Polisi Jerman: Penyandera di Kota Cologne Kemungkinan Punya Motif Teror

Polisi Jerman mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan pelaku penyanderaan di kota Cologne memiliki kemungkinan motif teror.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 16 Okt 2018, 10:33 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2018, 10:33 WIB
Polisi Jerman bersiaga di sekitar Stasiun Cologne, setelah muncul laporan serangan bom Molotov dan penyanderaan seorang wanita pada Senin, 15 Oktober 2018 (AP/Oliver Berg)
Polisi Jerman bersiaga di sekitar Stasiun Cologne, setelah muncul laporan serangan bom Molotov dan penyanderaan seorang wanita pada Senin, 15 Oktober 2018 (AP/Oliver Berg)

Liputan6.com, Cologne - Pihak kepolisian Jerman mengatakan bahwa pria yang melempar bom molotov, dan menyandera seorang wanita di Stasiun Cologne, memiliki kemungkinan motif "teroris" dalam tindakannya.

Polisi mengatakan mereka menemukan paspor yang dikeluarkan kepada seorang pria Suriah berusia 55 tahun di tempat kejadian, dan bahwa tersangka telah mengklaim sebagai anggota ISIS.

"Penyelidikan sedang mempertimbangkan semua kemungkinan, dan kami tidak mengesampingkan isu terorisme," kata wakil kepala polisi Cologne Miriam Brauns pada konferensi pers, Senin 15 Oktober.

Dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (16/10/2018), komando polisi bersenjata berat dengan granat kejut dilaporkan menembak tersangka pria ketika melakukan penyerbuan di lokasi kejadian. Lalu membebaskan sandera wanita yang menderita luka ringan.

Dua orang lainnya dikabarkan terluka. Sementara itu, pelaku serangan dikabarkan mengalami pendarahan parah akibat beberapa tembakan oleh polisi.

Sebelumnya, pihak berwenang Jerman telah menerima laporan darurat pada pukul 12.42 waktu setempat (1042 GMT) di stasiun kereta api Cologne, salah satu yang tersibuk di Eropa.

Polisi langsung mengevakuasi tempat kejadian dan menghentikan semua operasional kereta di stasiun, yang bersebelahan dengan katedral ikonik Köln.

Serangan pria itu memicu kepanikan ketika dia memasuki restoran McDonald's di dalam stasiun, dan melemparkan bom molotov, menyebabkan seorang gadis 14 tahun mengalami luka bakar.

Seorang saksi mata mengatakan kepada media Jerman bagaimana dia mendengar jeritan dan melihat "seorang gadis berlari menyelamatkan diri", dengan api menyebar di kakinya, sebelum akhirnya dibantu dipadamkan oleh beberapa orang.

Ketika sistem pemadam api otomatis (sprinkler) diaktifkan dan air menghujani restoran cepat saji, pelaku pria memasuki apotek yang berdekatan. Ia lalu menyandera seorang wanita yang diancam akan dibakar olehnya.

Polisi kemudian bernegosiasi dengan pelaku dalam upaya meredakan situasi tegang dan memastikan motifnya, lalu menyerbu apotek sekitar pukul 03.00 siang.

Pria itu memegang pistol, yang belum bisa dinyatakan replika atau asli, ketika pasukan komando keamanan menyerbu tempat itu. Pelaku juga memiliki wadah gas yang mudah terbakar dan pemicu api, keduanya direkatkan di bagian pinggang.

"Unit-unit tanggap darurat berhasil membekuk pria itu. Selama proses negosiasi, pelaku melukai dua orang saksi mata, salah satunya mengalami luka serius," kata polisi dalam sebuah pernyataan.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Pelaku Imigran Suriah?

Aksi Serangan Teroris
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Sementara itu, polisi mengatakan mereka belum bisa secara positif mengidentifikasi pelaku, yang kini sedang menjalani operasi, tetapi yakin bahwa dia adalah imigran Suriah berusia 55 tahun.

Dokumen identitas dengan kop Suriah telah ditemukan di apotek, menunjukkan bahwa pelaku adalah seorang imigran yang telah mendapat izin tinggal di Jerman hingga tahun 2021.

Pria yang diidentifikasi dalam dokumen itu, menurut polisi, diketahui pernah melakukan beberapa pelanggaran sebelumnya termasuk, pencurian dan kepemilikan obat-obatan terlarang.

Klaus-Stephan Becker, kepala polisi kriminal Kota Cologne, juga mengatakan kepada saluran berita NTV bahwa "insiden itu bisa menjadi serangan teroris yang gagal".

"Pria tersebut membawa sebuah koper dan tas, yang ditinggalkannya di restoran, dan juga menuntut pembebasan seorang wanita Tunisia," kata komandan polisi Klaus Rueschenschmidt, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Sejauh ini Jerman terus bersikap waspada terhadap risiko serangan militan, setelah mengalami beberapa teror dalam beberapa tahun terakhir.

Serangan teror paling berdarah terjadi pada momen Natal 2016 lalu, ketika simpatisan ISIS menabrakkan truk di kerumunan Berlin, dan menewaskan 12 orang.

Pada Juni 2018, polisi Jerman mengatakan berhasil menggagalkan kemungkinan serangan biologis pertama, setelah menangkap seorang pelaku teror asal Tunisia, yang diduga memiliki beberapa racun mematikan dan bahan pembuat bom.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya