Liputan6.com, Jakarta - Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang celaka di perairan Karawang, Senin 29 Oktober 2018. Kecelakaan itu cukup mengejutkan karena pesawat terbang tersebut merupakan salah satu keluaran terbaru, tipe Boeing 737 MAX 8 registrasi PK-LQP.
Pesawat Lion Air JT 610 dilaporkan hilang kontak 13 menit setelah tinggal landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada 06.20 WIB. Tak lama kemudian, pihak Basarnas memastikan burung besi tersebut jatuh di Tanjung Karawang.
Media massa Tanah Air pun mulai ramai memberitakan insiden tersebut. Sejumlah media asing turut mengulas isu tersebut.
Advertisement
Tak hanya insiden jatuhnya Lion Air JT 610 yang menuai perhatian media asing, dua peristiwa kecelakaan pesawat Indonesia lainnya juga pernah menjadi sorotan dunia.
Berikut ulasannya yang Liputan6.com rangkum dari sejumlah sumber, Senin (29/10/2018):
Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Tabrakan Pesawat Batik Air di Lanud Halim
Kecelakaan pesawat lain yang pernah jadi sorotan dunia adalah insiden Batik Air ID 7703 dan Trans Nusa bertabrakan di runway atau landasan pacu Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Senin 4 April 2016 malam.
Mulai dari media Asia, tapi juga Australia hingga Inggris.
Dari Asia, pemberitaan kecelakaan pesawat di darat itu ramai dimuat oleh Singapore News, Asia One, Strait Times, Malaysian Digest, Free Malaysia Today. Mereka rata-rata memberikan tajuk serupa: "Planes Collide On Indonesia Runway".
Sementara media India, Zee News memberikan judul 'Two passenger planes collide on runway of Jakarta airport'.
Di Inggris, media BBC, Daily Mail, Mirror memberitakan insiden tabrakan pesawat itu.
"Dua pesawat bertabrakan di bandara di ibukota Indonesia Jakarta, mengakibatkan sayap meledak dan terbakar," tulis BBC, di mana artikel serupa dimuat Daily Mail dengan judul "Planes collide while taxiing at Jakarta airport" yang dikutip Selasa 5 April 2016.
Sementara portal berita Australia, News.com.au mengangkat video saat terjadi senggolan antar 2 pesawat rekaman amatir. Media tersebut memberikan judul pemberitaanya dengan "Jakarta plane collision: Video shows passenger plane in flames after runway crash".
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo mengungkapkan insiden itu terjadi pada pukul 19.55 WIB, Senin 4 April 2016 malam.
Saat itu, menurut dia, pesawat Batik Air jenis Boeing 737-800 tengah bersiap take off atau lepas landas.
"Tabrakan terjadi dengan pesawat Trans Nusa jenis ATR 42 seri 600 yang sedang towing menuju ke apron selatan," ungkap Suprasetyo saat memberikan keterangan pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa dini hari.
Akibat kecelakaan tersebut, pesawat Batik Air mengalami kerusakan di bagian ujung sayap sebelah kiri. Sementara pesawat ATR 42 seri 600, milik Trans Nusa patah pada bagian ujung sayap sebelah kiri dan ekor horizontal.
Suprasetyo memastikan pula tidak ada korban jiwa dalam insiden tabrakan pesawat Batik Air 7703 tujuan Jakarta-Makassar dengan maskapai Trans Nusa di landasan pacu Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin malam tadi.
Ia menegaskan, 49 penumpang dan 7 kru pesawat Batik Air Boeing 737-800 itu selamat.
Advertisement
Temukan AirAsia, Basarnas Dipuji Analis Asing
Dunia juga menyoroti Badan SAR Nasional (Basarnas) yang berhasil menemukan puing pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 pada Selasa 30 Desember 2014 siang, setelah kapal terbang itu 2 hari hilang kontak. Pengamat asing memuji gerak cepat Basarnas dalam proses pencarian. Tim pencari dan penyelamat tanah air pun dinyatakan sebagai yang terbaik se-Asia.
"Indonesia memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi bencana. Mereka sangat andal dalam investigasi kecelakaan," kata Greg Waldron selaku pengamat dan ahli penerbangan internasional, seperti dimuat Wall Street Journal, Rabu 31 Desember 2014.
Menurut dia, Basarnas telah melancarkan aksi pencarian yang ekstra cepat hingga berhasil menemukan puing pesawat AirAsia dan jenazah penumpang dalam waktu yang terbilang singkat. Kendati, cuaca buruk menghambat langkah mereka.
Selain itu, lanjut Waldron, peneliti Indonesia memiliki relasi yang baik dengan badan keselamatan penerbangan di seluruh dunia, termasuk Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat.
"Sehingga penyelidikan efektif, dilakukan secara menyeluruh dari segala lini," ujar pria yang menjadi managing editor situs blog penerbangan FlightGlobal tersebut.Â
Dijelaskan bahwa tim Indonesia dinilai sangat berpengalaman dengan penyelidikan dan pengamanan kecelakaan pesawat. Misalnya pesawat Lion Air Boeing 737-800 jatuh ke laut di Bali pada April 2013. Walau tidak ada korban meninggal dalam kecelakaan itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) langsung menerbitkan laporan awal Mei tahun 2013.
Selain itu, laporan pendahuluan pada kecelakaan pada penerbangan uji coba Sukhoi Superjet 100 Mei 2012 yang menewaskan 45 orang langsung dikeluarkan pada bulan Agustus tahun itu.
Sementara itu, analis penerbangan, Will Ripley, menilai Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah yang tepat dalam menangani keluarga penumpang. Indonesia mencoba terus memberikan kabar terbaru yang jelas pada pihak kerabat.
Begitu juga langkah CEO AirAsia Tony Fernandes yang turun langsung ke Surabaya untuk menemui keluarga penumpang. Menurut Ripley, apa yang telah dilakukan Fernandes dalam menghadapi krisis ini sangat meyakinkan.
"Otoritas dan maskapai berkoordinasi dengan baik. Mereka juga menempatkan keluarga penumpang sebagai prioritas utama dalam situasi yang buruk ini," kata Ripley seperti dikutip CNN.
Â
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)