Tiga Maskapai AS Penuhi Tuntutan China untuk Ubah Penyebutan Taiwan

Tiga maskapai Amerika Serikat memenuhi tuntutan China untuk mengubah cara mereka menyebut Taiwan.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jul 2018, 09:01 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2018, 09:01 WIB
Ilustrasi United Airlines (AP)
Pesawat maskapai Amerika Serikat, United Airlines (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Tiga dari 44 maskapai penerbangan internasional yang diminta untuk mengubah cara mereka menyebut Taiwan telah memenuhi tuntutan tepat sebelum tenggat waktu berakhir. Hal ini menimbulkan kemenangan besar bagi pemerintah China.

American Airlines, Delta, dan United Airlines dari Amerika Serikat, semuanya tak lagi memakai nama "Taiwan" di situs mereka untuk memenuhi batas waktu 25 Juli 2018 yang diberlakukan oleh Beijing--sebuah tuntutan yang sebelumnya disebut pemerintah AS sebagai "omong kosong tiran". Demikian seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (27/7/2018).

Qantas Australia adalah salah satu perusahaan penerbangan yang ditargetkan dalam surat milik lembaga Penerbangan Sipil China awal tahun ini, yang mengancam hukuman bagi operator yang menyebut Taiwan sebagai negara, melanggar undang-undang China.

Qantas menegaskan akan memenuhi permintaan Beijing, dan sekarang menyebut kota-kota, seperti Taipei dan Kaohsiung sebagai bagian dari Taiwan, China.

CEO Qantas, Alan Joyce, membela langkah tersebut pada saat itu, mengutip bahwa Australia menganut Kebijakan Satu China yang mengakui daratan utama dan Taiwan sebagai milik satu negara

Akan tetapi, ketegasan China mendapat kecaman dari Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, yang mengatakan pemerintah seharusnya tidak "mengancam operasi bisnis umum".

Beberapa maskapai penerbangan lain telah menanggapi permintaan Beijing dengan mencabut penyebutan negara dan hanya menulis kota sebagai tujuan.

"Saya pikir operator AS akhirnya tak punya pilihan," kata Tom Ballantyne, kepala koresponden di media Orient Aviation Magazine. "Pasar China terlalu penting."

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, mengatakan, "Tidak ada ruang untuk negosiasi atau konsultasi ketika menyangkut prinsip Satu China."

Otoritas China belum menentukan sanksi apa yang bisa dihadapi oleh operator internasional karena mengabaikan permintaan, tetapi mengindikasikan bahwa hal itu bisa membahayakan akses mereka terhadap pasar penerbangan terbesar di dunia dalam lima tahun terakhir.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Disebut Aksi Brutal

Pasangan suami istri dipaksa turun oleh petugas maskapai Delta Airlines (AFP)
Pesawat maskapai Amerika Serikat Delta (AFP)

Di Taiwan, seorang anggota Parlemen dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa, Lo Chih-Cheng, menggambarkan langkah Beijing sebagai "tindakan brutal sepihak" yang menciptakan "lingkaran setan".

"China ingin menggunakan metode seperti mengubah nama Taiwan untuk mendorong Taiwan lebih dekat ke China, tetapi hasilnya adalah sebaliknya, itu akan membuat Taiwan melangkah semakin jauh --itu kontraproduktif", katanya.

Tekanan pada maskapai penerbangan hanyalah cara terbaru yang digunakan Beijing untuk semakin meminggirkan kehadiran Taiwan di dunia internasional.

Dalam beberapa bulan terakhir, China merangkul dua sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa, hanya menyisakan 19 negara kecil atau miskin yang mengakui pemerintahan di Taipei.

Baru minggu ini, tekanan China memaksa panitia Olimpiade Asia Timur untuk menangguhkan pertandingan pemuda yang direncanakan digelar tahun depan di Kota Taichung, Taiwan.

Beijing diyakini sangat marah karena LSM dan warga sipil mulai mendesak adanya referendum untuk menentukan apakah tim olahraga nasional harus menyebut dirinya Taiwan, bukannya Taipei China yang diminta Beijing.

"Ini akan membuat generasi muda di Taiwan membangun kebencian mereka terhadap China daripada memenangi hati mereka," kata Alexander Huang, seorang profesor dan mantan wakil menteri.

Kampanye sukses China untuk mendikte kata-kata yang digunakan di situs maskapai penerbangan asing mengikuti serangkaian permintaan maaf tahun ini dari perusahaan-perusahaan yang dianggap "menyakiti perasaan" masyarakat China.

Pada Januari, pihak berwenang China menutup situs jaringan hotel Marriot selama seminggu karena mencantumkan Hong Kong dan Tibet sebagai negara dalam survei daring mereka.

Produsen pakaian Zara juga dipaksa untuk mengubah situsnya karena melanggar standar China untuk menyebut Taiwan.

Mercedes-Benz juga meminta maaf pada bulan Februari karena mengutip pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, dalam apa yang seharusnya menjadi unggahan motivasi di Instagram.

China menganggap Dalai Lama sebagai separatis yang berbahaya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya