Peringatan Iran untuk Kim Jong-un: Jangan Percaya pada Donald Trump

Di tengah optimisme menyusul pertemuan bersejarah antara Donald Trump dan Kim Jong-un, Iran justru memperingatkan Korea Utara.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 12 Jun 2018, 21:35 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2018, 21:35 WIB
Keakraban Donald Trump dan Kim Jong-un Saat Berjalan di Taman
Momen ketika Presiden AS Donald Trump (kiri) dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berjalan di taman Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6). Trump dan Kim optimis bahwa KTT akan sukses. (Anthony Wallace/Pool/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan yang berlangsung selama lima jam antara Kim Jong-un dan Donald Trump ditanggapi positif para pemimpin dunia. Keakraban dua pemimpin, yang sebelumnya kerap terlibat perang retorika itu, dianggap membawa angin segar bagi perdamaian di Semenanjung Korea.

Namun, tak demikian dengan Iran. Pihak Teheran memperingatkan Kim Jong-un untuk tidak percaya 100 persen terhadap Donald Trump.

"Tidak ada jaminan bahwa Trump tak akan membatalkan perjanjian sebelum kembali ke negaranya," kata Juru Bicara Pemerintah Iran, Mohammad Bagher seperti dikutip dari NBC News, Selasa (12/6/2018).

"Kita sedang menghadapi seseorang yang kerap mencabut apa yang telah ia tandatangani saat berada di luar negeri."

Pada bulan lalu, Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani AS pada 2015.

Anggota parlemen Iran membakar dua lembar kertas bergambar bendera AS, Teheran, Iran, Rabu (9/5). Aksi itu dilakukan sebagai kecaman atas kebijakan Presiden AS Donald Trump yang keluar dari kesepakatan nuklir Iran. (AP Photo)

Sang miliarder nyentrik menyebut, kesepakatan itu cacat. Trump juga menuding Teheran mensponsori terorisme dan mengusulkan sanksi baru.

Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani menyampaikan kritik serupa terhadap pemerintahan Donald Trump.

Kesepakatan nuklir Iran menjadikan Teheran setuju untuk membatasi pengayaan uranium, yang dikhawatirkan Barat dapat digunakan untuk membangun senjata pemusnah massal.

Bagi Iran, yang telah lama mempertahankan program nuklirnya dengan alasan untuk tujuan damai, kesepakatan itu berpotensi melepaskan belenggu sanksi pada kehidupan ekonominya, dan membuka akses penjualan minyaknya ke luar negeri.

Sementara itu, Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in menyatakan menyambut baik kesepakatan yang telah ditandatangai Kim Jong-un dan Donald Trump.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan usai melakukan pertemuan di Panmunjom, Korea Utara (26/5). (South Korea Presidential Blue House/Yonhap via AP)

"Kita telah meninggalkan hari-hari kelam peperangan dan konflik, dan akan menuliskan bab baru tentang perdamaian dan kerja sama," demikian pernyataan yang dikeluarkan Kantor Kepresidenan Korea Selatan. "Kami akan melangkah bersama Korea Utara."

Sementara itu, sekutu terdekat Korea Utara, China berharap bagi perdamaian di Semenanjung Korea. "AS dan Korea Utara saling bersikap antagonis selama lebih dari setengah abad," kata Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi.

"Kini, para pemimpin tertinggi kedua negara bisa duduk bersama, setara, melakukan pembicaraan yang memiliki arti penting dan positif, serta menciptakan sejarah baru."

Sementara itu, Juru bicara Departemen Luar Negeri China, Geng Shuang mengimbau PBB untuk menangguhkan atau bahkan mencabut sanksi terhadap Korea Utara. "Kami berpendapat, Dewan Keamanan PBB harus bertindak untuk mendukung upaya diplomatik saat ini," kata dia.

Beijing memiliki kepentingan strategis terkait isu Korea Utara. Jika rezim Kim Jong-un sampai tumbang, Tiongkok khawatir, itu bisa memicu gelombang pengungsi ke China. 

Sementara itu, China niscaya terdampak jika perang yang melibatkan nuklir sampai terjadi di Semenanjung Korea. 

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga menyambut gembira kesepakaan yang dicapai Donald Trump dan Kim Jong-un, sebagai langkah pertama menuju denuklirisasi Korea Utara.

Abe juga berterima kasih pada Donald Trump yang menyinggung masalah penculikan warganya dengan pihak Pyongyang.

Rusia pun tak ketinggalan. Negara yang berbatasan langsung dengan dengan Korea Utara itu mengaku siap membantu pelaksanaan kesepakatan antara Kim Jong-un dan Donald Trump.

 

Saksikan video menarik terkait pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un berikut ini: 

Donald Trump: Saya Percaya Kim Jong-un

Jabat Tangan Perdana Trump dan Kim Jong-un
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggapai tangan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un untuk bersalaman dalam pertemuan bersejarah di resor Capella, Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6). (AP Photo / Evan Vucci)

Sebelumnya, hanya butuh waktu lima jam bagi Donald Trump untuk mempercayai sosok Kim Jong-un yang pernah ia juluki sebagai 'Little Rocket Man'.

Meski awalnya terkesan menjaga jarak, pertemuan keduanya yang berlangsung sekitar pukul 09.00 hingga 14.00 waktu Singapura, Selasa 12 Juni 2018, berjalan dengan baik. Mereka bersalaman, duduk bersama, mengadakan pertemuan, makan siang bareng, dan berjalan-jalan di taman Capella Hotel. Donald Trump bahkan memamerkan mobil kepresidenan 'The Beast' pada Kim Jong-un.

Saat berpisah, keduanya saling berjabat tangan erat, jauh lebih relaks dan akrab daripada ketika bertemu.

Saat ditanya, apakah Donald Trump mempercayai Kim Jong-un, sang miliarder menjawab, "Saya percaya. Menurut saya, dia akan menyelesaikannya."

Trump yakin benar, Kim Jong-un akan memenuhi perjanjian yang telah disepakati bersama dalam dokumen hasil KTT AS-Korea Utara.

"Dia (Kim Jong-un) sangat tegas dan faktanya ia ingin melakukannya. Saya pikir mereka (pihak Korut) ingin melakukannya lebih dari itu, bahkan lebih dari saya. Mereka ingin masa depan yang lebih cerah untuk Korea Utara," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya