26 Tahun Merdeka, Begini Perkembangan Kazakhstan

Dubes Kazakhstan untuk RI Orazbay Azkhat memaparkan sejumlah capaian negaranya di usia kemerdekaan ke-26 tahun.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 28 Nov 2017, 08:35 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2017, 08:35 WIB
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Dubes Kazakhstan untuk RI Orazbay Azkhat dan Menteri ESDM RI Ignasius Jonan saat perayaan Kazakhstan National Day 2017 pada 27 November 2017 di Jakarta  (Rizki Akbar Hasan/Liputan6.com)
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Dubes Kazakhstan untuk RI Orazbay Azkhat dan Menteri ESDM RI Ignasius Jonan saat perayaan Kazakhstan National Day 2017 pada 27 November 2017 di Jakarta (Rizki Akbar Hasan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Kazakhstan di Indonesia menggelar Kazakhstan National Day pada 27 November 2017 di Jakarta. Perhelatan itu digelar jelang hari kemerdekaan Kazakhstan ke-26 yang jatuh setiap tanggal 16 Desember.

Acara ini dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintahan, di antaranya Duta Besar Kazakhstan untuk RI Orazbay Azkhat, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan serta Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Turut hadir para mitra diplomatik dan bisnis Kazakhstan di Indonesia.

Dalam kata sambutannya, Azkhat menyampaikan bahwa sejak 26 tahun Kazakhstan merdeka, negaranya telah mengalami perkembangan pesat di bidang sosial - ekonomi.

"Perekonomian negara kami secara dramatis telah berubah menjadi lebih terbuka dan kuat," kata Azkhat di Jakarta pada Senin 27 November 2017.

Wajar Azkhat mengklaim seperti itu, mengingat negara landlocked di Asia Tengah tersebut adalah salah satu pecahan Uni Soviet yang diberkahi dengan kekayaan minyak dan gas yang melimpah di kawasan.

Dubes Azkhat melanjutkan, keseriusan Kazakhstan dalam bidang pengembangan transportasi juga memberikan sumbangsih penting, tak hanya bagi domestik namun juga bagi kawasan di Asia Tengah.

"Kazakhstan terus berkomitmen untuk konsisten berpartisipasi dalam pengembangan energi serta transportasi, tak hanya untuk Kazakhstan namun juga internasional," paparnya.

Dengan tulang punggung perekonomian yang kuat, Astana juga berkeinginan untuk memperluas kapabilitasnya hingga ke pengembangan teknologi dan sektor investasi finansial, seperti yang tercermin dalam proyek ambisius Kazakhstan 2050 Strategy.

Lewat Kazakhstan 2050, negara -- yang sejak merdeka pada 1991 masih dipimpin oleh Presiden Nursultan Nazarbayev -- itu berambisi untuk masuk dalam top 30 ekonomi global dalam 33 tahun mendatang.

Strategi itu juga menjadi cetak rencana bagi Astana untuk melakukan reformasi politik ke arah yang lebih demokratis dan pengembangan kapabilitas sosial negara.

 

Menteri ESDM Desak Kerja Sama Ekonomi RI - Kazakhstan Ditingkatkan

Dalam kesempatan yang sama, Menteri ESDM Ignasius Jonan menyayangkan kecilnya relasi ekonomi dan perdagangan kedua negara yang pada 2018 nanti akan memasuki hubungan diplomatik ke-25 tahun.

"Mewakili rakyat dan pemerintah Indonesia, saya mencatat bahwa Kazakhstan merupakan salah satu mitra perdagangan yang potensial di Asia Tenggara," kata Ignasius Jonan membuka kritiknya terhadap relasi ekonomi dan perdagangan Jakarta - Astana.

Menteri ESDM kemudian menggarisbawahi total perdagangan kedua negara yang hanya berkisar sekitar US$ 22 juta pada 2016. Padahal, neraca perdagangan kedua negara pernah mencapai angka US$ 63 juta pada tahun 2012, meski surplus menguntungkan Kazakhstan senilai US$ 46 juta.

"Indonesia dan Kazakhstan harus berbuat lebih untuk meningkatkan bilateral perdagangan yang masih kecil, sangat kecil," kata sang Menteri ESDM.

Jonan memaparkan, pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Indonesia untuk meningkatkan relasi perekonomian dengan Kazakhstan.

"Tahun ini, sekitar 5.000 turis Kazakhstan datang ke Indonesia. Saya berharap, akan banyak lagi saudara-saudari Kazakhstan yang berkunjung ke Indonesia," tambahnya.

Menteri ESDM ke-17 RI itu juga menekankan bahwa Jakarta - Astana juga harus mengembangkan kerja sama di bidang energi.

"Banyak peluang bagi kedua negara untuk mengembangkan kerja sama energi. Sama seperti Indonesia, Kazakhstan adalah negara yang kaya akan minyak, gas dan mineral. Bersama, kita bisa menghadapi tantangan ekonomi dan tuntutan permintaan di sektor tersebut," kata Jonan.

"Untuk sektor gas misalnya, banyak negara yang sebelumnya tak melirik kami, sekarang sudah mulai tertarik dengan gas Indonesia, mengingat harganya yang kompetitif," tuturnya.

Menutup pidatonya, Jonan kembali menegaskan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan bilateral ekonomi kedua negara.

Merespons kritik Ignasius Jonan, Dubes Azkhat setuju bahwa Indonesia - Kazakhstan dapat meningkatkan kerja sama di bidang energi dan sejumlah sektor lain ke depannya.

"Kita juga bisa mengekspor produk pangan ke Indonesia, seperti gandum, daging sapi dan domba premium, produk kimia, mesin. Gantinya, kami bisa membeli minyak kelapa sawit dari Indonesia, karet karena kami tidak punya dan kalian (Indonesia) punya, serta buah-buah tropis khas Indonesia," kata Dubes Azkhat.

"Tentu akan ada kendala untuk memenuhi target itu semua. Persoalan transportasi adalah salah satunya. Maka kita akan lebih banyak berdiskusi lagi dengan Indonesia ke depannya," tambah Azkhat.

Hubungan Jakarta - Astana dimulai pertama kali sejak RI mengakui proklamasi kemerdekaan Republik Kazakhstan pada 16 Desember 1991. Dua tahun berikutnya, pada 2 Juni 1993, RI - Kazakhstan secara resmi membentuk hubungan diplomatik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya