Di Tengah Berlakunya Sanksi AS, Menlu Korea Utara Berkunjung ke Iran

Menteri Luar Negeri Korea Utara dikabarkan berkunjung ke Iran di hari yang sama dengan pemberlakuan sanksi AS terbaru.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Agu 2018, 15:01 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2018, 15:01 WIB
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menyambut kunjungan Menlu Korea Utara Ri Yong-ho di Teheran (AFP)
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menyambut kunjungan Menlu Korea Utara Ri Yong-ho di Teheran (AFP)

Liputan6.com, Teheran - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyambut rekan Korea Utara, Ri Yong-ho, ke Teheran pada Selasa 7 Agustus 2018, beberapa jam setelah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan kembali sanksi terhadap Republik Islam.

Kantor berita milik pemerintah, IRNA, melaporkan kedua pejabat itu bertemu dan "menyatakan kepuasan dengan hubungan bilateral yang ada, serta menyerukan perluasan hubungan lebih lanjut."

Tanpa rincian spesifik, sebagaimana dikutip dari CNN pada Rabu (8/8/2018), kantor berita tersebut menambahkan bahwa "mereka juga membahas perkembangan regional dan internasional terbaru, serta masalah kepentingan bersama."

Ini adalah kunjungan pertama oleh seorang pejabat senior Pyongyang ke Teheran selama masa jabatan kedua Presiden Iran Hassan Rouhani, dan dibuat atas permintaan Menteri Luar Negeri Korea Utara, kata IRNA.

Sebelumnya pada hari Selasa, Presiden Donald Trump mengunggah pesan terbarunya di Twitter, memperingatkan negara-negara agar tidak berbisnis dengan Iran.

"Saya meminta DUNIA DAMAI, tidak kurang!" Trump menambahkan.

Trump mengakhiri partisipasi AS dalam kesepakatan nuklir Iran --yang diteken oleh pemerintahan Obama-- pada bulan Mei.

Presiden AS ke-45 itu telah lama menjadi pengkritik sengit terhadap kesepakatan nuklir Iran, bahkan jauh sebelum dia menjadi calon presiden. Ia berdalih bahwa dengan pembatasan sekalipun, Teheran selalu memicu ancaman terhadap Washington.

Kunjungan Menlu Korea Utara bertepatan dengan putaran pertama sanksi yang kembali dijatuhkan oleh AS pada Selasan, yang menargetkan, antara lain, pembelian atau perolehan dolar AS oleh pemerintah Iran, industri otomotif negara itu dan perdagangan emas atau logam mulia.

Tahap kedua dari penerapan sanksi tersebut akan mulai berlaku pada November mendatang, dan disebut akan sangat mempengaruhi industri minyak penting Iran.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Presiden Iran Tantang Donald Trump

Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengeluarkan tantangan kepada Donald Trump pada Senin, 5 Agustus 2018. Dia mengatakan Republik Islam tersebut akan menyambut pembicaraan dengan AS "sekarang".

"Saya tidak memiliki prasyarat. Jika pemerintah AS mau, mari kita mulai sekarang," kata Rouhani dalam sebuah wawancara yang disiarkan di televisi negara pada Senin, 6 Agustus, beberapa jam sebelum AS memperbarui sanksi terhadap Iran.

"Jika ada ketulusan, Iran selalu menyambut dialog dan negosiasi," ucap Rouhani, sebagaimana dikutip dari CNN, Selasa 7 Agustus.

Di lain pihak, penasihat keamanan nasional AS, John Bolton, menganggap pernyataan Presiden Rouhani sebagai "propaganda".

"Mari kita lihat apa yang benar-benar terjadi atau apakah itu hanya propaganda berlebih," kata Bolton, menambahkan bahwa pemerintahan Donald Trump telah "konsisten" untuk bersedia bernegosiasi dengan rezim seperti Korea Utara dan Iran.

"Jika Iran benar-benar mau datang dan berbicara tentang semua perilaku buruk mereka di kawasan dan di seluruh dunia, saya pikir mereka akan menunjuk presidennya untuk segera maju (menemui Trump)," kata Bolton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya