Jerman Kekurangan Guru Pencak Silat

Semakin banyak orang Jerman yang kenal dan bermain pencak silat. Turnamen Berlin Open 2019, misalnya, mempertemukan para pesilat dari seluruh negeri.

diperbarui 25 Feb 2019, 09:01 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2019, 09:01 WIB
Wewey Wita
Pesilat Indonesia Wita Wewey melakukan selebrasi pada final pertandingan pencak silat Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (29/8). Wita berhasil meraih emas. merdeka.com/imam buhori

Berlin - Boris Sebastian Gurtler sudah aktif berpencak silat selama 35 tahun. Menurut dia, keanekaragaman dalam seni bela diri ini merupakan hal yang unik.

"Kombinasi dari keanggunan dan pertarungan membuat pencak silat sangat memikat," ujar Presiden Persatuan Pencak Silat Jerman (PSUD) di Berlin," ujarnya seperti dikutip dari DW, Senin (25/2/2019).

Di awal tahun ini, PSUD menggelar turnamen Pencak Silat Berlin Open 2019. Acara yang akan diadakan setiap tahun ini diikuti oleh hampir 100 pesilat dari berbagai perguruan Jerman dan Belanda.

Anak-anak berusia 4 tahun sampai orang dewasa berusia 49 tahun berkompetisi dalam acara yang diadakan untuk kedua kalinya.

Boris Gurtler menyatakan sangat senang dengan antusiasme para peserta dalam pertandingan ini, terutama banyaknya peserta dari kelas anak-anak. "Mereka adalah tokoh masa depan yang akan melanjutkan estafet pelestarian budaya pencak silat di Eropa," ujarnya.

Sejak Boris Gurtler memulai page-nya di Facebook yang bernama Pencak Silat – Germany, permintaan untuk belajar pencak silat kepada PSUD juga semakin melonjak.

"Kami bahkan kesulitan untuk menemukan cukup banyak pelatih untuk para peminat baru ini," kata Gürtler. Tahun ini PSUD sedang mengusahakan agar tiga guru besar dari Yogyakarta datang ke Jerman, tetapi kendala birokrasi masih merintangi rencana ini.

Dukungan kepada para pemain pencak silat Eropa diberikan oleh Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, yang hadir di acara Berlin Open 2019  tersebut.

Menurut dia, "Jika turnamen pencak silat di Eropa, pesertanya seharusnya hanya dari Eropa saja. Kalau peserta dari Asia juga ikut, nanti peserta dari Eropa jadi kalah saing. Kita harus bisa legawa memberikan kesempatan bagi peserta Eropa untuk menjuarai turnamen seperti ini. Hal tersebut akan meningkatkan ownership mereka terhadap pencak silat."

Memang, Boris Gurtler mengakui, orang Jerman lebih unggul secara fisik karena mereka lebih tinggi sehingga mereka umumnya lebih kuat. "Tetapi orang Indonesia biasanya lebih lincah dan gesit," ucapnya.

Dengan adanya kegiatan turnamen yang terintegrasi di berbagai kawasan di Eropa, diharapkan Dubes Havas, akan terbentuk komunitas pencak silat yang lebih besar. Berlin Open yang diselenggarakan PSUD pada musim dingin dapat melengkapi turnamen Federasi Pencak Silat Belgia (BPSF) yang diselenggarakan setiap musim panas.

Boris Gurtler juga mempunyai impian sendiri bagi dunia persilatan. "Pencak Silat Eropa saya harap akan tumbuh mandiri seperti sebatang pohon, sehingga bisa menjadi hutan yang penuh warna ketika bertemu dengan akar Indo-Melayu-nya."

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya