Tepis Tuduhan Turki, China Buktikan Musisi Kontroversial Uighur Masih Hidup

China merilis video untuk membatah tuduhan Turki atas kasus kematian musisi Uighur.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 11 Feb 2019, 11:58 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2019, 11:58 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Beijing - Media pemerintah China telah merilis sebuah video yang memperlihatkan seorang musisi Uighur, yang sebelumnya dilaporkan meninggal di kamp penahanan, berada dalam kondisi sehat.

Video tersebut, bertanggal 10 Februari 2019, menampilkan seorang pria yang mengaku bernama Abdurehim Heyit, menyatakan bahwa ia dalam "kesehatan yang baik".

Sebelumnya, sebagaimana dkutip dari BBC pada Senin (11/2/2019), Turki sempat mendesak China untuk menutup kamp-kamp penahanan di provinsi Xinjiang, menyusul laporan tentang kematian Heyit, dan juga dugaan penahanan lebih dari satu juta warga Uighur.

Video itu dirilis oleh layanan berbahasa Turki dari China Radio International, yang mengatakan kritik Turki terhadap Tiongkok tidak berdasar. Di dalamnya, Heyit tampak mengatakan dia "dalam proses penyelidikan karena diduga melanggar hukum nasional".

Sementara itu, di lain pihak, beberapa warga Uighur mempertanyakan keaslian video tersebut.

Nury Turkel, ketua Proyek Hak Asasi Manusia Uighur yang berpusat di Amerika Serikat (AS), mengatakan kepada BBC bahwa beberapa aspek dari video itu "mencurigakan".

"Pemerintah China menanggapi Turki karena pengaruhnya di dunia muslim," kata Turkel, seraya menambahkan bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres "sangat diam" mengenai masalah penahanan di Xinjiang.

"Bola ada di pengadilan pemerintah Tiongkok. Mereka menahan Heyit. Mereka menahan 10 persen dari populasi Uighur. Mereka berusaha memberi tahu dunia bahwa tidak ada pelecehan, dan ini hanya disebut pusat pelatihan kejuruan. Ini adalah tanggung jawab mereka untuk membuktikan videonya otentik," lanjutnya.

Selain itu, Turkel juga mengatakan bahwa pemerintah China mampu membuat video terkait karena "keunggulan teknologi yang dimilikinya".

Sejauh ini, hanya sedikit negara mayoritas muslim yang bergabung dengan Turki dalam kecaman internasional terhadap tuduhan terkait.

Para analis mengatakan banyak yang takut akan pembalasan politik dan ekonomi dari China.

Namun, Turkel mengatakan rilis video menunjukkan bahwa pemerintah China memang menanggapi tekanan publik.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Desakan Turki untuk Tutup Kamp Penahanan Uighur

Warga muslim Uighur melakukan aksi protes menentang tekanan pemerintah China (AP)
Warga muslim Uighur melakukan aksi protes menentang tekanan pemerintah China (AP)

Sebelumnya, pemerintah Turki mengutuk perlakuan China terhadap etnis muslim Uighur sebagai "hal yang memalukan bagi kemanusiaan".

Kecaman tersebut menambah sikap kontra baru-baru ini dari kelompok hak asasi manusia atas penahanan massal terhadap minoritas di China barat daya tersebut, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian.

"Kebijakan asimilasi sistematis otoritas China terhadap warga etnis Uighur adalah hal yang memalukan bagi kemanusiaan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy dalam sebuah pernyataan.

Aksoy juga mengatakan bahwa Turki turut berbelasungkawa terhadap kabar kepergian tragis dari sosok penyair dan musisi Uighur Abdurehim Heyit, pada hari Sabtu.

"Kami sangat berduka atas kepergian penyair yang dihormati, Abdurehim Heyit, yang divonis penjara delapan tahun karena karyanya, meninggal di tahun kedua penahanannya," kata Aksoy.

"Insiden tragis ini semakin memperkuat reaksi publik Turki terhadap pelanggaran HAM berat di wilayah Xinjiang," lanjutnya, mengatakan bahwa Turki juga siap melakukan dialog terkait isu ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya