Salah Satu Pemimpin Khmer Merah Kamboja Meninggal di Usia 93 Tahun

Nuon Chea, pemimpin Khmer Merah, meninggal pada usia 93 tahun.

oleh Afra Augesti diperbarui 05 Agu 2019, 07:17 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 07:17 WIB
Khmer Merah
Nuon Chea, wakil pemimpin pasukan Khmer Merah, meninggal pada usia 93 tahun. (AFP)

Liputan6.com, Phnom Penh - Seorang pimpinan ideologi Khmer Merah, Nuon Chea, tutup usia pada umurnya yang ke-93 tahun. Ia adalah seorang pemimpin kunci dari sayap militer Partai Komunis di Kamboja tersebut yang dihukum pada tahun lalu karena genosida.

Dikenal sebagai Brother Number Two, Nuon Chea adalah pemimpin kedua setelah rezim Pol Pot berkuasa dari 1975 hingga 1979.

Sekitar dua juta warga Kamboja diperkirakan tewas selama empat tahun kekuasaan Khmer Merah.

Pada 2018, pengadilan yang didukung PBB, menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup bagi Nuon Chea.

Seorang juru bicara untuk Extraordinary Chambers di Pengadilan Kamboja (ECCC) mengkonfirmasi bahwa Nuon Chea telah mengembuskan nafas terakhirnya di sebuah rumah sakit. Namun, penyebab kematiannya tidak diumumkan.

Setelah menguasai Kamboja pada 1975, paham ideologi Maois yang dibawa oleh Khmer Merah, berusaha memaksa negara itu kembali ke Abad Pertengahan.

Sekitar dua juta warga Kamboja diperkirakan tewas selama empat tahun kekuasaan Khmer Merah. Banyak dari mereka yang meregang nyawa karena kelaparan, wabah penyakit, kerja rodi dan eksekusi -- hampir seperempat dari populasi Kamboja sekarang.

Nuon Chea adalah salah satu pemrakarsa ideologis kebijakan Year Zero tersebut. Demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (5/8/2019).

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Sekilas Tentang Khmer Merah

Rakyat Kamboja Berdoa untuk Peringati Jatuhnya Rezim Khmer Merah
Ratusan tengkorak manusia dan tulang korban rezim Khmer Merah yang diabadikan di Choeung Ek memorial, Kamboja (17/4). Khmer Merah adalah sayap militer Partai Komunis Kamboja yang beraliran Maois. (AP Photo/Heng Sinith)

Khmer Merah adalah sayap militer Partai Komunis Kamboja yang beraliran Maois. Ini dibentuk pada tahun 1968 sebagai cabang dari Partai Rakyat Vietnam dari Vietnam Utara.

Partai tersebut menjadi partai berkuasa di Kamboja (kemudian berganti nama menjadi Kamboja Demokratik) dari tahun 1975 hingga 1979, dipimpin oleh Pol Pot, Nuon Chea, Ieng Sary, Son Sen, dan Khieu Samphan.

Selama Perang Vietnam Kedua (1955-1975) bersekutu dengan Vietnam Utara, Viet Cong, dan Pathet Lao melawan kekuatan anti-komunis yang terdiri dari Vietnam Selatan dan Amerika Serikat.

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Khmer Merah melaksanakan perang gerilya melawan rezim pimpinan Marsekal Lon Nol.

Lon Nol adalah seorang jenderal Kamboja yang menjabat sebagai perdana menteri sebanyak dua kali (1966–1967 dan 1969–1971), serta menduduki posisi menteri pertahanan berulang kali.

Ia memimpin kudeta militer menyerang Pangeran Norodom Sihanouk pada 1970 dan memproklamasikan dirinya sebagai Presiden Republik Khmer yang baru dibentuk, yang memerintah sampai 1975.

Pada April 1975, Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot berhasil menggulingkan kekuasaan Lon Nol dan mendirikan negara Kamboja Demokratik.

Pol Pot hanya memerintah sampai tahun 1979 --bersamaan dengan Nuon Chea, Ieng Sary, Son Sen, dan Khieu Samphan-- karena Vietnam berhasil menginvasi Kamboja pada kala itu.

Seluruh pengikut setia Partai Komunis tersebut kabur ke hutan-hutan di Kamboja, tak terkecuali Nuon Chea, yang melarikan diri ke perbukitan dengan para pendukung Khmer Merah, sampai ia diampuni oleh negara pada tahun 1998 berdasarkan ketentuan perjanjian damai.

Namun, di bawah tekanan internasional melalui PBB, Kamboja akhirnya menangkap para mantan pemimpin Khmer Merah pada 2007.

Nuon Chea dan mantan kepala negara, Kieu Samphan, kemudian dihukum seumur hidup atas tuduhan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pemimpin Khmer Merah lainnya, Kaing Guek Eav --yang dikenal sebagai Kamerad Duch-- juga dijatuhi hukuman seumur hidup oleh pengadilan yang didukung PBB pada 2012.

Selama masa pemerintahan Khmer Merah, terjadi pembunuhan massal terhadap kaum intelektual dan lain-lain (yang kemuian oleh PBB disebut sebagai genosida).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya