Jerman: Langkah AS Keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran Bahayakan Keamanan

Jerman menegaskan, Eropa masih mendukung kesepakatan nuklir Iran. Karena kesepakatan itu, mampu menghindari perlombaan senjata nuklir di kawasan.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mei 2018, 15:32 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2018, 15:32 WIB
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas (AP PHOTO / Natacha Pisarenko)
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas (AP PHOTO / Natacha Pisarenko)

Liputan6.com, Washington DC - Jerman pada Rabu 23 Mei mengatakan kepada pejabat senior Amerika Serikat bahwa Eropa masih satu sikap mendukung kesepakatan nuklir Iran karena mengkhawatirkan munculnya perlombaan senjata nuklir di kawasan tetangganya.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari perjanjian bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada awal bulan ini dan menolak imbauan dari sekutu mereka di Eropa, yang menilai bahwa kesepakatan itu telah berhasil membatasi kemampuan Iran mengembangkan senjata nuklir.

Pembatalan terhadap perjanjian itu akan membuat Iran kembali menjalankan program nuklir mereka dan hal tersebut "sangat membahayakan" keamanan Eropa, kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kepada sejumlah wartawan setelah menemui Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat John Bolton.

"Eropa masih satu sikap mengenai perjanjian nuklir dengan Iran dan sikap itu tidak akan berubah. Kami tidak ingin ada perlombaan senjata nuklir di kawasan tetangga kami," kata Maas seperti dikutip dari Antara, Kamis (24/5/2018).

Sementara itu pada hari yang sama, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, penolakan Trump terhadap kesepakatan nuklir menunjukkan bahwa Iran tidak bisa lagi berunding dengan negara yang tidak memenuhi komitmennya sendiri.

Maas, yang rencananya akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, menggambarkan pembicaraanya dengan Bolton -- tokoh yang terkenal punya pandangan keras terhadap Iran -- sebagai perjumpaan yang jujur dan konstruktif.

Maas mengatakan bahwa negara-negara Eropa, sebagaimana Amerika Serikat, juga khawatir terhadap pengembangan senjata rudal di Iran dan agresivitas negara itu di Timur Tengah. Namun persoalan itu harus dibahas tanpa harus merusak kesepakatan nuklir, kata Maas.

Sebelumnya pada Senin, Pompeo mengancam akan memberlakukan "sejumlah sanksi paling berat" terhadap Iran jika Teheran tidak mengurangi aktivitas mereka di kawasan. Pompeo menuding Teheran telah mempersenjatai kelompok-kelompok di Suriah, Lebanon, dan Yaman.

Pejabat tinggi kementerian luar negeri yang menandatangani perjanjian nuklir dengan Iran pada 2015 lalu akan bertemu dengan perwakilan Negeri Para Mullah pada Jumat 25 Mei 2018 di Wina.

Pertemuan itu akan membahas apa yang bisa dilakukan agar kesepakatan nuklir tetap bisa berjalan dan bagaimana mengakali sanksi Amerika Serikat yang berpotensi membuat lesu ekonomi Iran.

Maas mengaku dirinya memperkirakan pertemuan itu akan berjalan "sulit", tanpa menjelaskan lebih jauh.

Menurut dia, para pemimpin Eropa tengah mengkhawatirkan masa depan hubungan trans-atlantik dengan Amerika Serikat.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


Uni Eropa: Langkah AS Akan Membuat Timur Tengah Memanas

Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Uni Eropa, David McAllister (AFP PHOTO via Press TV)
Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Uni Eropa, David McAllister (AFP PHOTO via Press TV)

Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Uni Eropa, David McAllister mengkhawatirkan dampak yang dapat terjadi berikutnya usai Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran atau yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 8 Mei 2018.

"Uni Eropa menilai bahwa langkah itu bisa memicu eskalasi tensi dan konflik yang terjadi di Timur Tengah, di mana belakangan ini kawasan tersebut telah semakin memanas," kata McAllister di sela-sela European Union Day di Jakarta, Rabu 9 Mei 2018.

"Kami khawatir, Iran akan kembali melanjutkan program senjata balistik mereka, semakin meningkatkan peran negatifnya dalam perang di Yaman dan Suriah serta dukungannya terhadap Hizbullah di Lebanon, serta memperburuk tensi Iran - Israel yang akan berdampak bagi stabilitas di Timur Tengah," lanjutnya.

Termasuk Uni Eropa, empat dari enam penandatangan yang masih berkomitmen pada JCPOA telah mengutarakan kekecewaan atas langkah Trump yang menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut.

JCPOA merupakan pakta kesepakatan yang dibentuk pada 2015 antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB (China, Prancis, Rusia, Inggris, AS) plus Jerman dan Uni Eropa.

Menurut pakta itu, Iran dituntut untuk mengurangi stok uranium (bahan baku pembuat nuklir) hingga 98 persen dan berhenti menjalankan program pengembangan senjata nuklir. Kepatuhan Tehran terhadap kesepakatan nuklir Iran akan ditukar dengan pencabutan sanksi dari para negara penandatangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya