Liputan6.com, Raleigh - Otoritas di sejumlah negara bagian di pantai timur Amerika Serikat tetap mengimbau, bahkan mewajibkan lebih dari 1 juta warga untuk mengungsi dari tempat tinggal mereka, meski Badai Florence nan dahsyat yang diperkirakan akan menerjang kawasan itu pada pekan ini, mulai melemah.
Awal pekan ini, Badai Florence sempat masuk dalam badai kategori empat menurut perhitungan sistem klasifikasi Badan Cuaca Nasional AS (NWS). Namun pada 12 September, lembaga yang sama melaporkan terjadi penurunan klasifikasi badai menjadi kategori dua.
Kendati demikian, prakirawan cuaca tetap memprediksi bahwa Badai Florence --yang datang dari Atlantik-- akan tiba di pesisir timur AS pada akhir pekan ini dengan membawa angin kencang yang berpotensi merusak, hujan deras, banjir serta gelombang ombak dan pasang, demikian seperti dikutip dari CNN, Kamis (13/9/2018).
Advertisement
Baca Juga
Negara bagian yang diperkirakan akan terdampak badai itu meliputi Carolina Selatan, Carolina Utara, Georgia, Virginia, dan Maryland --dengan kedua Carolina diprediksi akan menerima dampak terparah.
"Anda mempertaruhkan hidup Anda dengan tetap tinggal," kata Gubernur Negara Bagian Carolina Utara, Roy Cooper.
Cooper dan mitranya dari Carolina Selatan, Gubernur Henry McMaster, mengatakan kepada lebih dari 1 juta warga di lokasi yang berpotensi terdampak badai agar wajib meninggalkan rumah mereka. Jika tidak, McMaster mengatakan bahwa para warga bertanggung jawab sendiri atas keselamatan masing-masing.
McMaster mengatakan kepada penduduk di beberapa daerah bahwa responden darurat akan ditarik dari daerah yang diperkirakan akan dihantam keras.
"Bahkan penyelamat tidak bisa tinggal di sana," katanya.
Sama halnya, Gubernur Virginia telah memerintahkan evakuasi wajib bagi beberapa penduduk daerah pesisir dataran rendah yang dimulai Selasa pagi. Pejabat negara mengatakan 245.000 orang tinggal di daerah yang berpotensi terkena bencana, tetapi para pejabat memperingatkan bahwa badai Florence dapat mempengaruhi seluruh negara bagian itu.
Di samping lebih dari 1 juta warga di kedua negara bagian Carolina dan Virginia, NWS memperkirakan bahwa sekitar 10 juta warga di negara bagian di kawasan pesisir timur AS akan terdampak Badai Florence.
Jam malam di kedua negara bagian Carolina telah diberlakukan oleh otoritas.
Di Pantai Carolina, otoritas juga memberlakukan pembatasan jam lalu-lintas, dengan pukul 20.00 sebagai batas akhir yang diizinkan bagi kendaraan untuk berlalu-lalang.
Gelombang ombak dan air pasang tinggi yang dibawa Badai Florence --yang diperkirakan mencapai 2Â hingga 4 meter-- diprediksi akan menghantam kawasan pantai tersebut dan memutus jalan serta jembatan penghubung antara kawasan pulau di Kota Wilmington dengan daratan utama.
Di lepas pantai negara bagian, ombak besar laut dan arus sobekan yang berbahaya sudah terlihat selama akhir pekan, menandakan datangnya badai. Para pengunjung pantai telah diperingatkan untuk menghindari lautan, dan feri yang melayani pantai negara telah dibatalkan.
Di Virginia, tempat pangkalan angkatan laut terbesar di dunia, AL Amerika Serikat telah memerintahkan semua kapal ke laut untuk persiapan badai, di mana mereka dapat lebih aman menunggangi angin kencang dan ombak.
Jalur yang akan dilintasi Badai Florence diproyeksikan mencakup setengah lusin pembangkit listrik tenaga nuklir, lubang yang menyimpan limbah industri, dan banyak peternakan babi yang menyimpan kotoran hewan di laguna terbuka. Smithfield Foods milik China mengumumkan akan menutup rumah jagal terbesar di dunia untuk babi, yang dapat membunuh 35.000 hewan setiap hari, di Tar Heel, North Carolina, selama badai.
Â
Simak video pilihan berikut:
Â
Imbauan Pemerintah Federal
Otoritas federal AS juga mengimbau agar warga pesisir timur untuk segera mengungsi dari rumah mereka masing-masing.
Federal Emergency Management Agency (FEMA) menetapkan status waspada tinggi di pesisir pantai Carolina Utara dan Selatan pada Rabu, 12 September 2018. Lembaga itu juga mendesak warga melakukan evakuasi.
Pada kesempatan terpisah, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan pada Selasa 11 September 2018 bahwa pemerintahannya "benar-benar, sangat siap" untuk mengantisipasi Badai Florence.
Kepercayaan diri Trump tentang kesiapan pemerintahannya untuk mengantisipasi Badai Florence mereferensi pada bagaimana AS "berhasil menangani Badai Maria" yang menghancurkan Puerto Rico --meski banyak pihak yang mengkritik bahwa Washington lambat memberikan respons terhadap bencana yang menelan sekitar 3.000 jiwa di teritori AS di Amerika tengah itu.
Berlawanan dengan Trump, Craig Fugate, mantan Direktur FEMA mengatakan, "Saya takut, berdasarkan pengalaman saya di FEMA, bahwa publik mungkin tidak sesiap yang diinginkan semua orang."
Sejak persiapan dan upaya bantuan pemerintah federal yang tidak memadai selama Badai Katrina pada 2005 di masa Presiden George W Bush, cara Washington merespons badai telah menjadi pisau kritik mengenai efisiensi administrasi.
Advertisement