Liputan6.com, Teheran - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menegaskan bahwa dunia harus melawan perilaku perundungan (bullying) yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Hal tersebut disampaikan diplomat Iran itu di tengah upayanya untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir pasca-penarikan diri Amerika Serikat bulan lalu.
Seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (4/6/2018), Menlu Zarif meminta kepada rekan-rekannya "para penandatangan kesepakatan nuklir yang tersisa dan mitra dagang lainnya" untuk "menebus kerugian Iran" yang dipicu keluarnya Amerika Serikat dari pakta nuklir.
"Kesepakatan nuklir adalah hasil dari 'pembicaraan multilateral yang sangat cermat, sensitif, dan seimbang'," kata Zarif dalam suratnya yang dirilis oleh media pemerintah IRNA pada hari Minggu.
Advertisement
Baca Juga
Ia menambahkan bahwa perjanjian nuklir bersejarah antara Iran dan enam kekuatan dunia, yakni Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Prancis, Jerman, dan China, tidak dapat dinegosiasi ulang seperti yang diminta Washington.
Zarif mengatakan bahwa "penarikan ilegal" Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir dan "metode perundungan untuk membawa pemerintah lain sejalan" dengan keputusan itu telah mendeskreditkan aturan hukum di arena internasional.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Syarat dari Iran
Donald Trump menarik keluar Amerika Serikat dari perjanjian nuklir Iran bulan lalu. Namun, hingga kini negara penandatangan yang tersisa masih melihat kesepakatan nuklir tersebut sebagai kesempatan terbaik untuk menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir dan berusaha menyelamatkannya.
Teranyar, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah menetapkan serangkaian syarat bagi Eropa jika mereka ingin Teheran tetap berada dalam kesepakatan nuklir, termasuk langkah-langkah untuk menjaga perdagangan dengan Iran dan menjamin penjualan minyak Iran.
Amerika Serikat hengkang dari kesepakatan nuklir Iran pada 8 Mei. Ia beralasan menginginkan kesepakatan yang lebih besar, yang tidak hanya membatasi soal atom Iran, melainkan juga mengekang dukungan Iran dalam perang proksi di Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon serta menghentikan program rudal balistiknya.
Advertisement