Abdel Fattah Al-Sisi Terpilih Kembali sebagai Presiden Mesir

Dengan perolehan suara 97 persen, Abdel Fattah Al-Sisi akan kembali memimpin Mesir selama empat tahun mendatang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Apr 2018, 14:15 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2018, 14:15 WIB
Potret Abdel Fattah Al-Sisi
Potret Abdel Fattah Al-Sisi. Periode pemerintahan pertama Al Sisi dimulai pada 2014 setelah meraih 97 persen suara dalam pemilu (AP Photo/Amr Nabil)

Liputan6.com, Kairo - Abdel Fattah Al-Sisi telah terpilih kembali sebagai Presiden Mesir setelah mengantongi 97 persen suara dalam pemilihan umum. Jumlah suara yang sama juga diraih Sisi saat terpilih empat tahun lalu. Namun jumlah pemilih tahun ini menurun.

Jumlah pemilih tahun ini turun menjadi 41 persen, meski sebelumnya dikabarkan telah dilakukan upaya untuk mendatangkan sebanyak mungkin orang ke bilik suara. Sejak penghitungan awal setelah berakhirnya pemungutan suara pada hari Rabu waktu setempat, Sisi nyaris dijamin menang telak.

Pemilu Mesir 2018 hanya menampilkan dua pilihan, yakni Sisi dan Moussa Mostafa Moussa, menyusul sejumlah kandidat lainnya yang "tersingkir". Sisi dengan tegas menyatakan, ia tidak terlibat upaya penyingkiran lawan-lawan politiknya dan ia justru menginginkan ada lebih banyak kandidat yang maju.

Seperti dikutip dari telegraph.co.uk, Selasa (3/4/2018), Komisi Pemilu Mesir mengatakan, pemungutan suara diadakan sesuai dengan "standar tertinggi integritas dan transparansi internasional".

Secara rinci, Sisi memenangkan 21,8 juta suara. Sementara rival utamanya hanya mampu meraih 1,8 juta suara.

"Menyaksikan rakyat Mesir dari seluruh lapisan masyarakat, sangat mengesankan dan menginspirasi," kata Sisi dalam pidatonya.

Kritikus berpendapat, menurunnya jumlah pemilih merupakan kemunduran potensial bagi Sisi yang melihat pemilu ini sebagai referendum atas kepresidenannya dibanding sebuah pemilihan umum sungguhan. Jumlah pemilih pada 2014 diketahui 47 persen.

"Pemilu mengungkapkan masalah yang jelas terkait dengan partisipasi dan keengganan orang muda untuk memilih," ungkap politisi, Mohamed Anwar Sadat. Ia merupakan salah satu kandidat yang mundur dari pencalonan menyusul intimidasi terhadap para pendukungnya.

Sementara itu, media negara menggambarkan keengganan untuk berpartisipasi dalam pemilu sebagai pengkhianatan terhadap Mesir. Sejumlah orang mengklaim, mereka ditawarkan insentif untuk memilih, yakni diberikan uang dan makanan. Namun, mereka tidak menyebutkan siapa pemberinya.

Merespons informasi tersebut, otoritas terkait mengatakan bahwa negara tidak memfasilitas pemberian insentif.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Popularitas Sisi terkikis?

Pemilu Mesir 2018
Abdel Fattah Al-Sisi berhasil memenangkan Pemilu Mesir 2018 (AP Photo/Nariman El-Mofty)

Kritikus menilai bahwa popularitas Sisi tergerus di tengah reformasi ekonomi yang berat, yang membuat sebagian besar rakyat Mesir semakin terpuruk. Hal tersebut diperburuk dengan tindakan represif pemerintah dalam menyikapi perbedaan pendapat.

Para pendukung Sisi mengatakan bahwa langkah represif dibutuhkan untuk menstabilkan negara. Dari sisi keamanan, Mesir sendiri tengah menghadapi gejolak berupa pertempuran dengan ISIS di Semenanjung Sinai utara dan kerusuhan yang belum sepenuhnya reda pasca-pemberontakan 2011 yang menggulingkan Hosni Mubarak.

Sisi sendiri naik ke tampuk kekuasaan setelah memimpin kudeta militer pada 2013 di mana ia berhasil menggulingkan Presiden pertama yang terpilih secara bebas, Mohamed Mursi. Setahun kemudian, ia memenangkan pemilu dengan perolehan suara 97 persen.

PBB telah angkat suara terkait dengan apa yang terjadi di Mesir. Organisasi multilateral itu mengungkapkan keprihatinannya terhadap tindakan represif pemerintah Mesir dalam menanggapi perbedaan pendapat yang terjadi sebelum pemungutan suara pekan lalu.

Jika kritik meluncur dari PBB, ucapan selamat atas terpilihnya Sisi sebagai Presiden datang dari Donald Trump. Menurut kantor berita Mesir, MENA, Presiden ke-45 AS itu menyatakan berminat untuk memperkuat hubungan strategis kedua negara.

Trump digambarkan sebagai pendukung Sisi. Trump menyebut Sisi sebagai "pria yang fantastis" dan mengundangnya ke Gedung Putih -- sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Barack Obama.

Ucapan selamat atas terpilihnya Sisi juga diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson. "Berharap untuk bekerja sama dengan Presiden Sisi pada periode kedua pemerintahannya. Mesir memiliki kesempatan selama empat tahun ke depan untuk membangun masyarakat yang sejahtera dan demokratis...," tulis Johnson di akun pribadinya di Twitter.

Rusia dan Arab Saudi juga turut mengucap selamat pada Sisi. Selain menunjukkan dukungannya terhadap Sisi, Raja Salman juga mengatakan bahwa kemenangan Sisi merupakan hasil dari upaya untuk memerangi terorisme.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya