Topan Kenneth Hantam Mozambik, 5 Orang Tewas

5 orang di Mozambik dilaporkan tewas lantaran terdampak Topan Kenneth.

oleh Afra Augesti diperbarui 29 Apr 2019, 07:01 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2019, 07:01 WIB
Ilustrasi topan terbentuk (NASA/AP)
Ilustrasi topan terbentuk (NASA/AP)

Liputan6.com, Maputo - Topan Kenneth menerpa Mozambik utara pada Minggu, 28 April 2018 waktu setempat, dengan membawa hujan lebat yang membanjiri sebagian ibu kota provinsi negara tersebut.

Badai telah menewaskan sedikitnya lima orang sejauh ini, kata otoritas lokal, yang dikutip dari New York Times, Senin (29/4/2019).

Hal itu mendorong pemerintah setempat untuk melakukan evakuasi kepada penduduk yang terdampak, namun upaya penyelamatan --untuk mencapai daerah-daerah terpencil-- mengalami kendala lantaran kondisi cuaca ekstrem.

Banyak jalan raya yang tersapu arus banjir dan tim penyelamat mengatakan, mereka bisa mencapai beberapa daerah yang terkena dampak buruk hanya dengan helikopter.

Guyuran hujan paling deras terjadi di Pemba, ibu kota Provinsi Cabo Delgado, yang lumpuh total. Sementara itu, 4.500 orang dilaporkan mencari perlindungan di pusat-pusat pengungsian.

Ini adalah topan terkuat yang pernah melanda Mozambik, lima pekan setelah Badai Idai menghancurkan banyak sektor, kata para ahli meteorologi.

Ahli cuaca di Meteo-France memperingatkan bahwa Topan Kenneth dapat memicu gelombang setinggi lima meter di pesisir Mozambik.

Nabela Moreira, yang memiliki pondok di pantai Wimby di kota pelabuhan dan ibu kota provinsi Pemba, mengatakan kepada AFP: "Saya belum pernah melihat yang seperti ini dalam 15 tahun saya tinggal di sini."

Lembaga Penanggulangan Bencana Nasional Mozambik setempat mengatakan akan merelokasi peralatan penyelamat, termasuk kapal dan helikopter dari Kota Beira, yang hancur oleh hantaman badai Idai.

Selain itu, beberapa pihak juga telah memperingatkan bahwa Tanzania selatan bisa terkena dampak, tetapi jalur badai tampaknya cenderung ke selatan.

 

 

Angin Kencang

Ilustrasi topan (iStock)
Ilustrasi topan (iStock)

"Situasi agak mengkhawatirkan saat ini," tutur Saviano Abreu, juru bicara PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan --yang mengatakan dari Pemba.

Déborah Nguyen, juru bicara Program Pangan Dunia, mengatakan dari Pemba, "Ini merupakan tantangan bagi situasi kemanusiaan."

Topan Kenneth, yang mengusung angin berkecepatan 140 mil per jam, dilaporkan tiba di Mozambik utara pada Kamis malam, 25 April 2019, di wilayah Afrika selatan --yang tidak terbiasa dengan badai seperti itu.

Meskipun mematikan, namun topan Kenneth melemah dengan cepat dan berpindah ke daerah-daerah yang berpenduduk lebih sedikit di utara Pemba.

Topan Kenneth dilaporkan telah memindahkan 163.000 orang, menghancurkan hampir 30.000 rumah dan mengungsikan hampir 24.000 orang ke tempat-tempat perlindungan, menurut Program Pangan Dunia (World Food Program).

 

Trauma Banjir

Banjir
Ilustrasi Foto Banjir (iStockphoto)​

Para pejabat menyatakan keprihatinan mereka dan khawatir hal yang lebih buruk akan terjadi. Mereka trauma dengan banjir bandang yang menewaskan sekitar 600 orang pada bulan lalu di Mozambik tengah.

Tak hanya itu, topan Idai yang membawa hujan deras, menyebabkan dua sungai utama negara tersebut meluap membanjiri kota-kota dan desa-desa. Peristiwa ini pun berdampak pada banjir yang menggenangi banyak sungai lainnya.

Warga berhari-hari berdiam di atap rumah dan pepohonan.

Dalam beberapa hari terakhir, Mozambik utara telah mencatat, ada delapan kali curah hujan rata-rata untuk periode tersebut, menurut Program Pangan Dunia, dan hujan lebat diperkirakan akan bertahan setidaknya tiga hari lagi.

"Ini adalah situasi dramatis yang mungkin memburuk dalam beberapa hari mendatang," kata Octávio de Sousa, manajer proyek di badan amal CARE Mozambique.

Tim dari badan amal itu berhasil untuk mendapatkan akses ke salah satu daerah yang paling parah dilanda badai pada hari Minggu, yakni di Macomia, sebuah distrik di Cabo Delgado, tempat 103.000 orang diyakini terdampak angin ribut.

"Keluarga yang terkena dampak telah kehilangan segalanya," tambah de Sousa. "Rumah mereka benar-benar hancur dan mereka sangat membutuhkan bantuan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya