Alami Kekeringan, Somalia Terancam Krisis Kelaparan

Somaliland, wilayah otonom di Somalia, menderita kekeringan berulang dan konflik berkelanjutan di wilayah Sool.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2019, 10:00 WIB
ilustrasi kemarau dan kekeringan
(Foto: Tama66/Pixabay) Ilustrasi kemarau dna kekeringan.

Liputan6.com, Somaliland - Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) mengatakan kekeringan di Somaliland, Somalia kemungkinan akan berlanjut, dan membuat 725.000 orang berisiko kelaparan.

"Ribuan orang, terutama wanita dan anak-anak, yang sudah mengalami rawan pangan kini mengkhawatirkan yang terburuk karena dalam beberapa bulan mendatang diperkirakan hanya sedikit atau bahkan tidak ada hujan yang akan turun di wilayah itu," kata Victor Moses, direktur NRC di Somalia, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (24/2/2019).

Somaliland, wilayah otonom di Somalia, menderita kekeringan berulang dan konflik berkelanjutan di wilayah Sool.

Moses menyerukan kepada komunitas internasional agar menyediakan US$1,08 miliar untuk mempertahankan operasi bantuan kemanusiaan di sana.

Tanpa dana yang dibutuhkan, kata Moses, "biaya akan meningkat, baik dari segi ekonomi maupun dalam hal jumlah nyawa yang melayang."

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Chad

Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang meluas di Pulau Selatan, Selandia Baru (AP/Chad Sharman)
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang meluas di Pulau Selatan, Selandia Baru (AP/Chad Sharman)

Selain Somalia, Chad terlebih dahulu telah mengalami masalah serupa.

Di Chad, kekeringan terus-menerus terjadi dan kehadiran hujan yang sulit diprediksi. Hal semacam ini akhirnya menyebabkan petani gagal panen.

Negara ini telah berjuang melawan krisis kelaparan selama bertahun-tahun. Sekitar sepertiga dari populasi mengalami kekurangan gizi kronis dan 40 persen anak di bawah lima tahun menjadi kerdil.

Konflik di wilayah itu telah menyebabkan ratusan ribu pengungsi dari Nigeria, Republik Afrika Tengah, dan Sudan yang memasuki Chad. Kesemua pencari suaka itu pun membutuhkan bantuan makanan darurat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya