Ilmuwan Jerman Kembangkan Lamun Buatan untuk Cegah Abrasi

Perubahan iklim dan aktivitas manusia yang mengancam ekosistem pantai, membuat ilmuwan Jerman mengembangkan lamun buatan.

diperbarui 13 Feb 2019, 10:02 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2019, 10:02 WIB
PHOTO: Tumbuhkan Kepedulian Melalui Gerakan Cinta Laut
Siswa melakukan pengamatan kondisi terumbu karang pada program Sekolah Pantai Indonesia (SPI) di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta (22/11). Kegiatan Gerakan Cinta Laut oleh KKP menerapkan prinsip dari, oleh dan untuk siswa. (Liputan6.com/KKP)

Berlin - Seorang ilmuwan asal Jerman, Raul Villanueva, sejak dua tahun lalu meluncurkan proyek "SeaArt". Ia dan dua koleganya berusaha mencari tahu fungsi dari padang lamun. Tumbuhan laut ini disebut punya fungsi penting bagi perlindungan pantai.

Lamun menurut KBBI, adalah tumbuhan yang hidup di laut dangkal, berbiji tunggal, terdiri atas rimpang, daun, dan akar, serta berbunga, berbuah dan menghasilkan biji.

Di satu sisi, padang lamun juga mampu menyediakan makanan dan perlindungan bagi banyak satwa laut. Tumbuhan ini bagus bagi lingkungan, memproduksi oksigen dan mengikat karbon dioksida di dasar lautan.

"Lamun meredam energi yang datang dari ombak dan menahan kekuatan arus air, sehingga mampu mencegah erosi dasar laut. Dengan lamun, dasar lautan mampu distabilkan. Kawasan pantai juga dilindungi dengan lebih baik, karena ombak yang menerpa pantai, energinya jadi berkurang," ujar peneliti dari SeaArt Projekt Universitas Hannover itu, seperti dikutip dari DW Indonesia, Rabu (13/2/2019).

Racun dari industri pertanian

Kondisi kawasan padang lamun di sekitar pantai Jerman dikaji ilmuwan. Hasilnya, sektor pertanian di darat diibaratkan sebagai racun bagi lamun.

Demikian halnya dengan kenaikan suhu global, yang dipastikan menjadi penyebab banyaknya alga yang tumbuh di laut, sehingga menghalangi cahaya matahari yang dibutuhkan lamun untuk bertahan hidup.    

Di proyek "SeaArt" sejumlah Universitas Eropa, sekolah tinggi dan perusahaan swasta bekerjasama.

Maike Paul yang jadi pimpinan proyek menjelaskan kondisinya,"Di kawasan tropis, misalnya, ada banyak lamun. Jika tanaman laut ini lenyap, biasanya karena adanya praktik penangkapan ikan menggunakan dinamit oleh para nelayan."

Lamun buatan manusia, menurut Paul, bisa jadi solusinya. Seperti lamun alamiah, lamun artifisial ditujukan untuk meredam aliran air dan mencegah abrasi. Sehingga, bibit lamun yang alamiah punya kesempatan berkembang.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Solusi Lamun Artifisial

Tour de Terumbu
Kegiatan transplantasi (pencangkokan) terumbu karang di Pulau Pangempa, Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, Kamis (6/9). Transplantasi karang dilakukan dengan mengaitkan karang ke media yang telah diletakkan di bawah laut. (Liputan6.com/Pool/Pertamina)

Sekarang, hamparan lamun artifisial akan diuji, yang mencakup panjang helai daun, serta posisi apa yang mengharuskan dia lentur dan kaku. Tes ini kemudian diinstalasi untuk memberikan jawaban pasti.

Raul Villanueva dan rekan-rekannya membiarkan air laut mengalir dengan kekuatan berbeda-beda. Jadi bisa dilihat, sekuat apa padang lamun bisa menahan energi laut.

"Lamun buatan sudah berfungsi seperti lamun alami. Reaksinya hampir serupa dengan lamun alami. Dalam percobaan yang kami adakan, tampak jelas bahwa di padang lamun ini, terjadi perubahan kecepatan aliran air", papar peneliti tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya