8-11-1939: Adolf Hitler Lolos dari Percobaan Pembunuhan oleh Anti-Nazi

Pada 8 November 1939, sebuah bom meledak tepat setelah Pemimpin Nazi Adolf Hitler selesai memberikan pidato dalam perayaan ulang tahun ke-16 Beer Hall Putsch yang menandai upaya kudeta gagal Hitler dan NSDAP terhadap Republik Weimar.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 08 Nov 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2019, 06:00 WIB
Adolf Hitler (AP)
Adolf Hitler (AP)

Liputan6.com, Berlin - Pada 8 November 1939, sebuah bom meledak tepat setelah Pemimpin Nazi Adolf Hitler selesai memberikan pidato dalam perayaan ulang tahun ke-16 Beer Hall Putsch yang menandai upaya kudeta gagal Hitler dan NSDAP terhadap Republik Weimar.

Ajaib, diktator fasis itu tidak terluka sedikitpun dalam insiden tersebut, demikian seperti dikutip dari History.com, Jumat (9/11/2019).

Hitler telah membuat ritual tahunan pada peringatan upaya kudeta 1923-nya yang terkenal, (perebutan kekuasaan pertama Hitler yang berakhir dengan penahanannya dan penghancuran Partai Sosialis Nasional NSDAP), dengan mengubah pengikutnya sesuai visinya tentang masa depan Tanah Air.

Pada 8 November 1939, Hitler berbicara dengan anggota partai Old Guard Nazi Jerman, para murid dan tentara yang setia kepada Hitler dan partai fasisnya sejak hari-hari awal berdirinya.

Hanya 12 menit setelah Hitler meninggalkan aula, bersama dengan para pemimpin penting Nazi yang menemaninya, sebuah bom meledak, yang dikeluarkan di pilar di belakang platform pembicara. Tujuh orang terbunuh dan 63 terluka.

Simak video pilihan berikut:

Inggris Dijadikan Dalang dalam Propaganda Nazi

20170124-Museum-Perang-Dunia-II-Polandia-AP
Pengunjung melintas dilorong bergambarkan bendera Nazi dan Soivet di Museum Perang Dunia 2 di Gdansk, Polandia, 23/1). Museum ini satu-satunya yang merekam sejarah Polandia saat Perang Dunia II. (AP/Czarek Sokolowski)

Keesokan harinya, koran resmi Partai Nazi, Voelkischer Beobachter, secara jujur ​​menyalahkan agen rahasia Inggris, bahkan menuduh Perdana Menteri Neville Chamberlain sebagai dalang.

Karya propaganda ini adalah upaya untuk membangkitkan kebencian simpatisan Nazi Jerman kepada Inggris dan membuat rakyat Jerman menjadi hingar-bingar untuk perang.

Tetapi anggota-anggota Partai Nazi tahu lebih baik --mereka tahu upaya pembunuhan itu kemungkinan besar adalah hasil dari konspirasi militer Republik Weimar anti-Nazi Jerman.

Dalam skema yang cerdik untuk mengalihkan tuduhan, sambil berupaya mendekati konspirator yang sebenarnya, Heinrich Himmler, kepala Gestapo, mengirim bawahannya, Walter Schellenberg, ke Belanda untuk melakukan kontak dengan agen-agen intelijen Inggris.

Alasan pertemuan itu adalah untuk mendapatkan jaminan dari Inggris bahwa jika terjadi kudeta anti-Nazi, Inggris akan mendukung rezim baru.

Agen-agen Inggris sangat ingin mendapatkan informasi apa pun yang mereka dapat tentang gerakan anti-Hitler yang dikabarkan tumbuh dalam militer Jerman.

Sementara itu, Walter Schellenberg, yang menyamar sebagai "Mayor Schaemmel" turut mengejar informasi yang diterima intelijen Inggris mengenai konspirasi dalam jajaran militer Jerman.

Tetapi Himmler menginginkan lebih dari sekadar dialog, dia menginginkan agen-agen Inggris itu sendiri.

Maka pada 9 November, tentara SS Jerman di Belanda diculik. Dengan bantuan Schellenberg, dua agen Inggris, Payne Best dan RH Stevens, memasukan dua tentara SS itu ke dalam Buick dan membawa mereka melintasi perbatasan ke Jerman.

Himmler sekarang dengan bangga mengumumkan kepada publik Jerman bahwa dia telah menangkap para konspirator Inggris. Orang yang benar-benar menanam bom atas perintah mereka dinyatakan sebagai Georg Elser, seorang komunis Jerman yang mencari nafkah sebagai tukang kayu.

Meskipun tampaknya sudah pasti bahwa Elser menanam bom, siapa yang menghasutnya masih belum jelas, baik antara itu militer Jerman anti-Nazi atau intelijen Inggris.

Ketiga konspirator itu (dua pasukan SS dan Georg Elser) menghabiskan masa penahanan di kamp konsentrasi Sachsenhausen.

Namun, Elser kemudian dibunuh oleh Gestapo pada 16 April 1945 --jadi dia tidak akan pernah bisa menceritakan kisah sebenarnya.

Di sisi lain, Ado Hitler tidak berani mengambil risiko mengadili mereka di depan umum, karena ada terlalu banyak celah mencurigakan dalam kisah "resmi" yang dirancang oleh propaganda Nazi Jerman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya