Liputan6.com, Washington, DC - Hari ini, 31 tahun yang lalu, skandal 'relasi gelap' antara Amerika Serikat, Iran, dan Nikaragua terungkap ke permukaan.
Pada 25 November, Jaksa Agung Amerika Serikat Edwin Meese berhasil mengungkap bahwa AS secara diam-diam telah menjual senjata ke Iran -- negara yang sejatinya seteru Negeri Paman Sam.
Hasil keuntungan penjualan senjata itu digunakan oleh AS untuk mendanai aktivitas kelompok anti-komunis di Nikaragua yang bernama Contras. Demikian seperti dikutip dari History.com, Jumat (24/11/2017).
Advertisement
Sebelum Jaksa Agung Meese membeberkan secara formal, tiga pekan sebelumnya, tepatnya pada 3 November 1986, majalah Lebanon Ash Shiraa telah menulis skandal tersebut terlebih dahulu.
Baca Juga
Menurut Ash Shiraa, penjualan senjata Negeri Paman Sam ke Negeri Para Mullah merupakan upaya Washington agar Teheran mau membantu membebaskan tujuh sandera AS yang ditawan kelompok pro-Iran di Lebanon, Hizbullah.
Ketika tulisan itu dipublikasikan, narasumber Intelijen AS mengonfirmasi laporan Ash Shiraa tersebut pada 6 November 1986.
Para pejabat AS di luar lingkaran politik Presiden Ronald Reagan -- yang saat itu menjabat -- terkejut dengan kabar tersebut.
Mereka, mengkritik habis Reagan dan rekan lingkaran politik terdekatnya, karena dianggap telah melaksanakan kebijakan yang bertentangan dengan apa yang selama ini dijanjikan oleh sang presiden. Yakni, menjual senjata ke Iran (meski jelas-jelas AS menerapkan embargo ke Negeri Para Mullah) dan janji sang presiden untuk tidak melakukan negosiasi dengan kelompok teroris.
Pada 25 November, skandal itu semakin kental setelah Jaksa Agung AS Meese mengumumkan, keuntungan penjualan senjata itu dialihkan untuk mendanai kelompok pemberontak Nikaragua, Contras. Kelompok itu tengah melaksanakan perang gerilya demi menggulingkan pemerintah Nikaragua yang berkuasa yang berideologi komunis.
Relasi AS dengan Contra menyebabkan kemarahan Kongres AS. Karena, pada 1982, dewan telah melegislasi Amandemen Boland. Produk legislasi itu berisi larangan bagi Washington untuk mengalokasikan uang pemerintah pusat untuk 'menggulingkan pemerintah Nikaragua'.
Pada hari yang sama ketika Skandal Iran - Contras terkuak, Presiden Reagan menerima pengunduran diri Penasihat Keamanan Nasional-nya, Laksamana John Poindexter.
Presiden Reagan kemudian memecat ajudan Poindexter, Letkol Oliver North.
Kedua orang itu, dinilai oleh berbagai pihak, memainkan peran kunci dalam 'operasi terselubung' Skandal Iran - Contras.
Ronald Reagan menerima kebertanggungjawaban Poindexter dan North dalam transaksi persenjataan AS dengan Iran. Namun sang presiden mengaku tak tahu-menahu tentang dana keuntungan penjualan senjata yang dialihkan ke Contra.
Pada Desember 1986, penyelidikan khusus terkait skandal Iran - Contra resmi digelar. Jaksa Lawrence Walsh ditugaskan untuk memimpin penyelidikan.
Pada musim panas 1987, Kongres AS juga menggelar penyelidikan terpisah menggunakan skema rapat dengar pendapat terbuka yang disiarkan lewat televisi nasional.
Kedua penyelidikan itu menyimpulkan, Letkol Oliver North dan sejumlah pejabat lainnya terbukti berencana untuk menutupi secara ilegal hubungan gelap mereka dengan Contras serta Iran.
Penyelidikan Jaksa Walsh secara detail menguak seluruh figur yang terlibat, yang terdiri dari 11 orang pejabat Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri, dan Badan Intelijen. Dua di antaranya adalah pejabat berkedudukan penting, seperti Menlu AS Caspar Weinberger dan Kepala Operasi CIA Duane Clarridge.
Kesebelas orang itu dinyatakan bersalah atau beragam pasal, seperti memberi sumpah palsu, menahan informasi kepada Kongres AS, dan upaya berkomplot untuk menipu Amerika Serikat.
Dalam laporan terakhirnya, Jaksa Walsh menyimpulkan bahwa baik Presiden Reagan maupun Wakil Presiden George Bush tidak melanggar undang-undang apapun sehubungan dengan skandal Iran - Contras.
Meski demikian, Reagan dianggap telah memberikan panggung bagi para pelaku untuk melakukan aktivitas ilegal tersebut, mengingat sang presiden terus konsisten menyatakan dukungannya terhadap Contras, meski Kongres AS melarang hal itu.
Lebih lanjut, laporan tersebut juga menemukan bahwa Reagan dan Bush terlibat dalam tindakan yang berkontribusi terhadap "usaha bersama untuk menipu Kongres dan masyarakat" mengenai perselingkuhan Iran-Contras.
Pada tanggal yang sama tahun 2009, Jeddah mengalami banjir besar. Hujan yang melanda salah satu bagian Arab Saudi selama musim haji itu mengakibatkan 3 ribu mobil hanyut dan 122 orang tewas, sementara 350 orang lainnya hilang.
Sedangkan pada 25 November 2015 tercatat sebagai momen kunjungan resmi pertama Paus Fransiskus ke Afrika.