Lewat Sebuah Surat, Kim Jong-un Ajak Donald Trump untuk Bertemu Lagi

Kim Jong-un mengajak Donald Trump untuk bertemu lagi, kata Gedung Putih AS yang menerima kiriman surat dari Korea Utara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 11 Sep 2018, 08:31 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2018, 08:31 WIB
Lambaian Tangan Donald Trump dan Kim Jong-un dari Balkon Hotel Capella
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kiri) melambaikan tangan saat tampil bersama Presiden AS Donald Trump di balkon Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6). Pertemuan keduanya membicarakan masalah denuklirisasi Korea Utara. (SAUL LOEB/AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menerima surat dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, yang di dalamnya berisi ajakan untuk melaksanakan pertemuan kedua.

Pihak Gedung Putih bahkan telah mengatur jadwal agar Trump dan Kim dapat kembali bertemu menyusul datangnya surat tersebut.

Sebelumnya, pada Jumat pekan lalu, Presiden Trump mengatakan bahwa ia berharap Kim Jong-un akan mengiriminya surat, dalam rangka menyambut perayaan HUT ke-70 Korea Utara yang jatuh pada Minggu, 9 September 2018. Dan sejak itu, ia tampak kembali bersemangat tentang keadaan hubungan antara kedua negara --di tengah merenggangya relasi Washington-Pyongyang beberapa waktu terakhir.

Mengafirmasi, Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, "Tujuan utama surat itu adalah untuk meminta dan mencari jadwal pertemuan lain dengan Presiden (Trump), yang mana kami (Gedung Putih) sangat terbuka (atas usulan itu) dan sudah dalam proses mengkoordinasikannya," ujarnya dalam sebuah konferensi pers sambil menunjukkan bukti fisik surat tersebut pada Senin 10 September 2018, seperti dilansir ABC.net.au, Selasa (11/9/2018).

"Surat itu sangat hangat, sangat positif," lanjut Sanders.

Kedua pemimpin telah membahas program nuklir Korea Utara sebagai salah satu isu dalam pertemuan puncak pertama kali di Singapura pada 12 Juni 2018 lalu. Namun, banyak pihak mengkritik hasil pertemuan itu karena tak merinci langkah konkret untuk mencapai tujuan denuklirisasi dan kurangnya perkembangan positif pasca-pertemuan.

Trump sendiri sempat menunjukkan sejumlah kekecewaannya atas sikap Korea Utara yang tampak tak bekomitmen penuh untuk mencapai denuklirisasi. Puncaknya adalah ketika ia membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Pyongyang akhir Agustus lalu, dengan menggarisbawahi soal 'tak terlaksananya denuklirisasi di Korea Utara' sebagai alasan pembatalan lawatan.

Di sisi lain, Korea Utara telah mendesak AS untuk memberikan imbalan atau balas jasa terlebih dahulu sebagai insentif atas perubahan sikap mereka --dengan tak lagi merongrong akan menembakkan rudal dan sepakat untuk bertemu Trump di Singapura-- sepanjang tahun ini, sebelum kedua negara menegosiasikan seputar denuklirisasi.

Balas jasa itu dapat berupa; peringanan hingga pencabutan sanksi ekonomi, demiliterisasi AS di Semenanjung Korea, hingga secara resmi mengakhiri Perang Korea 1950-53 (yang hanya berakhir dengan status gencata senjata).

Kendati demikian, menyusul datangnya surat dari Kim Jong-un kepada Trump, Sanders menggarisbawahi bahwa itu menunjukkan "keberlanjutan komitmen untuk berfokus pada denuklirisasi di Semenanjung Korea."

Meskipun Korea Utara telah menghancurkan setidaknya sebagian dari lokasi uji coba nuklirnya, dan mengatakan telah membongkar tempat uji coba rudal, mereka belum mendeklarasikan isi dari persenjataan atomnya atau mengambil langkah konkret untuk mengakhiri program senjatanya.

Bulan lalu, badan pengawas energi atom dan nuklir yang terafiliasi PBB (IAEA) mengatakan mereka memiliki "keprihatinan serius" tentang kelanjutan dan pengembangan program nuklir Korea Utara.

 

Simak video pilihan berikut:

Memuji Kim Jong-un untuk Tak Memamerkan Rudal Balistik

Melihat Parade Militer Peringatan HUT ke-70 Korea Utara
Senjata berat dipamerankan dalam parade militer memperingati HUT ke-70 Korea Utara di Pyongyang, Korea Utara, Minggu (9/9). (AP Photo/Kin Cheung)

Sementara itu, mengomentari soal gelaran parade militer HUT ke-70 Korea Utara di Pyongyang, di mana untuk pertama kalinya negara tersebut tak memamerkan rudal balistik antar benua (ICBM), Sekretaris Pers Gedung Putih Sanders mengatakan, "itu adalah pertanda baik".

Trump juga telah memuji Kim Jong-un karena tak memamerkan ICBM pada perhelatan tersebut.

"Ini adalah pernyataan yang besar dan sangat positif dari Korea Utara," kata Trump lewat akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump.

Korea Utara mungkin ingin menahan diri untuk tidak memasukkan ICBM-nya dalam pawai untuk menghindari iritasi Amerika Serikat, kata satu sumber diplomatik, demikian seperti dikutip dari The South China Morning Post.

Hal tersebut adalah sebuah anomali, karena, pada sebah parade Februari 2018 jelang Olimpiade Musim Dingin PyeongChang di Korea Selatan, Pyongyang menampilkan apa yang tampak sebagai ICBM seperti Hwasong-15, rudal balistik yang mampu mengirimkan hulu ledak nuklir ke kota mana pun di daratan AS.

Dalam pembicaraan dengan utusan khusus Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada hari Rabu di Pyongyang, Kim Jong-un menegaskan kembali komitmennya untuk mencapai denuklirisasi di Semenanjung Korea, pihak Istana Kepresidenan Korea Selatan melaporkan.

Kim Jong-un baru-baru ini berjanji untuk meningkatkan ekonomi negara bukannya mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik.

Korea Utara juga telah setuju untuk mengadakan pertemuan puncak antara Moon Jae-in dan Kim Jong-un di Pyongyang pada 18-20 September, kata pemerintah Korea Selatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya