Konflik dengan Tiongkok Memanas, AS Kirim Kapal Perang ke Laut China Selatan

AS mengirim kapal perang berlayar di Laut China Selatan sebagai tanggapan atas konflik yang kian memanas dengan Tiongkok.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 20 Mei 2019, 15:38 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2019, 15:38 WIB
Kapal perusak milik AS berlayar ke Laut China Selatan (AFP/US Navy)
Kapal perusak milik AS berlayar ke Laut China Selatan (AFP/US Navy)

Liputan6.com, Washington DC - Militer Amerika Serikat (AS) mengklaim bahwa salah satu kapal perangnya telah berlayar di dekat gugusan karang Scarborough yang disengketakan di Laut China Selatan.

Menurut banyak pihak, langkah itu kemungkinan akan membuat marah China di tengah beragam konflik yang membelit kedua negara, termasuk perang dagang, sanksi AS, dan isu kemerdekaan Taiwan.

Seorang juru bicara militer setempat kepada kantor berita Reuters, bahwa Kapal Perusak Preble milik AS telah melakukan operasi di Laut China Selatan pada akhir pekan lalu, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Senin (20/5/2019).

"Preble berlayar dalam jarak 12 mil laut dari karang Scarborough yang berada di bawah pengawasan hukum internasional," kata Komandan Clay Doss, juru bicara Armada Ketujuh AS.

Itu adalah operasi militer AS kedua di Laut China Selatan selama bulan April.

Pada hari Rabu, kepala Angkatan Laut AS mengatakan bahwa kebebasan navigasi di Laut China Selatan yang disengketakan, telah menarik perhatian lebih dari yang seharusnya mereka dapatkan.

Militer AS telah lama menempatkan pengaruhnya di seluruh dunia, termasuk wilayah yang diklaim oleh sekutu, di mana hal tersebut terpisah dari pertimbangan politik nasional mereka.

 

 

Isu Kebebasan Navigasi

(ilustrasi) Kapal perang di Laut China Selatan (Intelligence Specialist 1st Class John J Torres)
(ilustrasi) Kapal perang di Laut China Selatan (Intelligence Specialist 1st Class John J Torres)

Operasi pelayaran tersebut adalah kebijakan paling baru AS, dalam apa yang dianggap oleh Gedung Putih sebagai upaya melawan Beijing untuk membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis.

Laut China Selatan, sebagaimana kita ketahui, merupakan perairan di mana Tiongkok, Jepang, dan beberapa angkatan laut Asia Tenggara beroperasi.

Tiongkok mengklaim hampir semua Laut China Selatan sebagai wilayah pertahanan strategisnya, dan seringkali mengecam AS dan sekutunya atas operasi angkatan laut di dekat pulau-pulau yang diduduki Beijing.

Di saat bersamaan, beberapa negara lain di sekitar Laut China Selatan turut mengklaim hak operasinya, seperti Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

 

AS-China Berulang Kali Terlibat Konflik

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Tiongkok dan AS telah berulang kali terlibat konflik strategis terkait okupasi Beijing atas persilangan jalur pelayaran Laut China Selatan, dengan membangun instalasi militer di pulau-pulau buatan dan terumbu karang setempat.

China berdalih bahwa pembangunan tersebut diperlukan untuk pertahanan diri, dan mengatakan AS bertanggung jawab dalam meningkatkan ketegangan di wilayah itu.

Beberapa hal yang paling membuat marah China saat ini adalah ketika AS mengirimkan kapal perang dan pesawat militer ke pulau-pulau yang diklaim Beijing.

Bulan lalu, kepala angkatan laut China kembali menegaskan bahwa kebebasan navigasi tidak boleh digunakan untuk melanggar hak-hak negara lain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya