Liputan6.com, Washington DC - Angkatan Laut Amerika Serikat mengaktivasi kembali Armada Kedua (US Navy Second Fleet) untuk beroperasi di Atlantik guna membendung eskalasi aktivitas kemaritiman Rusia di kawasan tersebut.
Kepala Staf AL Amerika Serikat Laksamana John Richardson mengatakan, US Navy Second Fleet akan memiliki sumber daya operasional berupa sejumlah kapal, alutsista aviasi, dan pasukan pendarat (sea-to-land forces), dengan cakupan operasi meliputi Pantai Timur AS dan Samudera Atlantik.
"Kita kembali pada era kompetisi kekuatan utama, seperti yang dijelaskan dalam Strategi Keamanan Nasional AS. Nuansa keamanan semakin berkembang, menantang, dan kompleks," kata Richardson seperti dikutip dari The Independent, Minggu (6/5/2018).
Advertisement
"Oleh karenanya, Second Fleet (kembali) berdiri untuk menghadapi situasi tersebut, terutama di Atlantik utara," lanjut Richardson.
Baca Juga
US Navy Second Fleet, yang berbasis di Norfolk, Virginia, dibentuk usai Perang Dunia II dan berperan dalam operasi pertempuran maritim AS semasa Perang Dingin.
Armada Kedua juga terlibat dalam Krisis Misil Kuba 1962, di mana Amerika Serikat - Uni Soviet sempat di ambang perang nuklir pada masa itu.
Pada tahun 2011, Armada Kedua dibubarkan untuk menghemat anggaran pertahanan. Tugas dan tanggung jawab mereka kemudian dilebur dalam US Fleet Forces Command, sementara dana armada dialokasikan ke operasi War on Terror Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan.
Pada saat dibubarkan, Armada Kedua memiliki sumber daya operasional berupa 126 kapal, 4.500 pesawat, dan 90.000 personel AL dan Korps Marinir (USMC).
Ā
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
NATO Akan Bentuk Komando Gabungan Atlantik
Gagasan untuk kembali mengaktivasi US Navy Second Fleet merupakan secuil materi pembahasan dalam pertemuan para menteri pertahanan Organisasi Kerja Sama Militer Atlantik Utara (NATO) pada Februari 2018.
Pertemuan para menteri NATO itu turut mendiskusikan upaya untuk menjamin keamanan rute maritim dan fasilitas kabel komunikasi bawah laut yang menghubungkan Eropa dan Amerika Utara.
"Kembalinya persaingan kekuatan besar dan kebangkitan Rusia menuntut NATO berfokus kembali pada Atlantik dan memastikan penguatan khusus di kawasan itu, serta menunjukkan kekuatan penjeraan yang kapabel dan kredibel," kata Johnny Michael, Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS (Pentagon).
NATO juga berencana untuk membentuk komando gabungan Atlantik berbasis di Norfolk, Virginia -- sebuah gagasan yang ditujukan sebagai "ujung tombak keamanan trans-Atlantik."
"Komando maritim gabungan di Norfolk (JFC-Norfolk) mampu membuat NATO sukses melakukan seluruh spektrum operasi dan misi di trans-Atlantik dan Atlantik utara," kata Pentagon Amerika Serikat dalam sebuah pernyataan.
Advertisement