Liputan6.com, Jharkhand - Seorang pria muslim India dari Negara bagian Jharkhand dipukuli hingga tewas. Insiden itu terjadi gara-gara dia meminta sekelompok orang untuk menghentikan suara musik yang kencang yang diputar pada tahun baru.
Peristiwa itu terjadi di Mandar, sebuah kota yang dekat dengan ibu kota negara bagian itu, Ranchi.
Baca Juga
Warga tengah menutup jalan tol nasional pada Selasa 2 Januari 2018 lalu. Mereka meminta agar pelaku ditahan. Polisi berhasil membubarkan aksi warga itu. Demikian seperti dikutip dari BBC pada Rabu (3/1/2017).
Advertisement
Sementara itu, petugas keamanan telah dikerahkan ke area itu untuk menjaga keamanan antara komunitas Muslim India dan Hindu.
Adapun pria muslim India yang tewas akibat kejadian itu bernama Waseem Ansari. Ia masih berusia 19 tahun.
Ansari sehari-hari bekerja sebagai buruh harian di kota Pune. Dia tengah kembali ke kampung halamannya dua hari lalu.
Menurut petugas polisi kepada BBC Hindi, ada dugaan korban muslim India yang tengah pulang kampung itu tewas akibat perselisihan suara kencang musik oleh sekelompok orang yang tengah merayakan tahun baru.
"Waseem Ansari dan dua temannya mendekati kelompok tersebut dan menyuruh mereka berhenti bermain musik keras. Permintaan ini berujung pada perdebatan dan Waseem diserang oleh kelompok tersebut. Sepertinya dia terkena salah satu instrumen tajam yang digunakan untuk memasak," kata seorang petugas polisi.
"Kami meminta kedua komunitas tersebut menjaga perdamaian, tersangka akan segera ditangkap."
Hasibul Ansari, yang tinggal di desa yang sama dengan korban, mengatakan kepada BBC Hindi,"Orang-orang ini berpesta di dekat pemakaman Muslim. Ketika Waseem menyuruh mereka berhenti, mereka membunuhnya.
"Teman-temannya beruntung karena mereka berhasil melarikan diri pada waktunya, saya yakin mereka pasti terbunuh juga jika mereka tidak lolos," ucap Hasibul yang juga merupakan muslim India.
Minoritas Muslim India Merasa Diperlakukan Tak Adil
Para wartawan di India mengatakan ada kekhawatiran bahwa perpecahan komunal dan agama semakin meluas di India, dengan minoritas merasa mereka tidak cukup dilindungi.
Sebelumnya, minoritas muslim India di negara bagian Utar Pradesh makin dipojokkan dengan larangan penjualan daging
Kebijakan pemerintah India untuk melarang penjualan daging sapi di Uttar Pradesh menyebabkan puluhan ribu pedagang daging gulung tikar.
Beberapa pedagang kecewa dengan kebijakan Perdana Menteri negara bagian Uttar Pradesh Yogi Adityanath.
Ia melarang usaha penyembelihan dan penjualan daging sapi yang dianggap sebagai hewan suci bagi penganut Hindu di India. Penutupan tersebut merupakan salah satu janji kampanye Adityanath saat Pemilu awal Maret 2017.
Pemerintah mulai menutup bisnis penjualan daging sapi sejak Adityanath memenangi Pemilu India awal Maret 2017 lalu. Selain menutup toko daging sapi, pemerintah juga melakukan hal yang sama pada bisnis penjualan kambing dan ayam, meskipun keduanya hewan tersebut legal untuk dikonsumsi.
Kelompok pedagang sapi di Uttar Pradesh seperti Shakeel Ahmad menuding kebijakan itu mengandung sentimen terhadap komunitas Muslim yang sebagian besar menggeluti bisnis itu.
Akan tetapi, komunitas Hindu yang mayoritas menjadi pedagang daging kambing dan ayam juga merasakan hal serupa.
"Kebanyakan orang tak paham, mereka yang menggeluti bisnis daging kambing dan ayam merupakan (komunitas) Hindu, dan sekarang mereka merasakan hal yang sama," kata Gulzar Qureshi, pemimpin komunitas Hindu di Uttar Pradesh.
Kebijakan itu memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perekonomian komunitas pedagang daging, baik Muslim dan Hindu. Karena terpaksa gulung tikar, pedagang daging di Uttar Pradesh mengaku mengalami kesulitan finansial.
Tak hanya itu, media lokal The Times of India tanggal 22 Maret 2017, melaporkan adanya aksi vandalisme yang dilakukan komunitas Hindu sayap kanan. Kelompok itu diduga merusak properti dan membuat takut komunitas pedagang daging di Uttar Pradesh.
Pemerintah setempat berdalih penutupan itu ditujukan khusus untuk toko-toko yang melanggar ketentuan sanitasi. Otoritas setempat meminta pedagang-pedagang yang tokonya ditutup untuk membuat sistem sanitasi sesuai peraturan.
Advertisement