Pertemuan Wina jadi Kesempatan Terakhir Selamatkan Perjanjian Nuklir Iran?

Pertemuan antara Iran dan pada penandatangan kesepakatan nuklir 2015 disebut kesempatan terakhir untuk menyelamatkannya, benarkah?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 28 Jun 2019, 15:52 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2019, 15:52 WIB
Ilustrasi nuklir Iran
Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Liputan6.com, Wina - Pemerintah Iran mengatakan pertemuan hari Jumat di Wina, Austria, antara penandatangan yang tersisa dari perjanjian nuklir, adalah "kesempatan terakhir" untuk menyelamatkan kesepakatan terkait setelah penarikan Amerika Serikat (AS) tahun lalu.

Pertemuan itu juga memperingatkan Iran tidak akan menerima solusi "buatan" untuk melawan sanksi AS, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (28/6/2019).

Kekuatan-kekuatan Eropa terbatas dalam kemampuan mereka untuk melindungi ekonomi Iran dari sanksi-sanksi AS, dan tidak jelas apa yang dapat mereka lakukan untuk memberikan peluang ekonomi yang diinginkan Teheran.

"Saya pikir pertemuan ini dapat menjadi kesempatan terakhir bagi partai-partai yang tersisa ... untuk berkumpul dan melihat bagaimana mereka dapat memenuhi komitmen mereka terhadap Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi seperti dikutip oleh kantor berita nasional setempat, Fars.

Mousavi mengatakan meskipun mendukung sikap Iran dalam beberapa pernyataan, penandatangan yang tersisa --Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia-- telah gagal untuk mengambil tindakan apa pun.

Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi, yang berada di Wina, mengatakan Iran telah kehabisan "kesabaran strategis".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Membahas Implementasi Kesepakatan Nuklir

Mural Aneka Rupa Hiasi Sudut Kota Teheran
Seorang wanita berjalan melewati lukisan mural yang menggambarkan Patung Liberty di sepanjang dinding bekas Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Ibu Kota Teheran, Iran, Sabtu (22/6/2019). (ATTA KENARE/AFP)

Pejabat senior Iran, penandatangan perjanjian nuklir 2015 yang tersisa, dan beberapa kekuatan dunia berkumpul di Wina karena meningkatnya ketegangan di kawasan Teluk.

Pertemuan triwulan berjuluk komisi gabungan itu, yang mempertemukan para pejabat senior dari Iran, Prancis, Jerman, Inggris, Rusia, China dan Uni Eropa, dimaksudkan untuk membahas implementasi kesepakatan nuklir.

"Kami menghadapi konsep yang sangat baru. persenjataan dolar untuk memberlakukan kebijakan mereka (AS) di negara-negara lain, dan itu harus dihentikan," kata Abbas Araghchi, wakil menteri luar negeri Iran, mengatakan di Wina.

Teheran bersikeras ingin menyelamatkan kesepakatan itu dan mendesak Eropa untuk mulai membeli minyak Iran, atau memberi negara itu batas kredit.

Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian itu tahun lalu dan telah menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran untuk melumpuhkan ekonominya.


Ini Permintaan Utama iran ...

Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)
Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)

Permintaan utama Iran dalam pembicaraan di Wina adalah untuk dapat menjual minyaknya pada tingkat yang sama, sebelum AS menarik diri dari perjanjian nuklir bersejarah tahun lalu.

"Apa permintaan kami? Permintaan kami adalah untuk dapat menjual minyak kami dan mendapatkan kembali uang itu. Dan ini sebenarnya adalah keuntungan minimum kami dari kesepakatan tersebut," kata seorang pejabat Iran kepada wartawan dengan syarat anonim.

"Kami tidak meminta orang Eropa untuk berinvestasi di Iran ... Kami hanya ingin menjual minyak kami. Orang Eropa harus membeli minyak dari kami atau memberikan uang (harga) kepada kami," kata pejabat itu.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya