Liputan6.com, Madrid - Otoritas hukum Spanyol telah menyebut bahwa seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Adrian Hong, sebagai dalang dalam serangan terhadap Kedutaan Besar Korea Utara di Madrid pada 22 Februari lalu.
Hong diketahui telah lama mendesak perubahan rezim di Korea Utara, yang menurutnya, memiliki sumber keuangan tidak transparan, demikian sebagaimana dikutip dari Korea Times pada Senin (1/4/2019).
Pengadilan Nasional Spanyol mengidentifikasi pemimpin kelompok yang menyerbu kedutaan Korea Utara, serta mencuri catatan dan komputer di sana pada 22 Februari, adalah seorang warga negara Meksiko berusia 35 tahun, Adrian Hong Chang.
Advertisement
Baca Juga
Menurut pengadilan, ia menggunakan nama "Matthew Chao" ketika berada di Madrid, memesan angkutan Uber dengaan nama "Oswaldo Trump", dan memimpin kelompok berisi sepuluh orang yang menyerbu kedubes Korea Utara pada 22 Februari 2019, menggunakan pisau dan senjata api palsu.
Setelah serangan tersebut, tersangka diduga terbang ke New York dan tidak terdengar lagi sejak itu. Di Amerika Serikat, ia menggunakan nama Adrian Hong.
Hong diketahui sebagai sosok yang cukup fasih berbahasa Korea, serta memiliki pengetahuan terperinci tentang politik dan ekonomi Korea Utara.
Pada tahun 2005, Hong dan beberapa rekannya mendirikan kelompok Liberty in North Korea (LiNK) yang berpusat di California, di mana memmiliki misi untuk membantu warga keluar dari Korea Utara.
Pada Desember 2006, ia ditangkap bersama dengan dua pekerja lapangan lainnya di China ketika berusaha membantu enam warga Korea Utara melarikan diri dari negara mereka.
Ia dibebaskan setelah ditahan selama 10 hari.
Tetapi tidak lama setelah itu, Hong meninggalkan LiNK dan mulai berkampanye untuk hak asasi manusia dan perubahan rezim di Pyongyang, menghadirkan dirinya sebagai kepala eksekutif sebuah konsultan bernama Pegasus Strategies LLC.
Perusahaan itu dideskripsikan sebagai "sebuah inisiatif yang menggunakan teknologi mutakhir untuk menembus masyarakat tertutup, dan memberdayakan orang-orang di negara-negara terkait."
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Korea Utara Bereaksi
Pada Minggu 31 Maret, Korea Utara menggambarkan serangan terhadap kedutaan besarnya di Madrid, Spanyol, sebagai "serangan teroris besar" dan mendesak penyelidikan terhadap para pelaku.
Sekelompok pria bersenjata masuk ke Kedubes Korea Utara di Madrid pada 22 Februari, dan menghajar karyawan setempat, sebelum melarikan diri dengan dengan membawa dokumen dan perangkat komputer, lapor The Guardian.Â
Insiden itu terjadi hanya beberapa hari sebelum pertemuan kedua antara Kim Jong-un dan Donald Trump di Hanoi, yang akhirnya gagal mencapai kesepakatan.
Dalam komentar resmi pertama tentang serangan tersebut, Korea Utara menyebut kemungkinan keterlibatan AS, dan meminta pihak berwenang Spanyol untuk membawa "teroris dan pelaku lainnya ke pengadilan".
"Sebuah serangan teroris besar-besaran terjadi pada 22 Februari, di mana sebuah kelompok bersenjata menyerang kedutaan DPRK di Spanyol," seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan kepda kantor berita KCNA.
"Kami berharap pihak berwenang yang terkait di Spanyol ... melakukan penyelidikan atas insiden tersebut secara bertanggung jawab," lanjut pernyataan itu.
Investigasi atas serangan tersebut masih berlangsung di Madrid.
Advertisement