Donald Trump: Penembakan Florida Kesalahan FBI

Presiden Donald Trump menyebut insiden penembakan maut di Florida sebagai kesalahan FBI dan upaya investigasi terhadap intervensi Rusia dalam pemilu 2016.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Feb 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2018, 10:00 WIB
Beri Penghormatan Korban Penembakan Massal, Donald Trump Sambangi Florida
Presiden AS Donald Trump (tengah) didampingi istrinya Melania Trump (kanan) dan dokter Igor Nichiporenko (kiri) saat mengunjungi rumah sakit Broward Health North Pompano Beach, Florida (16/2). (AFP Photo/Jim Watson)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menuding FBI dan para penyelidik dugaan intervensi Rusia pada Pemilu 2016, abai dalam upaya pencegahan terjadinya insiden penembakan maut di sebuah sekolah di negara bagian Florida.

Dilansir dari laman abc.net.au pada Senin (19/2/2018), Donald Trump mengunggah serangkaian cuitan di Twitter, menyebut investigasi kongres dan 'kebencian' politik terhadapnya menunjukkan bahwa Rusia telah menabur 'benih perselisihan dan kekacauan' di AS.

Donald Trump juga mengkritik pendahulunya, Presiden Barack Obama, tidak cukup preventif untuk menyetop intervensi Rusia dalam pemilu presiden terakhir.

"Mereka tertawa puas di Moskow," Kicau Trump di Twitter.

Serentetan kicauan tersebut diunggah tidak lama setelah pengumuman penting di hari Jumat, 16 Februari 2018, yang menyebut penasihat khusus Robert Mueller telah memerintahkan 13 orang Rusia dan tiga perusahaan setempat untuk berkonspirasi mengacaukan Pemilu Presiden AS pada 2016 lalu.

Dalam sebuah kicauan pada Sabtu malam, 17 Februari 2018, Donald Trump mengkritik FBI gagal mendeteksi tanda-tanda serangan senjata api yang dilakukan oleh Nikolas Cruz (19). Pemuda yang menewaskan 17 orang di Marjory Stoneman Douglas High School di Kota Parkland, Florida.

"Sangat menyedihkan ketika FBI melewatkan semua tanda yang berkaitan dengan insiden penembakan di Florida. Ini tidak bisa diterima," tulis Trump.

"Mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membuktikan praktek kolusi Rusia pada kampanye politik Trump. Saya tegaskan, tidak ada praktik kolusi."

Tidak sepenuhnya menampik tudingan Presiden Donald Trump, FBI menyatakan secara resmi pada Jumat 16 Februari lalu, bahwa mereka gagal menginvestigasi tanda-tanda akan datangnya serangan senjata api yang dilakukan oleh Cruz.

 

Simak juga video tentang ucapan bela sungkawa Presiden Donald Trump terhadai insiden penembakan maut di Florida berikut: 

Trump Membantah Adanya Praktik Kolusi

Ekspresi Donald Trump Saat Hadiri National Prayer Breakfast
Gaya Presiden AS Donald Trump saat memberikan pidato dalam acara National Prayer Breakfast di sebuah hotel di Washington DC (8/2). Acara tahunan ini dihadiri para pemimpin agama, politisi dan pejabat tinggi pemerintah. (AFP Photo/Mandel Ngan)

Dalam sebuah kicauan di Minggu pagi, 18 Februari 2018, Donald Trump menyindir Adam Schiff, anggota partai Demokrat yang mengepalai proses penydiikan DPR terhadap intervensi Rusia, sebagai 'monster' yang tidak bernyali.

Beberapa politisi tidak sependapat dengan tudingan Trump yang mengaitkan luputnya investigasi FBI dengan upaya penyidikan terhadap intervensi Rusia.

"Begitu banyak orang di FBI melakukan beragam tugas untuk memastikan warga AS selalu aman. Kenyataannya, tugas FBI dan penyidikan dugaan intervensi Rusia adalah dua hal yang berbeda," ujar Senator Partai Republik, Tim Scott, dalam sebuah wawancara dengan program Face Nation di stasiun televisi CBS.

Pasca-rilisnya surat dakwaan oleh Robert Mueller, Presiden Donald Trump menguatkan pengakuannya bahwa sama sekali tidak ada praktik kolusi antara dirinya dan Rusia.

Surat dakwaan terkait sejatinya tidak menyebut secara pasti siapa saja anggota kampanye Trump yang diduga kuat terlibat kongkalikong dengan Rusia. Meski begitu, penyidikan tetap dijalankan karena adanya beberapa bukti yang mengarah pada dugaan terkait.

Kepada stasiun televisi CNN, Adam Schiff mengatakan bahwa rincian dakwaan Mueller memberi bukti 'luar biasa dan tegas' tentang ancaman campur tangan Rusia.

"Surat dakwaan itu menampar balik komentar Trump yang menyebut dugaan intervensi Rusia adalah berita bohong," jelas Schiff.

"Presiden mengklaim pengelakan layaknya orang bersin, kapan pun tanpa ada persiapan yang benar-benar matang," lanjutnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya