Semangat! Ini 7 Hal yang Bisa Bikin Kita Optimistis di Masa Depan

Isu kiamat sebentar lagi tak perlu dikhawatirkan berlebih. Masih ada banyak hal yang bikin kita optimistis.

oleh Elin Yunita KristantiRizki Akbar Hasan diperbarui 09 Mar 2018, 02:02 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 02:02 WIB
Ilustrasi Orang sukses
Ilustrasi Orang sukses (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak hal yang bikin kita ketar-ketir: isu kiamat, ancaman tabrakan asteroid, bencana, perlombaan senjata nuklir yang dikhawatirkan memicu Perang Dunia III, juga kemunculan pemimpin-pemimpin yang tak bisa ditebak jalan pikirannya semacam Donald Trump dan Kim Jong-un.

Namun, tak perlu takut berlebih. Terkadang, kita harus mengingat bahwa Bumi adalah tempat yang indah untuk dihuni.

Dan, tak semua yang buruk yang terjadi di planet manusia. Kemajuan teknologi menjanjikan banyak hal untuk kemajuan dan kesejahteraan penduduk Bumi.

Bicara soal kiamat, menurut hasil penelitian University of East Anglia, Inggris pada 2013, Bumi diperkirakan masih mampu menopang kehidupan setidaknya selama 1,75 miliar tahun mendatang.

Planet manusia juga membuktikan diri telah mampu bertahan menghadapi tubrukan dari luar Bumi dan gunjang-ganjing zaman, selama 4,54 miliar tahun usianya.

Biar semangat, berikut 7 hal yang bisa bikin kita optimistis pada masa depan, menurut para pengguna Reddit seperti dikutip sebagian dari situs Indy100.com:

Bye..Bye Penyakit

Percobaan medis rahasia (0)
Ilustrasi percobaan medis di laboratorium. (Sumber Pixabay/DarkoStojanovic via Creative Commons)

1. Selangkah Lagi Obat Kanker Akan Ditemukan

Sebuah terobosan dihasilkan para peneliti Stanford University School of Medicine, yakni 'vaksin' yang bisa menghilangkan tumor pada tikus.

Para periset juga akan melakukan langkah lanjutan, dengan merekrut pasien dengan lymphoma untuk menguji keampuhan vaksin tersebut terhadap manusia.

2. Teknologi CRISPR

Masih soal kemajuan di bidang kesehatan, ilmuwan saat ini terus mengembangkan teknik 'pengeditan gen' yang bisa digunakan dalam banyak bidang.

Teknologi Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR) bisa diterapkan pada tanaman untuk memastikan hasil panen maksimal, memperbaiki cacat pada gen, juga untuk mencegah penyakit.

"CRISPR adalah jawabannya! Ada banyak kemungkinan di bidang medis yang bisa dilakukan, dari mengatasi penuaan hingga menghentikan munculnya penyakit seperti alzheimer dan bahkan kanker," kata pengguna Reddit, HeirofEgypt526.

Lebah Selamat, Manusia Senang

Melihat Panen Madu di Jalur Gaza-AFP-20170502
Pekerja mengambil sarang lebah saat panen di Beit Hanun, Jalur Gaza utara, Minggu (30/4). Peternakan lebah ini menghasilkan 4000 kilo madu setiap tahun yang hanya dijual di Jalur Gaza. (AFP PHOTO / MOHAMMED ABED)

3. Populasi Lebah Meningkat Pesat

Setelah bertahun-tahun mengalami penurunan, koloni lebah kini meningkat dengan pesat.

Lantas apa manfaatnya?

Tak hanya menghasilkan madu, para lebah adalah makhluk yang penting bagi ekosistem.

Mereka adalah agen penyerbuk, untuk mayoritas tanaman yang dibutuhkan untuk memberi makan 7,6 miliar manusia di Bumi.

"Jika kita bisa bekerja sama untuk menyelamatkan para lebah, maka kita akan mampu mengatasi perubahan iklim," kata pengguna Reddit, ExL-Oblique.

