Liputan6.com, Cleveland - Sebuah sekolah di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk membeli robot buatan Rusia, guna melindungi murid-muridnya menjadi korban penembakan.
Pihak pengembangan mengatakan bahwa robot itu dapat mengidentifikasi jika seseorang memiliki senjata, demikian seperti dikutip dari RBTH Indonesia, Senin (3/9/2018).
Hingga saat ini, Promobot, yang dikembangkan oleh perusahaan perintis dari kota Perm di Rusia, telah banyak digunakan di supermarket. Ia dapat bergerak secara mandiri, membantu orang dengan navigasi, serta berinteraksi dan menjawab pertanyaan.
Advertisement
Baca Juga
Musim panas ini, robot tersebut mulai diincar pasar Amerika. Lebih dari 2,800 unit akan dikirim ke AS dalam lima tahun ke depan, dan sekolah adalah salah satu konsumen utamanya.
Senjata adalah masalah besar di sekolah-sekolah di AS. Menurut CNN, penembakan terjadi setidaknya satu kali sepekan.
Untuk menjawab permasalahan itu, Promobot dianggap sebagai cara untuk memerangi kekerasan karena dapat membantu mengidentifikasi senjata.
Menurut perusahaan pembuatnya, negosiasi dengan sekolah-sekolah di AS saat ini sedang berlangsung.
"Satu sekolah di Cleveland tertarik, dan kami sedang mendiskusikan masalah ini," kata perwakilan Promobot.
Jika robot melihat senjata, ia akan mengirimkan peringatan dan notifikasi kepada polisi dan orang tua.
Untuk saat ini, robot tersebut masih kesulitan mengenali senjata tersembunyi, tetapi pada akhir tahun ini perusahaan berencana menggunakan kamera inframerah untuk meningkatkan kecepatan dan kualitas pengenalannya.
Perusahaan itu mengatakan komponen elektronik Promobot sudah diproduksi di AS.
Selain mengidentifikasi ancaman, robot ini juga dapat digunakan untuk tujuan pendidikan, karena mampu berkomunikasi dan melakukan percakapan.
Â
Simak video pilihan berikut:
Firma Ini Bikin Robot Pintar Pendamping Lansia
Di era mesin pintar, robot-robot semakin memainkan peranan dalam berbagai bidang, dari konstruksi dan perhotelan sampai militer dan seni.
Bahkan, robot-robot juga bisa membantu merawat lansia. Tapi pertanyaannya, apakah mesin-mesin ini akan mampu menggantikan perawat manusia?
Olga Robertson, 88 tahun, telah tinggal di rumahnya selama puluhan tahun. Perempuan yang berperan sebagai ibu, nenek sekaligus buyut ini mengatakan dia betah di rumah dan tidak merasa perlu pindah.
Robertson aktif secara fisik dan punya pendamping –-seorang perawat profesional yang mengunjunginya setiap hari selama tiga jam.
Tapi ketika perawatnya tidak ada, Robertson tetap punya teman –-Rudy sebuah robot pendamping.
"Saya bisa berbicara dengannya (Rudy), dan dia merespon," ujar Robertson seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin 16 Juli 2018.
Rudy tak hanya bisa berbicara, tapi juga menghibur, menceritakan lelucon dan bahkan mendampingi Robertson berdansa.
Selain membuat Olga Robertson aktif secara mental dan fisik, robot Rudy juga menyediakan para lansia akses ke layanan darurat sepanjang hari, membantu menemukan barang-barang yang tidak pada tempatnya tempatnya, dan mengingatkan Robertson mengenai jadwal acara dan waktu minum obat.
Robot pendamping itu dibuat oleh INF Robotics. Pendirinya, Anthony Nunez, terinspirasi setelah dia dan ibunya merawat neneknya yang sangat lansia.
"Ketika beranjak dewasa, saya sadar kami bukan satu-satunya keluarga yang menghadapi masalah ini. Ada ribuan keluarga yang menghadapi isu sama," kata Nunez.
"Jadi yang ingin kami lakukan adalah merancang sebuah robot yang mudah digunakan, dirancang khusus bagi senior, dan terjangkau," tambahnya.
Rudy membantu sejumlah klien di SenCura, perusahaan perawat non-medis yang melayani warga lansia di rumah mereka sendiri. Cliff Glier adalah pendirinya.
"Kami menangani orang lansia yang pada umumnya berusia 80, 90, 100 tahun. Jadi teknologi semacam ini sangat baru bagi mereka. Orang-orang biasanya akan tertarik setelah mempelajari robot ini dan kemampuannya lebih lanjut," ujar Grier.
Glier menekankan bahwa Rudy bukan pengganti perawat manusia.
"Robot ini hanya melengkapi layanan yang diberikan oleh perawat bagi semakin banyaknya warga senior yang ingin menghabiskan usia senja di rumah," kata Grier.
Advertisement