Bela Israel, Amerika Serikat Kutuk Serangan Rudal Hamas

Menyusul serangan rudal dari Jalur Gaza ke Israel, Amerika Serikat menyatakan diri mengecam kelompok Hamas.

oleh Afra Augesti diperbarui 14 Nov 2018, 11:26 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2018, 11:26 WIB
Stasiun TV Hamas Hancur
Bola api meledak di atas kantor stasiun televisi Al Aqsa milik Hamas selama serangan udara Israel di Jalur Gaza, Senin (12/11). Serentetan tembakan roket Israel di Gaza menewaskan tiga orang Palestina dan menghancurkan gedung TV Hamas. (Mahmud Hams/AFP)

Liputan6.com, Gaza - Amerika Serikat mengutuk serangan roket dan rudal dari Gaza ke Israel. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Negeri Paman Sam berada di pihak negeri zionis. Alasannya, Tel Aviv hanya 'membela diri' dari incaran Hamas.

"Kami mengutuk, dalam istilah terkuat, serangan rudal dan mortir yang diarahkan dari Gaza ke Israel," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert dalam sebuah jumpa pers.

"Kami menyerukan penghentian serangan-serangan itu. Kami berdiri bersama Israel karena mereka membela diri terhadap serangan-serangan ini, yang tidak bisa diterima karena menargetkan warga sipil," imbuhnya, seperti dikutip dari Jerusalem Post, Rabu (14/11/2018).

Sementara itu, militer Israel dalam sebuah pernyataan menyebut bahwa konflik senjata api terjadi ketika IDF (Pasukan Pertahanan Israel) melakukan operasi rutin di Jalur Gaza.

"Seorang perwira tewas dan yang kedua terluka, dan semua tentara segera kembali ke Israel," lanjut pernyataan itu.

Kantor Perdana Menteri Israel menjelaskan, Benjamin Netanyahu mempersingkat perjalanannya ke Paris, di mana dia menghadiri peringatan satu abad berakhirnya Perang Dunia I.

Konflik yang kembali pecah di Jalur Gaza disebut berpotensi memutus harapan tentang kesepakatan baru-baru ini dalam upaya memulihkan perdamaian.

Setelah serangan terjadi, sirene dilaporkan berbunyi di Israel selatan, menunjukkan kemungkinan tembakan roket dari Jalur Gaza. Militer mengatakan, dua peluncuran dari Gaza dicegat oleh pertahanan rudal Israel.

Seorang perwira Israel dilaporkan tewas dan lainnya terluka dalam serangan yang dilancarkan pasukan khusus Israel (IDF) di Gaza pada Minggu, 11 November 2018. Operasi itu juga menewaskan tujuh orang Palestina, kata Hamas.

Di satu sisi, Fawzi Barhoum, seorang juru bicara Hamas mengecam "serangan pengecut Israel". Penyerang dilaporkan berada di dalam mobil sipil, yang lewat menembaki sekelompok orang bersenjata di Gaza, menewaskan salah satu komandannya, Nour Baraka.

Dikutip dari The Guardian pada Senin 12 November 2018, Hamas menyebut orang-orang bersenjata itu mengejar mobil tersebut melaju kembali ke wilayah Israel di balik perbatasan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Dana Qatar untuk Palestina

Suasana Serangan Udara Israel saat Gempur Jalur Gaza
Dua wanita berjalan melewati puing-puing bangunan setelah serangan udara Israel di kota Gaza (27/10). Selain melancarkan serangan udara, Israel meluncurkan roket Iron Dome untuk menangkis rudal yang diluncurkan dari Palestina. (AFP Photo/Mahmud Hams)

Operasi darat di Jalur Gaza jarang terjadi dan kemungkinan besar akan meningkatkan ketegangan.

Bentrokan itu terjadi setelah kekacauan mematikan di sepanjang perbatasan Gaza-Israel mulai mereda dalam beberapa bulan terakhir. Tel Aviv bahkan mengizinkan Qatar untuk menyediakan bantuan jutaan dolar AS bagi garis kawasan konflik itu untuk penyaluran gaji, serta subsidi bahan bakar guna membantu meringankan krisis listrik.

Pada Jumat 9 November, pegawai sipil Palestina akhirnya menerima pembayaran, setelah berbulan-bulan penahanan gaji secara sporadis akibat kekurangan uang, yang disebabkan oleh konflik di Gaza.

Pembayaran gaji senilai US$ 15 juta (setara Rp 221 juta) merupakan bagian dari total saluran dana US$ 90 juta (setara Rp 1,3 triliun) dari Qatar, yang didistribuskan via kantong-kantong wilayah Israel.

Qatar juga mengatakan akan menyerahkan US$ 100 (setara Rp 1,5 juta) kepada masing-masing 50.000 keluarga miskin, serta jumlah yang lebih besar untuk warga Palestina yang terluka dalam bentrokan di sepanjang perbatasan Gaza-Israel.

Emirat di Teluk Arab itu juga dikabarkan mulai membeli bahan bakar tambahan untuk pembangkit listrik tunggal Gaza, yang memungkinkan pengurangan krisis listrik dalam beberapa tahun ke depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya