Mundur dari Kabinet Donald Trump, Eks Menhan AS: Kami Tak Sepakat Soal Suriah

Mantan menteri pertahanan Amerika Serikat, James Mattis, mengungkap alasannya meninggalkan kabinet Presiden Donald Trump di tengah perjalanan.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 03 Sep 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2019, 16:00 WIB
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis (AP Photo)
Mantan Menteri Pertahanan ASJames 'Jim' Mattis (AP Photo)

Liputan6.com, Washington DC - Mantan menteri pertahanan Amerika Serikat, James 'Jim' Mattis, mengungkap alasannya meninggalkan kabinet Presiden Donald Trump di tengah perjalanan --meski dirinya mengklaim sempat hendak berkomitmen untuk menjabat selama satu periode penuh.

Mattis beralasan bahwa ada sejumlah perbedaan pendapat antara dirinya dengan Donald Trump.

Ketidakselarasan pandangan mencapai titik puncaknya ketika sang presiden mengumumkan rencana penarikan pasukan AS dari Suriah yang dilanda perang saudara dan asimetris akibat ISIS. Purnawirawan jenderal Marinir AS itu mengaku tidak setuju.

Mattis beralasan, "kita perlu mempertahankan pengaruh yang cukup di sana sehingga kita tidak melihat hal yang sama yang terjadi ketika kita menarik diri dari Irak," ujarnya dalam sebuah program wawancara dengan CBS News, seperti dikutip dari CNN, Selasa (3/9/2019).

'The Mad Dog' --julukan Mattis saat masih berseragam militer-- juga berargumen bahwa "menarik diri dari Suriah akan merusak upaya AS melawan ISIS dan akan mengkhianati sekutu yang selama ini berperang bersama Amerika," di sana.

"Inilah bagaimana saya melihat kekuatan Amerika - bahwa kita menjaga aliansi kita bersama, dan menjaga mereka tetap erat," katanya.

Penekanan Mattis tentang pentingnya menjaga aliansi menggemakan sentimen yang dia ungkapkan dalam surat pengunduran dirinya.

Dia juga menggarisbawahi masalah lain soal kebijakan AS pada era presidensi Donald Trump dalam bukunya yang akan datang, Call Sign Chaos: Learning to Lead.

Simak video pilihan berikut:

Mengundurkan Diri

Menlu Retno Marsudi Bertandang ke Pentagon
Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Norman Mattis menjawab pertanyan awak media saat menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi di Pentagon, Senin (26/3). (AP/Jacquelyn Martin)

Mattis mengundurkan diri sebagai menteri pertahanan AS pada Desember 2018, mengutip perbedaan kebijakan yang tidak dapat direkonsiliasi dalam surat kepada Presiden Trump.

Mattis secara luas dianggap sebagai pilar stabilitas dalam pemerintahan Trump yang semula kacau, dan pengunduran dirinya mengejutkan banyak orang di Washington.

Trump mengabaikan saran dari sekutu dan pejabat terkait rencananya untuk menarik pasukan AS dari Suriah. Dia bertemu dengan reaksi kongres bipartisan, dan bahkan beberapa sekutu Partai Republik, dan mereka justru memperingatkan bahwa keputusan itu adalah kesalahan besar.

Mereka yang berhati-hati terhadap penarikan pasukan AS dari Suriah secara cepat dan segera --termasuk Mattis-- adalah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, menurut orang-orang yang akrab dengan diskusi tersebut.

Mattis mengatakan kepada CNN pada bulan Februari bahwa dia tidak setuju dengan keputusan Trump untuk menarik pasukan keluar dari Suriah dan memperingatkan bahwa kelompok teror itu masih jauh dari kalah.

'Call Sign Chaos' --nama sandinya saat di Marinir AS-- mengatakan bahwa dia "jujur dan berterusterang" dengan Trump mengenai "alasan kami berpisah."

Dia mengatakan belum berbicara dengan Trump sejak mengundurkan diri.

Mattis mengatakan kepada CBS News bahwa dia tidak akan "berbicara buruk" tentang presiden yang sedang menjabat saat ini, tetapi mengatakan Trump adalah "Presiden yang tidak biasa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya