Liputan6.com, Washington DC - Kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, ke Amerika Serikat (AS) disambut dengan hangat oleh Presiden Donald Trump di Gedung Putih.
Mengacu pada guncangan politik yang telah disaksikan Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir, Trump memuji peran baru putra mahkota yang kerap disapa dengan inisial MBS itu.
Dilansir dari Al-Jazeera pada Rabu (21/3/2018), Trump dan MBS disebut melanjutkan pembahasan perjanjian tahun lalu, tentang investasi Arab Saudi senilai US$ 200 miliar, termasuk rencana pembelian peralatan militer AS dalam skala besar.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Donald Trump mengatakan bahwa jual beli peralatan militer itu berkontribusi pada terciptanya 40.000 lapangan kerja di Amerika Serikat.
Dalam pertemuan tersebut,  Trump turut memperlihatkan grafik tentang keseriusan Arab Saudi dalam memberli peralatan militer buatan AS, mulai dari kapal, sistem pertahanan rudal, pesawat jet militer, dan berbagai kendaraan tempur lainnya.
"Arab Saudi adalah negara yang sangat kaya, dan mereka akan memberi Amerika Serikat sebagian dari kekayaan itu, semoga, dalam bentuk pekerjaan, dalam bentuk pembelian peralatan militer terbaik di dunia," ujar Trump bangga.
Kunjungan MBS merupakan awal serangkaian pertemuan bilateral antara AS dan para pemimpin negara Teluk Arab dalam beberapa bulan ke depan.
MBS akan berada di AS selama sekitar dua minggu, bertemu politisi dan pemimpin bisnis dalam perjalanan yang dirancang untuk "merehabilitasi" citra kerajaan di negara itu, kata para analis.
Menurut seorang pejabat Gedung Putih, Presiden Donald Trump dan MBS juga akan membahas isu Iran, Rusia dan kemungkinan investasi di perusahaan-perusahaan AS.
Â
 Simak video tentang sosok Putra Mahkota Arab Saudi yang diburu teroris berikut:Â
Pertemuan Bilateral yang Dinilai Sebagai Komedi Tragis
Sementara itu, seorang analis politik Arab, Marwan Bishara, menyebut pertemuan antara Putra Mahkota Arab Saudi dan Presiden Donald Trump itu sebagai sebuah komedi tragis.
"Di tingkat politik, presiden Amerika tersebut mencoba menjual pangeran mahkota kepada publik Amerika, ketika citra Arab Saudi benar-benar buruk," katanya.
MBS, yang 39 tahun lebih muda dari Trump, merujuk pertemuan keduanya adalah sejarah aliansi antara kedua negara.
"Kami adalah sekutu tertua Amerika dari Timur Tengah," ujar MBS.
"Dengan lebih dari 80 tahun aliansi dan kepentingan besar, baik secara politis, ekonomi, maupun keamanan. Landasan hubungan kami sangat besar dan dalam," lanjutnya.
Namun oleh Bishara, hal itu terlihat tidak lebih sebagai pembuktian sebagian komitmen pada kesepakatan komersial dan pembelian senjata dengan AS.
Tetapi pada tingkat yang lebih strategis, tambahnya, kunjungan itu bisa jadi berkaitan dengan pembahasan kembali Arab Saudi dan AS dalam upaya menekan Iran.
Advertisement