4. Kesadaran soal Masalah Kesehatan Mental

Masalah kesehatan mental kini bukan hal tabu. Kesadaran soal hal tersebut pun kian meningkat, di mana masyarakat punya pengetahuan dan kemampuan untuk membantu sesamanya.

Pengetahuan tersebut membuat masyarakat berpikir rasional, tak lantas menyalahkan iblis, setan, arwah, atau dedemit di balik perubahan mental seseorang. Kasus pemasungan pasien gangguan jiwa pun kian berkurang.

"Kesadaran tentang masalah kesehatan mental kian meningkat. Orang-orang pun kian bersedia membantu mereka yang membutuhkan," kata pengguna Reddit, Th3NXTGEN.

Keliling Bumi dalam 1 Jam

Roket Terkuat di Dunia Milik SpaceX Melesat Menuju Orbit Planet Mars
Kerumunan penonton di Playalinda Beach menyaksikan peluncuran Roket Falcon Heavy dalam sebuah penerbangan uji coba di Kennedy Space Center di Florida (6/2). (Joe Burbank / Orlando Sentinel via AP)

5. Roket BFR

Elon Musk mengumumkan rencana ambisiusnya untuk mengembangkan sistem roket, yang tak hanya bisa membawa manusia ke Planet Mars atau tujuan lain di angkasa luar, tapi juga dari satu titik ke titik lain di Bumi secepat kilat.

Roket itu diberi nama BFR. Belum ada nama resminya. Bos SpaceX tersebut hanya menyebutnya sebagai Big F***ing Rocket.

Jika pengembangan itu berhasil, manusia bisa berkeliling Bumi dalam waktu hanya satu jam. Misalnya, penerbangan dari New York, AS ke Shanghai, China yang kini butuh waktu 15 jam akan dipangkas tinggal 39 menit.

"Itu akan membuat perjalanan di Bumi kian mudah," kata BaconCat42.

Perempuan di Posisi Puncak

Kanselir Jerman Angela Merkel
Kanselir Jerman Angela Merkel (AP Photo/Martin Meissner, File)

6. Pembangkit Listrik Tenaga Matahari dan Angin Kian Terjangkau

Kelak, manusia bisa melepaskan ketergantungannya terhadap minyak dan gas, batubara, atau nuklir. Menggantinya dengan pembangkit alternatif, di antaranya energi matahari dan angin.

Di Australia, misalnya, terjadi penetrasi pembangkit listrik tenaga surya dalam 10 tahun terakhir. Kian terjangkaunya harga panel surya jadi faktor pendorong.

"Tahun 2018 jauh lebih baik daripada 10 tahun terakhir dalam hal harga, periode pembayaran, dan penjualan panel surya," kata pengguna Reddit, Crapslord.

"Orang-orang memasang panel surya, pun dengan perusahaan besar maupun kecil. Mereka menutupi atap bangunan dengan panel surya."

7. Lebih Banyak Perempuan Jadi Pemimpin

Kini kian banyak perempuan yang memimpin dunia. Mereka tidak mewarisi takhta seperti pada masa kerajaan, melainkan dipilih oleh rakyat, langsung maupun perwakilan.

Ada Benazir Benazir Bhutto, Margaret Thatcher, Theresa May Angela Merkel, Qorazon Aquino, bahkan Megawati Soekarnoputri dari Indonesia. Sementara, Hillary Clinton nyaris jadi perempuan pertama yang menjadi Presiden Amerika Serikat.

Sayangnya, Nyonya Clinton dikalahkan Donald Trump dalam Pilpres 2016 yang berlangsung gaduh.

Pada Februari 2018, mantan presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf mendapat Mo Ibrahim Prize for Achievement -- salah satu penghargaan paling prestisius di Benua Afrika.

Sementara itu, pada 2016, representasi kaum hawa di parlemen meningkat secara 'radikal' di Afrika Selatan, Bolivia, dan Rwanda.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya