Liputan6.com, Washington DC - Taliban kemungkinan besar akan meningkatkan gelombang kekerasan yang dilakukannya belakangan ini menjelang pemilihan legislatif Afghanistan yang dijadwalkan berlangsung Oktober mendatang, kara Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis.
Akan tetapi, Mattis takin bahwa serangan itu tidak akan mematahkan pertahanan Afghanistan yang didukung Barat. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (18/8/2018).
Dalam pernyataannya yang paling rinci mengenai serangan Taliban terhadap kota Ghazni, Afghanistan Timur, yang dimulai 10 Agustus lalu, Mattis mengatakan Taliban memiliki enam sasaran di Ghazni dan sekitarnya, dan gagal merebut satupun sasaran itu. Ia tidak merinci keenam sasaran tersebut.
Advertisement
Kepala Polisi Provinsi Ghazni, Farid Marshal pada Kamis 17Â Agustus mengatakan bahwa jalan-jalan sedang dibersihkan dari ranjau yang dipasang Taliban, yang sempat menguasai seluruh permukiman di kota yang mereka kepung itu.
Baca Juga
Pertempuran berlanjut selama lima hari yang menewaskan lebih dari 100 anggota pasukan Keamanan Nasional Afghanistan dan 20 warga sipil. Sejumlah anggota Taliban juga tewas, kata para pejabat Afghanistan.
Mattis mengatakan sejumlah anggota Taliban masih bersembunyi di rumah-rumah di kota itu "sambil berusaha mendapatkan kekuatan tambahan." Ia mengatakan tempat-tempat usaha dibuka kembali dan secara keseluruhan, kondisi di Ghazni jauh lebih stabil, yang menunjukkan kegagalan operasi Taliban di sana.
Operasi Taliban itu menggunakan pola yang sudah sangat dikenal, ujar Mattis kepada wartawan yang terbang menyertainya ke Bogota, Kolombia, di mana ia mengakhiri lawatan sepekannya di Amerika Selatan.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Simak video pilihan berikut:
Serangan Taliban di Timur Laut Afghanistan Menewaskan 130 Orang
Beberapa hari sebelumnya, para pejabat Afghanistan melaporkan pada Senin 13 Agustus, bahwa 100 orang tentara pemerintah dan 30 warga sipil tewas dalam pertempuran melawan Taliban di Kota Ghazni, timur laut negara tersebut.
Menteri Pertahanan Jenderal Tariq Shah Bahrami mengatakan, pasukan pemerintah yang dibantu serangan udara Sekutu, berhasil membunuh hampir 200 pemberontak, termasuk anggota yang berasal dari Arab, Chechen dan Pakistan.
Dikutip dari VOA Indonesia pada Selasa 14 Agustus 2018, Jenderal Bahrami bertekad akan memulihkan keadaan di Ghazni dalam dua hari mendatang, dengan mengusir pemberontak Taliban dari kota itu.
Tapi juru bicara Taliban, Zahibullah Mujahid dengan cepat membantah klaim pemerintah itu, dan mengatakan pasukannya telah mengepung pasukan Afghanistan di banyak bagian kota.
Sejauh ini konfirmasi independen belum bisa diperoleh, namun sebuah pernyataan militer Amerika Serikat mengatakan, Kota Ghazni masih berada di bawah kekuasaan pasukan Afghanistan.
Mujahid menambahkan, penasihat-penasihat militer AS telah membantu pasukan Afghanistan, "dan sejak hari Jumat serangan udara Amerika telah menghantam Taliban dengan kuat, menewaskan lebih dari 140 orang."
Juru bicara tentara AS, Letkol. Martin O’Donnell, mengatakan kota Ghazni tetap berada dalam kekuasaan pemerintah Afghanistan, dan pasukan Taliban yang terpecah masih ada di dalam kota, tidak bisa merebut kota itu.
Sementara itu di lain sisi, penduduk yang melarikan diri dari Kota Ghazni mengatakan kepada media lokal pada Minggu 12 Agustus, bahwa Taliban menguasai sebagian besar kota itu, di mana pertempuran sedang berkecamuk di sekitar kantor gubernur dan kantor polisi.
Taliban juga menyergap konvoi-konvoi militer yang sedang menuju ke Ghazni untuk memperkuat pasukan pemerintah yang kewalahan menghadapi pemberontak.
Kota Ghazni terletak tepi jalan raya nasional yang menghubungkan provinsi-provinsi di Afghanistan bagian utara dan selatan, termasuk ibu kota Kabul.
Pertempuran itu telah mengakibatkan lalu lintas tersendat berkali-kali selama empat hari terakhir dan ribuan penumpang terlantar.
Advertisement