Akibat Cuaca Buruk, Warga Inggris Tak Dapat Saksikan Gerhana Bulan

Selama satu minggu terakhir, hujan badai dan sambaran petir menghiasi langit Inggris. Hal ini pun menghancurkan harapan banyak orang yang ingin melihat gerhana Bulan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Jul 2018, 12:05 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2018, 12:05 WIB
Gerhana Bulan Total di Jakarta
Foto fase gerhana bulan total dI langit kota Jakarta, Sabtu (28/7) dini hari. Gerhana bulan total tahun ini merupakan fenomena langka karena terjadi selama 1 jam 43 menit atau merupakan gerhana terlama yang terjadi di abad ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, London - Rasa penasaran masyarakat dunia terhadap fenomena alam gerhana Bulan dengan durasi terlama Abad ini tuntas sudah. Gerhana Bulan dengan durasi 1 jam 43 menit itu disaksikan secara langsung oleh masyarakat dengan mata telanjang atau pun alat bantu.

Namun, momen yang hanya muncul selama 100 tahun sekali ini tak bisa dirasakan peneliti dan masyarakat Inggris. Hal iini terjadi lantaran faktor cuaca.

Dikutip dari laman The Guardian, Sabtu (28/7/2018), selama satu minggu terakhir, hujan badai dan sambaran petir menghiasi langit Inggris.

Hal ini pun menghancurkan harapan banyak orang yang ingin melihat gerhana Bulan. Perasaan yang sama juga dicurahkan oleh para astronomi yang tinggal di Inggris.

Firasat tak dapat menyaksikan gerhana Bulan sudah mereka rasakan setelah selama satu minggu belakangan tak ada sinar matahari (tertutup awan).

Sementara itu, pemandangan terbaik dapat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Afrika Timur, Timur Tengah, India hingga Barat China.

Mereka yang tinggal di Eropa, Asia Tenggara, dan Australia pun juga dapat melihat gerhana Bulan. Amerika bagian selatan pun cukup beruntung, sebab bulan terlihat jelas. Tetapi, Amerika bagian utara bernasib sama seperti Inggris.

Lokasi Terbaik di Indonesia

Untuk lokasi pengamatan gerhana, BMKG menjelaskan bahwa semakin ke arah Barat, warga akan memiliki kesempatan untuk mengamati keseluruhan fase-fase gerhana Bulan total 28 Juli 2018.

Berdasarkan hal ini, penduduk yang berada di wilayah timur Indonesia, yaitu di Papua, hanya dapat mengamati gerhana dari awal hingga fase totalitas berlangsung.

Adapun mereka yang berada di Maluku, Maluku Utara, seluruh provinsi di Sulawesi --kecuali sebagian kecil di Sulawesi Selatan-- dan NTT bagian Timur, dapat mengamati gerhana dari awal hingga fase gerhana sebagian (setelah totalitas) berlangsung.

Untuk masyarakat yang berada di NTT bagian Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara bagian barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, NTB, Bali, semua provinsi di pulau Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, sebagian besar Jambi dan Riau, serta Bengkulu bagian Selatan, dapat mengamati gerhana Bulan total dari awal hingga fase gerhana penumbra (setelah totalitas) berlangsung.

Seluruh fase gerhana Bulan akan teramati dari lokasi yang berada di sebelah barat Bengkulu bagian utara, Riau bagian barat, sebagian besar Sumatera Barat dan Sumatera Utara, serta Aceh.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Astronaut Tangkap Gambar Gerhana Bulan dari Angkasa Luar

Gerhana Bulan di Simpang Lima Semarang
Gerhana bulan total terlihat di kota Semarang, Sabtu (28/7) dini hari. Gerhana bulan total tahun ini merupakan fenomena langka karena terjadi selama 1 jam 43 menit atau merupakan gerhana terlama yang terjadi di abad ini. (Liputan6.com/Gholib)

Sudahkah Anda melihat foto gerhana Bulan yang diambil dari angkasa luar? Seorang astronaut dari Badan Antariksa Eropa bernama Alexander Gerst mengabadikan momen itu.

Seperti dikutip dari laman Sciencealert.com, foto ini dianggap sebagai salah satu sudut terbaik yang diambil dari Stasiun Luar Angkasa.

Dalam akun Twitter-nya, Alexander Gerst mengatakan bahwa ia telah menangkap gambar gerhana Bulan dan meninggalkan bayangan Bumi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya