AS: Venezuela dan Kuba Biang Kerusuhan di Amerika Selatan

Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuduh Venezuela dan Kuba memicu kerusuhan di sejumlah negara Amerika Selatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Nov 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2019, 08:00 WIB
Unjuk rasa di Venezuela
Seorang pengunjuk rasa membentangkan bendera Venezuela (AP Photo/Ariana Cubillos)

Liputan6.com, Washington DC - Pemerintah Amerika Serikat (AS), Rabu 27 November 2019, menuduh Venezuela dan Kuba memicu kerusuhan di sejumlah negara Amerika Selatan.

Elliot Abrams, pejabat yang memimpin usaha AS untuk menggulingkan pemerintahan Venezuela pimpinan Nicolas Maduro, mengatakan Venezuela dan Kuba menggunakan media sosial dan cara-cara lain untuk menciptakan kekacauan.

"Ada makin banyak bukti [menunjukkan] bahwa pemerintah Venezuela dan Kuba berusaha memperburuk situasi di Amerika Selatan," kata Abrams kepada wartawan, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (29/11/2019).

Ia menunjuk pada pengusiran 59 warga Venezuela oleh pemerintah Kolombia karena ikut berdemonstrasi menentang Presiden Ivan Duque. Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo, Rabu (27/11), berbicara melalui telepon dengan Presiden Duque. Pompeo menyambut usaha Duque mengadakan dialog nasional untuk meredakan ketegangan di dalam negeri.

Pompeo menegaskan lagi dukungan kuat Amerika atas pemerintah Kolombia yang sedang berusaha mencari penyelesaian dalam kemelut itu, kata juru bicara Departemen Luar Negeri.

Pejabat AS sebelum ini juga menuduh bahwa Venezuela terlibat dalam demo-demoang telah mengguncang Ekuador dan Chile.

Kendati banyaknya kekacauan di dalam negeri, Maduro masih tetap berkuasa di Venezuela dan mendapat dukungan dari China dan Rusia. Kedua negara besar itu menuduh Amerika berusaha melancarkan kudeta di Venezuela.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


6 Negara Amerika Selatan Sedang Bergolak, Ini Sejumlah Faktor Penyebabnya

Pembubaran Prosesi Pemakaman Korban Tewas Bentrok Bolivia
Demonstran antipemerintah mengantar jenazah orang yang tewas dalam bentrokan antara pasukan keamanan dengan pendukung mantan Presiden Evo Morales ke La Paz, Bolivia, Kamis (21/11/2019). (AP Photo/Natacha Pisarenko)

Berita bahwa Presiden Bolivia Evo Morales mengundurkan diri di tengah skandal pemilu menyoroti kenyataan getir tentang Amerika Selatan. Meskipun benua ini telah membuat langkah ekonomi besar dalam beberapa tahun terakhir, kawasan itu sering kali terganggu oleh kerusuhan politik dan sipil.

Dengan lebih dari 425 juta orang, negara-negara Amerika Selatan adalah di antara produsen dan pengekspor daging sapi dan kedelai terbesar di dunia (Brasil), minyak (Venezuela), kopi (Kolombia), anggur (Argentina dan Chili), tembaga (Chili dan Peru) dan gas alam (Bolivia).

Tetapi Amerika Selatan juga telah lama dikenal karena ketidakstabilan politik dan ketegangan kebijakan publik.

Pada abad yang lalu, beberapa negara Amerika Selatan menghadapi kudeta, kediktatoran militer dan pemberontakan sosial.

Kini, sejak beberapa bulan terakhir, kawasan itu telah menunjukkan rangkaian gejolak yang hampir tidak pernah terjadi di masa lalu.

Berikut 6 negara Amerika Selatan yang tengah bergolak, beserta sejumlah faktor penyebab yang memicu instabilitas tersebut, seperti dikutip dari artikel Lenin Cavalcanti Guerra untuk The Conversation, disadur pada Senin (25/11/2019).

Baca di sini...

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya