti korupsi Saudi, yang dipimpin oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman.
Al-Masdar juga mengabarkan, Pangeran Abdul Aziz diduga terlibat dalam baku tembak dengan anggota komisi anti korupsi saat akan ditangkap, mengakibatkan sang pangeran terluka dan harus dirawat di rumah sakit.
Namun beberapa saat kemudian, Al-Masdar menghapus berita tersebut.
Beberapa waktu kemudian, media lokal lain, Al-Itihad News menyebut bahwa Saudi Royal Court merilis obituari Pangeran Abdul Aziz (44 tahun) tanpa memberikan penjelasan mengenai penyebabnya.
Masih Hidup?
Kementerian Kebudayaan dan Informasi Saudi membantah seluruh kabar tersebut. Kepada sejumlah media, pihak kementerian menyampaikan keterangan bahwa "Tidak ada kebenaran apa pun soal rumor yang beredar di media mengenai Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd. Sang pangeran masih hidup dan sehat."
Di sisi lain, seorang narasumber pemerintah Saudi mengatakan kepada Middle East Eye bahwa sang pangeran telah menjadi tahanan rumah di Jeddah sejak beberapa bulan lalu. Beberapa hari terakhir, putra bungsu Raja Fahd itu dipindahkan ke King Faisal Hospital di Riyadh.
Rumah sakit itu hanya berjarak sekitar 15 menit dari Hotel Ritz-Carlton Riyadh, tempat yang saat ini diduga menjadi lokasi penahanan 11 pangeran Saudi yang diciduk pada 4 November lalu.
Namun, seperti dikutip dari Middle East Eye, informasi yang datang dari pemerintah Saudi sulit untuk dipastikan kebenarannya.
Selain itu, seperti dikutip dari Daily Pakistan, berbagai pihak -- termasuk media asing -- masih menunggu konfirmasi resmi dari Riyadh terkait nasib Pangeran Abdul Aziz.
Ada 'Uang' di Balik Batu?
Beberapa analis menduga, konsolidasi kekuasaan dan uang menjadi motif di balik rencana komisi antikorupsi Saudi untuk menangkap Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd -- dan berujung pada dugaan kematiannya dalam baku tembak degan otoritas komisi.
Motif yang sama juga mungkin berlaku pada penangkapan 11 pangeran Saudi pada 4 November.
Dan, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman diduga sebagai 'insinyur' di balik semua itu. Dugaan itu semakin kuat mengingat sang pangeran merupakan pemimpin komisi antikorupsi tersebut.
Menurut laporan The Wall Street Journal, penangkapan itu merupakan preteks bagi Putra Mahkota Bin Salman untuk mengekstrak kekayaan pribadi para pangeran yang diringkus komisi anti korupsi Saudi. Fulus itu diduga akan digunakan untuk sejumlah proyek ambisius Bin Salman saat dirinya nanti naik menjadi raja, salah satunya Vision 2030.
Dugaan itu diperkuat dengan rencana otoritas Saudi yang akan membekukan rekening bank para pangeran yang ditangkap pada 4 November lalu.
Rencana itu disampaikan oleh The Saudi Center for International Communication, lembaga sayap Kementerian Kebudayaan dan Informasi Saudi.
Lembaga itu juga menyebut, "Sejumlah uang yang diduga terkait dengan kasus korupsi akan dikembalikan ke Kementerian Keuangan Saudi." Demikian seperti dikutip dari media pemerintah Saudi, Al Arabiya, Selasa 7 November 2017.
Seperti dikutip dari Middle East Eye, total kekayaan para pangeran yang ditangkap, termasuk Abdul Aziz, mampu mencapai sekitar US$ 800 miliar.
Untuk Pangeran Abdul Aziz, kekayaan dan asetnya meliputi saham dominan di Saudi Oger (firma konstruksi besar di Arab Saudi), perusahaan media Middle East Broadcasting Center (MBC), investasi di Heron Tower di London, properti miliaran dollar Amerika Serikat di Negeri Paman Sam, serta hasil penjualan rumah di London's Billionaires Row senilai US$ 131 juta.
Advertisement
Siapakah Abdul Aziz Bin Fahd?
Pangeran Abdul Aziz Bin Fahd merupakan anak bungsu dari Raja Fahd, yang memerintah monarki Arab Saudi pada 1982 - 2005.
Selama berkuasa, Raja Fahd digadang-gadang menyiapkan Pangeran Abdul Aziz muda untuk menjadi penerus takhta monarki.
"Dia (Abdul Aziz) adalah 'Mohammed Bin Salman' yang gagal," kata Profesor Madawi Al-Rasheed dari Middle East Centre, London School of Economics.
"Ia (Abdul Aziz) dibesarkan dan dimanja semasa muda. Kemudian saat remaja, ia ditempatkan dalam posisi senior di pemerintahan. Ia juga putra favorit sang raja (Fahd)" lanjutnya.
Namun, semua berubah setelah sang ayah meninggal pada 2005.
Pangeran Abdul Aziz justru terlempar dari pusaran elite monarki dan pemerintahan Saudi akibat 'disikut' oleh para paman dan sepupunya yang lebih senior.
Sejak itu, Abdul Aziz -- yang menginjak usia kepala tiga -- termarjinalkan. Ia tak lagi memegang jabatan apa pun di pemerintahan serta irelevan dalam persaingan politik monarki dan Saudi.
"Sebagai anggota kerajaan, dia figur yang tragis, yang kebetulan punya banyak uang," kata Christian Henderson, asisten profesor Middle East Studies, University of Leiden.