Bukan Jupiter, Kini Saturnus Jadi Planet dengan Bulan Terbanyak

Tak hanya Jupiter, kini Saturnus juga dikenal sebagai planet dengan bulan yang banyak.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 08 Okt 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2019, 18:35 WIB
Saturnus
Ilustrasi Saturnus (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti asal Amerika Serikat menemukan bahwa Saturnus mulai menyusul Jupiter sebagai planet dengan jumlah bulan terbanyak. Kelompok peneliti menemukan adanya 20 bulan baru yang mengorbit pada planet bercincin itu, membuat jumlah totalnya menjadi 82 sedangkan Jupiter memiliki total 79 satelit.

Dilansir dari BBC, Selasa (8/10/2019), keberadaan bulan ditemukan melalui penglihatan menggunakan teleskop Subaru di Maunakea, Hawaii. Masing-masing dari penemuan baru tersebut mengorbit di sekitar planet Saturnus dengan ukuran diameter sekitar 5 km, 17 diantaranya mengorbit ke arah yang berlawanan.

Hal ini dikenal sebagai arah retrogade atau "berbalik arah". Tiga bulan lainnya mengorbit ke arah yang sama dengan Saturnus, dikenal sebagai arah progade.

Dua di antaranya membutuhkan waktu selama dua tahun untuk berkeliling mengitari planet bercincin tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kalahkan Jupiter

Saturnus
Foto terakhir Planet Saturnus yang dibidik Cassini. (Foto: NASA Jet Propulsion Laboratory)

Dr Sheppard mengatakan bahwa Jupiter telah menjadi planet dengan jumlah bulan terbanyak sejak akhir 1990. 

Ia menambahkan bahwa tim observasi menilai bahwa kemunculan bulan tersebut disebabkan oleh interaksi antara asap dan debu. Ini merupakan komet ataupun asteroid yang lewat.

"Kami pikir itu merupakan bulan dari Saturnus, namun kali belum bisa mendapatkan seluruh orbit untuk menentukannya," ujarnya selaku salah satu tim observasi bersama dengan dua orang lainnya yaitu David Jewitt dari Universty of California, Los Angeles (UCLA) dan Jan Kleyna dari University of Hawaii. 

Dr Sheppard juga mengatakan bahwa kemungkinan masih banyak lagi bulan yang akan ditemukan di sekitar planet Saturnus. Namun, para ahli astrologi membutuhkan teleskop dengan ukuran yang lebih besar untuk dapat menemukan satelit dengan ukuran yang lebih kecil.

Tim observasi tersebut juga telah mengadakan sebuah kompetisi untuk menamai bulan yang baru ditemukan tersebut. Nama yang diberikan harus berasal dari nama raksasa Norse, Gallic ataupun mitologi Inuit. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya