26-12-2004: Kisah 2 Penyintas Tsunami Aceh, Dililit Ular hingga Makan Makanan Sisa

Berikut kisah dua penyintas tsunami Aceh 2004, ada yang mengaku dililit ular saat tersapu air dan makan makanan sisa untuk bertahan hidup.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 26 Des 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami (iStock)

Liputan6.com, Aceh - Empat belas tahun yang lalu, tepat pada 26 Desember 2004 seorang wanita bernama Umi Kalsum sedang sibuk menanam bunga di Desa Alu Naga, Kabupaten Aceh Besar.

Perempuan yang tengah larut menggeluti hobinya itu tiba-tiba dikagetkan oleh guncangan gempa dengan episentrum di lepas pesisir barat Sumatera, Indonesia, tepatnya di bujur 3.316° N 95.854° E, kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer.

Kala itu, sekitar pukul 07.58 WIB, gempa berkekuatan 9,1 skala Richter (SR) menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Beberapa menit kemudian, gelombang tsunami menerjang.

Umi langsung bergegas lari. Sang anak sempat memintanya untuk tidak lari, tapi wanita yang saat itu berumur 48 tahun memilih berlari mengajak cucunya. Baru beberapa meter berlari, tubuh Umi dan cucuknya terhempas tsunami.

"Kami sudah teraduk-aduk dalam air, sesaat sempat saya lihat cucu saya dalam air, saya coba raih tapi tidak dapat, yang ada tangan saya kesangkut di pagar, ini hampir putus," kata Umi, menurut reportase jurnalis Liputan6.com, Windy Phagta pada 24 Desember 2014, dikutip pada Rabu (26/12/2018).

Umi Kalsum pun hilang kesadarannya karena terombang-ambing gelombang pekat tsunami. Tapi tiba-tiba ada ular yang mendekat dan melilitnya. "Saya sadar pertama sudah di jembatan ini (Jembatan Kajhu), ya subhanallah mulut ular itu di depan mata saya, tubuh saya itu dililitnya," ujar Umi Kalsum dalam bahasa Aceh.

Si ular terus melilitnya, hingga akhirnya lansia itu diselamatkan oleh relawan. Tiga pemuda dari PMI kemudian menyelamatkannya dan melepaskan lilitan ular dari tubuh Umi Kalsum.

"Sempat saya bilang sama anak itu pas narik saya, 'nak ada ular,' trus dia bilang 'tidak apa-apa katanya dia nggak ganggu kita'," cerita nenek yang juga kehilangan 30 sanak saudaranya saat tsunami menghantam desanya.

Selain itu Umi juga melihat ayam jago miliknya juga selamat berenang di atas sehelai papan tidur miliknya. "Ayam meutuah (mulia) itu juga selamat di atas papan tidur saya, itulah mungkin kuasa Allah," ujar Umi.

Umi merupakan salah satu dari sekian korban selamat gempa bumi dan tsunami 2004. Ada sejumlah korban yang beruntung masih bisa hidup hingga sekarang. Seperti Martunis, yang kala itu berumur 7 tahun.

Martunis yang kala itu mengenakan kostum pemain Portugal Rui Costa bernnomor punggung 10, bertahan selama 21 hari di atas pepohonan dengan mayat bergelimpangan di sana-sini. Untuk bertahan hidup ia memungut sisa-sisa makanan dan air mineral yang terseret gelombang. Hingga akhirnya diselamatkan relawan.

Tsunami yang puncak tertingginya mencapai 30 m atau sekitar 98 kaki ini dilaporkan telah mengakibatkan lebih dari 230.000 orang tewas dari 14 negara dan menenggelamkan banyak permukiman tepi pantai. Ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling besar, diikuti Sri Lanka, India, dan Thailand.

Energi yang dilepaskan di permukaan Bumi oleh gempa dan tsunami 2004 ini diperkirakan sebesar 1,1 × 1017 joule atau 26 megaton TNT. Energi ini setara dengan 1.500 bom atom Hiroshima, tetapi sedikit lebih kecil daripada Tsar Bomba, senjata nuklir terbesar yang pernah diledakkan.

Penderitaan yang dialami masyarakat dan pemerintah korban bencana membuat seluruh dunia bersimpati dan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Secara keseluruhan, masyarakat dunia menyumbangkan lebih dari US$ 14 miliar untuk bantuan kemanusiaan.

Kini sejumlah kawasan Aceh yang terkena dampak gempa dan tsunami 10 tahun silam telah pulih. Bangunan pemerintah dan perumahan kembali dibangun. Aktivitas warga kembali normal. Diharapkan dengan adanya sistem peringatan dini tsunami German Indonesian Tsunami Early Warning System (GITEWS), bencana yang berakhir tragis ini bisa diantisipasi.

Sejarah lain mencatat pada 26 Desember 1859, kapal Onrust milik Belanda ditenggelamkan laskar pengikut Pangeran Antasari dalam Perang Banjar di Lewu Lutung Tuwur, Barito Utara, dipimpin para panglima Dayak, diantaranya Panglima Sogo.

Sementara pada 26 Desember 2012 tercatat sebagai momen Shinzo Abe kembali terpilih sebagai Perdana Menteri Jepang, menggantikan Yoshihiko Noda.

 

Simak video pilihan berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya