Donald Trump: Perang Turki-Suriah Bukan Urusan Kami

Donald Trump menegaskan keputusan AS untuk tidak ikut campur dalam masalah perang Turki dan Suriah.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 17 Okt 2019, 11:58 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2019, 11:58 WIB
Berkunjung ke Arab Saudi, Trump Disambut Langsung Raja Salman
Presiden AS Donald Trump saat tiba di Bandara Internasional Raja Khalid di Riyadh (20/5). Kunjungan ini akan membicarakan perjanjian politik dan perdagangan serta dukungan atas perang melawan para militan. (AFP/Saudi Royal Palace/Bandar Al-Jalou)

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Donald Trump mengatakan bahwa serangan Turki ke Suriah "bukanlah kapasitas kami", dan menyebut bekas sekutu AS, Kurdi "bukan malaikat".

AS menghadapi kritikan keras karena menarik pasukannya dari Suriah, dimana beberapa orang mengatakan bahwa keputusan tersebut sama saja dengn memberi lampu hijau bagi Turki untuk melancarkan serangan lintas perbatasan terhadap pasukan pimpinan Kurdi.

Trump mengatakan kepada salah seorang wartawan di Gedung Putih bahwa AS "bukanlah agen kepolisian".

"Sudah saatnya kita pulang," katanya.

Dewan Perwakilan Rakyat AS memberikan suara besar untuk menolak keputusan penarikan pasukan AS dari Suriah oleh presiden, dengan Demokrat dan sesama Republik Trump yang menyetujui langkah tersebut.

Ketua DPR Nancy Pelosi kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa Trump mengalami "kehancuran" selama pertemuan dengan para pemimpin kongres tentang Suriah, yang akhirnya ditinggalkan oleh politisi Demokrat setelah presiden diduga memanggilnya "politisi kelas tiga," menurut Senator Chuck Schumer.

Sementara itu, Trump mengarahkan tuduhan yang sama kepada Pelosi.

Turki melancarkan serangan di bagian utara Suriah seminggu yang lalu untuk mendorong kembali anggota milisi Kurdi Suriah dari perbatasan yang disebut Unit Perlindungan Rakyat (YPG). Selain itu, mereka juga bermaksud menciptakan "zona aman" di sepanjang sisi perbatasan Suriah, di mana dua juta Pengungsi Suriah dapat dimukimkan kembali.

Operasi militan Turki terjadi setelah Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari daerah tersebut.

Pasukan yang dipimpin Kurdi telah menjadi sekutu utama AS dalam perang melawan Negara Islam di Suriah dan ada kekhawatiran destabilisasi yang dapat menyebabkan kebangkitan militan.

 

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perkataan Donald Trump

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), bersama istrinya Melania Trump (kiri) sesaat sebelum turun dari pesawat kepresidenan Air Force One (AFP/Saul Loeb)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), bersama istrinya Melania Trump (kiri) sesaat sebelum turun dari pesawat kepresidenan Air Force One (AFP/Saul Loeb)

Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa presiden mengatakan operasi Turki di Suriah "bukan masalah kami". Bahkan, Trump mengatakan: "Mereka memiliki masalah di perbatasan. Itu bukan perbatasan kita. Kita seharusnya tidak ikut kehilangan nyawa karena terlibat di sana."

Trump mengatakan dia melihat situasi di perbatasan Turki-Suriah sebagai "strategi yang brilian" bagi AS.

"Pasukan kita ada di luar sana. Mereka benar-benar aman. Mereka harus menyelesaikannya. Mungkin mereka bisa melakukannya tanpa bertempur," katanya.

"Kami mengawasi dan kami sedang bernegosiasi dan berusaha membuat Turki melakukan hal yang benar, karena kami ingin menghentikan perang,"

Presiden juga mengatakan bahwa Kurdi "bukan malaikat".

"Mereka berkelahi dengan kami. Kami mengeluarkan banyak uang bagi mereka untuk perang dengan kami, dan tidak apa-apa," katanya.

