RI Akan Terus Kirim Guru Bahasa Indonesia ke Papua Nugini

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, menyatakan akan melanjutkan program pengiriman guru bahasa Indonesia ke Papua Nugini.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 20 Jul 2018, 07:31 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2018, 07:31 WIB
Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Kemenlu RI (19/7/2018) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Kemenlu RI (19/7/2018) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, menyatakan akan melanjutkan program pengiriman guru bahasa Indonesia ke Papua Nugini.

Hal itu disampaikan oleh Menlu RI Retno Marsudi saat melaksanakan dialog bilateral dengan Menlu Papua Nugini Rimbink Pato di Kemenlu RI, Jakarta, Kamis (19/7/2018).

"Tahun lalu, Indonesia telah mengirim sejumlah guru bahasa Indonesia ke Papua Nugini," kata Retno dalam konferensi pers berama Rimbink.

"Kita akan terus melanjutkan pengiriman guru bahasa Indonesia ke Papua Nugini atas permintaan Papua Nugini," lanjut Retno tanpa menyebut detail jumlah tenaga guru yang akan dikirim.

Sejak tahun 2015, RI-Papua Nugini telah menyepakati kerja sama pendidikan, termasuk usulan pengiriman guru bahasa Indonesia ke negara tetangga itu.

"(RI-Papua Nugini) Menyepakati kerja sama pendidikan bahasa Indonesia di Papua Nugini dengan pengiriman guru bahasa Indonesia ke Papua Nugini," tulis Kementerian Luar Negeri dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Rabu 5 Agustus 2015. Kerja sama itu kemudian terealisasi pada 2017.

Seperti dikutip dari ABC Indonesia pada 17 Juli 2018, bahasa Indonesia sudah diajarkan di beberapa provinsi lain di Papua Nugini termasuk di ibukota Port Moresby. 

Sementara itu, Mulai awal Juni 2018, Sekolah Menengah Lae di provinsi Morobe mulai mengajarkan bahasa Indonesia dengan gurunya Fred Ogia yang pernah kuliah di Indonesia.

Pengajaran bahasa Indonesia di Morobe ini merupakan bagian dari kerjasama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah PNG, setelah dicapai kesepakatan di tahun 2015 untuk meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di negara yang bertetangga dengan Provinsi Papua tersebut.

Provinsi Morobe tidaklah berbatasan langsung dengan Indonesia, namun menurut Rektor Universitas Goroka --sebuah universitas di provinsi Eastern Highland Province-- Professor Joseph Sukuianomb, warga kedua negara yang tinggal di daerah perbatasan sudah banyak yang melakukan hubungan dagang, dan faktor bahasa menjadi hal penting guna meningkatkan saling pengertian budaya dan perdagangan.

Kepala Sekolah SMA Lae Christopher Raymond mengatakan dia senang bahwa minat untuk belajar bahasa Indonesia di sekolahnya cukup tinggi dan berterimakasih atas bantuan pemerintah Indonesia dan Departemen Pendidikan Provinsi Morobe.

Dalam kerjasama ini, siswa Papua Nugini nantinya akan mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia lewat beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Indonesia.

 

Simak video pilihan berikut:

Sepakati Penguatan Kapasitas Ekonomi dan Keamanan di Perbatasan

Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Kemenlu RI (19/7/2018) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Kemenlu RI (19/7/2018) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Dalam dialog yang berlangsung selama kurang lebih 30 menit, para menteri juga sepakat untuk melakukan penguatan kapasitas di bidang ekonomi dan keamanan di wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini --yang mana kedua negara berbagi garis batas yang cukup panjang, sekitar sejauh 750 km.

"Kami telah mendiskusikan manajemen perbatasan, terkhusus di perbatasan Skouw dan Putung (Jayapura)," kata Menlu Retno saat menyampaikan pernyataan pers bersama Menlu Pato di Kemenlu RI, Jakarta, Kamis 19 Juli 2018.

"Manajemen perbatasan menjadi perhatian penting, untuk menjamin perpindahan penduduk dan barang, melawan kejahatan lintas negara, dan memberdayakan perekonomian masyarakat di area tersebut," tambah Retno.

Mengomentari hal yang sama, Menlu Pato mengatakan bahwa pihaknya sangat antusias atas komitmen tersebut.

"Kami akan mengupayakan dan mengintensifkan isu pengembangan di wilayah perbatasan antara kedua negara," kata Pato.

Dalam kesempatan itu, Menlu Rimbink membawa delegasi, Anggota Parlemen Perwakilan Distrik North Fly, Provinsi Barat, James Donald untuk menyampaikan secara langsung kepada Menlu Retno mengenai isu perbatasan yang menjadi perhatian Papua Nugini.

Pato menambahkan, perhatian yang disampaikan oleh Donald kepada Indonesia berupa upaya pengembangan wilayah perbatasan kedua negara agar selaras dengan kerangka memorandum terbaru dan Treaty of Mutual Respect, Cooperation, and Friendship 1986 yang telah diteken kedua negara.

"Kami juga telah mengajukan berbagai proposal, termasuk juga pengembangan manajemen perbatasan di utara kedua negara. Oleh karenanya, ke depan kami akan melaksanakan dialog yang lebih intensif lagi," tambah Pato.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya