Puas, Presiden Senegal Ingin Beli Lagi Pesawat Produksi Indonesia

Puas dengan kualitas serta layanan purnajual, Presiden Senegal tertarik untuk kembali membeli pesawat PTDI CN-235 produksi Indonesia

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 10 Jan 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2018, 14:00 WIB
CN235 produksi PT Dirgantara Indonesia (Foto: Direktorat Jendral Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan RI)
CN235 produksi PT Dirgantara Indonesia (Foto: Direktorat Jendral Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan RI)

Liputan6.com, Dakar - Puas dengan kualitas pesawat serta layanan purnajual dari PT Dirgantara Indonesia, Presiden Senegal Macky Sall menyatakan keinginannya untuk kembali membeli pesawat CN-235 dari Indonesia.

Hal tersebut diutarakan oleh Presiden Macky Sall kepada Duta Besar RI untuk Dakar, Mansyur Pangeran, di sela-sela pertemuan awal tahun di Istana Kepresidenan Senegal akhir pekan lalu, Januari 2018. Demikian seperti dikutip dari keterangan pers resmi KBRI Dakar, yang diterima Liputan6.com pada Rabu (10/1/2018).

"Jika terealisasi, tentunya pesawat tersebut akan menjadi pesawat yang keempat yang dibeli oleh Pemerintah Senegal dari Indonesia," kata Mansyur, seperti dikutip dari keterangan pers resmi.

Pada 2017, Pemerintah Senegal telah menandatangani kontrak pembelian pesawat PTDI CN-235 yang ketiga. Penandatanganan kontrak itu disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu.

Jajaki Produk Kereta dan Kapal dari Indonesia

Pada kesempatan yang sama, Dubes Mansyur juga menyampaikan kepada Presiden Sall untuk mendorong tindak lanjut rencana pembelian berbagai produk industri strategis RI lain -- seperti gerbong kereta api dari PT INKA dan kapal niaga dan militer dari PT PAL -- yang telah dijajaki oleh Senegal sejak tahun lalu.

Dubes RI untuk Senegal Mansyur Pangeran saat bertemu dengan Presiden Senegal Macky Sall (sumber: KBRI Dakar)

Saat ini, produk-produk dari Indonesia itu sedang dalam tahap pembahasan di tingkat teknis di Kementerian Senegal yang terkait dan diprediksi dapat terealisasi pada 2018 ini.

Sementara itu, kepada Dubes Mansyur, Presiden Macky Sall menyampaikan bahwa pemerintahnya merasa senang terhadap peningkatan hubungan bilateral antara RI - Senegal.

Hal tersebut diutarakan Sall untuk merefleksi berbagai bentuk kerja sama antara kedua negara, serta menyusul pertemuannya dengan Presiden RI Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Sang Presiden Senegal telah beberapa kali bertemu dengan Presiden Jokowi pada kegiatan-kegiatan pertemuan internasional, seperti G-20 di Hamburg dan OKI di Istanbul baru-baru ini.

Senegal Tertarik dengan Pesawat CN-235 Indonesia

Pesawat CN235 MPA RI Produksi PT Dirgantara Indonesia
Ilustrasi: CN235 MPA (sumber: PT Dirgantara Indonesia)

Sebelumnya, Senegal juga telah memesan pesawat CN-235 produksi PT DI. Pesanan Senegal tiba di Pusat Airforce Senegal, Dakar, setelah menempuh perjalanan panjang selama 11 hari dengan jarak lebih dari 16.000 km pada Jumat, 6 Januari 2017.

Pesawat CN 235 220M Multi Purpose yang tiba pada Januari 2017 lalu merupakan pesawat kedua pesanan Pemerintah Senegal yang sangat ditunggu.

KSAU Senegal Jenderal Birame Diop sangat senang dengan datangnya pesawat CN-235 tersebut, yang telah lama ditunggu untuk memperkuat armada angkatan udaranya. Demikian seperti Liputan6.com kutip dari Antara, 8 Januari 2018.

Dubes Mansyur Pangeran pada 6 Januari 2017 mengatakan, kedatangan pesawat CN-235 itu merupakan kebanggaan bangsa Indonesia yang menunjukkan kepada dunia bahwa Tanah Air mampu memproduksi dan bersaing di bidang teknologi kedirgantaraan dengan negara-negara maju lainnya.

"Kedatangan CN-235 tersebut dapat dijadikan contoh dalam mempromosikan produk PT DI ke tujuh negara-negara rangkapan KBRI Dakar lainnya, yaitu Gambia, Guinea, Guinea Bissau, Mali, Pantai Gading, Sierra Leone, dan Cabo Verde," papar Mansyur.

Pesawat yang diterbangkan dari Bandara Husein Sastranegara Bandung pada 27 Desember 2016 itu, dalam perjalanannya ke Dakar, Senegal, mengambil rute ferry flight Medan, Colombo (Sri Lanka), Maldives, Karachi (Pakistan), Riyadh (Arab Saudi), Khartoum (Sudan), Ndjamena (Chad), Ouagadougou (Burkina Faso), dan Dakar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya