Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak anjuran penasihat keamanan seniornya untuk tidak ikut campur atau mendukung aksi demonstrasi di Iran.
Ada dua alasan yang mendasari Netanyahu melakukan hal tersebut: karena ia ingin mendukung Iran dan ia memiliki ikatan kuat dengan Amerika Serikat.
Netanyahu -- melalui video berdurasi 1 menit 30 detik -- dengan penuh semangat mendukung para pemrotes dan menyebut mereka sebagai noble quest for freedom atau pencari kebebasan yang mulia.
Advertisement
Menurut keterangan Times of Israel, Selasa (2/1/2018), sebelum video tersebut dipublikasikan, Netanyahu dan stafnya mengadakan diskusi mendalam mengenai sikap yang seharusnya diambil Israel terhadap demonstrasi rusuh di Iran.
Menurut para penasihat senior Netanyahu, dukungan resmi Israel terhadap kerusuhan di Iran dapat membahayakan pemrotes. Lebih jauh lagi, Netanyahu merasa rakyat Iran perlu mengetahui bahwa satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah yang mendukung perjuangan mereka hanyalah Israel.
"Orang-orang Iran adalah orang-orang yang cerdas. Mereka canggih. Mereka patut dibanggakan. Hari ini mereka mempertaruhkan segalanya untuk kebebasan," kata Netanyahu dalam video yang diunggah di seluruh akun media sosialnya.
Sebuah sumber pemerintahan Netanyahu membocorkan, Netanyahu merasa Tel Aviv harus tetap "dekat" dengan Washington, mengingat Israel masih menyesuaikan diri dengan pemerintah Presiden Donald Trump.
Â
Simak video pernyataan Benjamin Netanyahu yang mendukung para demonstran Iran berikut:
Â
Â
13 Orang Dilaporkan Tewas dalam Kerusuhan Iran
Demonstrasi antipemerintah Iran semakin memanas. Memasuki hari kelima, pada Senin malam 1 Januari 2018, sejumlah peserta demo menyerang kantor polisi. Ini adalah unjuk rasa paling berani dalam menentang kepemimpinan negara itu semenjak kerusuhan yang pernah meletus pada 2009.
Video di media sosial menunjukkan bentrokan di pusat Kota Qahderijan antara pasukan keamanan dan pemrotes yang mencoba menduduki kantor polisi. Sebagian bangunan itu telah terbakar.
Ada laporan yang belum dikonfirmasi tentang beberapa korban di antara para demonstran dalam insiden di Qahderijan.
Dikutip dari MSNnews pada Selasa (2/1/2018), di Kota Kermanshah, peserta demo membakar sebuah pos polisi lalu lintas. Namun, menurut kantor berita Mehr, tak ada yang terluka dalam peristiwa itu.Â
Unjuk rasa antipemerintah Iran telah memasuki hari kelima. Pada Minggu, 31 Desember 2017 lalu, 13 orang dilaporkan tewas dalam gelombang protes terbesar sejak 2009 -- kala warga Iran memprotes terpilihnya kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Para pengunjuk kali ini rasa memberikan tekanan paling keras bagi pemeritahan Iran yang dikuasai ulama semenjak Revolusi Islam tahun 1970.
Presiden Hassan Rouhani telah membuat pernyataan pada hari Minggu agar massa tenang.
"Warga Iran punya hak untuk mengkritik, namun jangan sampai menimbulkan keresahan seperti ini," kata Rouhani.
Di pusat Kota Najafabad, seorang demonstran menembak polisi dengan senjata berburu. Peristiwa itu menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya, demikian dilaporkan televisi negara.
Sebelumnya, televisi pemerintah Iran itu juga melaporkan para demonstran yang dipersenjatai mencoba merebut kantor polisi dan markas militer.
"Namun, usaha itu digagalkan oleh aparat keamanan," lapor televisi milik pemerintah Iran itu. Meski demikian, tak ada rincian lebih lanjut dalam terkait itu. Selain itu, tak ada konfirmasi dari pihak independen.Â
Advertisement