"Mereka melakukannya dengan baik ketika mereka bertarung dengan kami. Sebaliknya mereka justru menjadi tidak baik ketika tidah berperang dengan kami," tambahnya.

Trump menambahkan bahwa Partai Pekerja Kurdistan (PKK) - kelompok pemberontak yang memperjuangkan otonomi Kurdi di Turki, "mungkin lebih buruk dalam hal teror dan merupakan sebuah ancaman teroris dalam banyak hal daripada" Negara Islam lainnya.

Presiden Trump juga mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak memberikan "lampu hijau" bagi Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan untuk melakukan operasi militan itu. Pendirian kerasnya itu terlihat ketika dia menulis "surat yang sangat kuat" kepada Erdogan setelah berbicara dengannya di telepon tentang serangan itu.

Pada hari Rabu, sebuah surat dirilis pada tanggal 9 Oktober, hari dimana Turki meluncurkan ofensif , Trump menuliskan kepada Presiden Erdogan: "Jangan menjadi pria yang keras. Jangan bodoh!"

"Anda tidak ingin bertanggung jawab atas pembantaian ribuan orang, dan saya tidak ingin bertanggung jawab dalam kehancuran ekonomi Turki - dan saya benar-benar akan melakukannya," kata surat itu.

Konteks Pernyataan Trump

Gedung Putih (White House)
Gedung Putih (White House)

Turki menilai milisi YPG sebagai perpanjangan dari PKK.

AS telah menetapkan PKK sebagai organisasi teroris asing dan Specially Designated Global terrorist Entity (Entitas Teroris Global Khusus yang Ditunjuk). AS sebelumnya telah mengakui hubungan antara PKK dan YPG, tetapi menolak pernyataan Turki bahwa YPG adalah perpanjangan dari PKK.

YPG mendominasi aliansi milisi Kurdi dan Arab yang disebut Pasukan Demokrat Suriah (SDF), yang telah mendorong kelompok Negara Islam (IS) keluar dari seperempat Suriah selama empat tahun terakhir dengan bantuan serangan udara oleh AS yang memimpin koalisi multinasional.

Pada hari Minggu, setelah pasukan AS mulai menarik diri dari wilayah itu dan pasukan pimpinan Turki memperoleh keuntungan, Kurdi menyepakati kesepakatan dengan pemerintah Suriah agar tentara Suriah dikerahkan di perbatasan untuk membantu mengusir serangan Turki.

Wakil Presiden Mike Pence dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuju ibukota Turki, Ankara, untuk bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

AS mengumumkan sanksi terhadap Turki pada hari Senin. Trump mengancam akan menggunakan sanksi untuk memberi dampak bagi ekonomi Turki dalam upaya untuk menghentikan serangan mereka.

Pada hari Rabu, juru bicara Presiden Turki Erdogan mengatakan kementerian luar negeri negara itu sedang mempersiapkan sanksi balasan terhadap AS.

Turki telah berjanji untuk melanjutkan tindakan ofensifnya, dan telah menolak untuk bernegosiasi dengan para militan Kurdi.

Kondisi Terkini Suriah-Turki

Perang Turki Vs Kurdi Suriah. (AFP PHOTO/NAZEER AL-KHATIB)
Perang Turki Vs Kurdi Suriah. (AFP PHOTO/NAZEER AL-KHATIB)

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan pada hari Rabu bahwa pasukan Suriah dan Rusia telah memasuki kota perbatasan Kobane, menyusul kesepakatan antara Kurdi dan Damaskus setelah serangan Turki.

Para warga sipil dilaporkan telah tewas dalam operasi militan yang terjadi dan setidaknya 160.000 telah meninggalkan daerah itu, menurut PBB.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB sekali lagi meminta Turki untuk menghentikan serangannya.

Pasukan Turki dan pejuang anti-pemerintah pro-Turki juga telah berkumpul di dekat kota Manbij.

Selama dua tahun terakhir, ratusan tentara AS terlihat berpatroli di kota itu, tetapi mereka telah meninggalkan Turki pada minggu ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya