Liputan6.com, Teheran - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengecam pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (32), yang menyebutkan bahwa perang Saudi-Iran dapat pecah dalam kurun 10 hingga 15 tahun ke depan.
Bahram Qassemi memperingatkan sang pangeran, yang juga dikenal dengan panggilan MBS, untuk "tidak berjudi dengan kematian".
"Pengkhayal pemula ini, yang bahkan memakai sepatu bot saja belum pas, antara tidak tahu perang itu apa atau belum belajar soal sejarah, atau mungkin belum pernah bicara dengan orang penting," demikian tutur Qassemi seperti dikutip dari Al Jazeera pada Senin, (2/4/2018).
Advertisement
Pernyataan Qassemi muncul setelah MBS mengatakan bahwa Arab Saudi mungkin saja terlibat dalam konfrontasi militer dengan Iran jika sanksi internasional yang lebih keras tidak dijatuhkan pada negara itu.
"Kita harus mencapai itu (sanksi internasional) untuk menghindari konflik militer, jika kita gagal, kita mungkin dapat berperang dengan Iran dalam waktu 10-15 tahun mendatang," tutur MBS kepada The Wall Street Journal.
Baca Juga
Arab Saudi telah menyalakan alarm atas apa yang disebutnya sebagai peningkatan pengaruh Iran di kawasan, selain ekspansi Negeri Para Mullah melalui konflik proksi dan keterlibatan militer langsung di Yaman.
Riyadh telah menjadi kritikus setia kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015. Arab Saudi pun telah berulang kali memuji sikap keras Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap perjanjian tersebut.
Menurut Arab Saudi, kesepakatan nuklir Iran hanya akan meringankan kesengsaraan ekonomi negara itu dan memungkinkan Teheran menopang afiliasi seperti Hizbullah.
Saksikan video pilihan berikut:
Rivalitas Arab Saudi dan Iran
Arab Saudi menegaskan akan membuat senjata nuklir, jika Iran telah berhasil membuatnya. Hal itu diutarakan Pangeran Mohammed bin Salman saat diwawancarai media Amerika Serikat, CBS News.
Mengawali pernyataannya, sang pangeran mengatakan bahwa sejatinya Saudi tak ingin membuat bom nuklir, mengingat keanggotaan mereka dalam Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons sejak 1988. Namun, "Jika Iran membuat bom nuklir, kami juga akan melakukannya sesegera mungkin, tanpa ragu". Demikian seperti dikutip dari BBC pada Jumat, 16 Maret 2018.
Rivalitas Arab Saudi dan Iran yang telah berlangsung lama menyentuh beragam aspek, mulai dari proyeksi kekuatan hingga menanamkan pengaruh di berbagai negara tetangga melalui perang proksi. Contohnya adalah Perang Saudara di Suriah dan Yaman.
Mengomentari tentang upaya penanaman pengaruh Iran di sejumlah perang proksi itu, MBS mengatakan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khomenei merupakan, "Hitler baru di kawasan Timur Tengah".
"Ia (Khomenei) punya proyek khusus di Timur Tengah, seperti Hitler yang ingin memperluas wilayahnya."
Di sisi lain, keterlibatan Arab Saudi dalam perang proksi di kawasan, juga turut menuai kecaman dari beberapa pihak.
Namun, Pangeran Bin Salman punya pembelaan tersendiri terkait hal tersebut.
Ia mengatakan bahwa Saudi tak ingin sikap Iran yang "serupa Nazi dan Hitler" mengancam Timur Tengah.
"Kami tak ingin peristiwa yang sama terjadi di Timur Tengah," tegas MBS.
Advertisement