Iran Kibarkan Bendera Merah di Kota Ulama Usai Qasem Soleimani Tewas, Simbol Apa?

Usai serangan drone Amerika Serikat yang menewaskan Jenderal Qasem Soleimani, bendera merah berkibar di masjid Iran.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 06 Jan 2020, 18:15 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2020, 18:15 WIB
Para pelayat memenuhi jalanan di ibu kota Tehran. Mereka menyambut kedatangan jenazah Qasem Soleimani.
Para pelayat memenuhi jalanan di ibu kota Tehran. Mereka menyambut kedatangan jenazah Qasem Soleimani. (Source: AFP)

Liputan6.com, Qom - Usai serangan drone Amerika Serikat yang menewaskan Jenderal Qasem Soleimani, sebuah pemandangan langka muncul di kota Qom, Iran, yang dikenal sebagai kota sejuta ulama, yakni rakyat setempat mengibarkan bendera merah di masjid. Apa artinya?

Menurut pakar dari Center for Global Policy, Hassan Hassan, pengibaran bendera merah itu memiliki satu makna: perang.

"Iran mengibarkan bendera merah di atas majid di Qom, sebuah pertanda perang besar akan datang," ujar Hassan via Twitter.

Hassan pun menambahkan itu adalah pertama kalinya dalam waktu yang lama masyarakat Iran mengibarkan bendera merah di kota ulama Qom.

Menurut CNN, bendera merah itu dikibarkan di Masjid Jamkaran. Bendera merah itu adalah simbol pembalasan terhadap kematian Husein saat Perang Karbala (680 M).

Husein adalah cucu dari Nabi Muhammad SAW yang memimpin perang melawan kekhalifahan Umayyah di padang Karbala. Husein merupakan sosok penting dalam ajaran Syiah. Ia meninggal di Karbala bersama adik tirinya yang setia, Abbas.

Pihak AS dan Iran sama-sama main ancam. Iran berkata akan membalas AS dengan keras atas serangan drone yang mematikan Jenderal Qasem Soleimani, meski tak menyebut secara spesifik pembalasan yang dimaksud.

Di lain pihak, Presiden Donald Trump berkata sudah mengunci 52 target di Iran untuk diserang bila Iran melakukan retaliasi.

AS menewaskan Jenderal Qasem Soleimani dengan drone karena Soleimani berencana menyerang diplomat-diplomat AS. Pria itu juga dituding biang keladi dari penyerangan kedubes AS pada pekan lalu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Indonesia Bisa Cegah Perang Dunia III AS Vs Iran, Bagaimana Caranya?

20160623- Jokowi Gelar Rapat di Kapal Perang KRI Imam Bonjol 383-Kepri- Setpres
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Menko Polhukam Luhut Panjaitan (kedua kanan) saat berada di atas kapal perang KRI Imam Bonjol 383 di perairan Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (23/6). (Foto: Setpres)

Spekulasi Perang Dunia III muncul pada awal 2020 karena serangan drone Amerika Serikat (AS) ke Jenderal Iran Qasem Soleimani. Soleimani dituding merencanakan penyerangan diplomat-diplomat AS di wilayah Timur Tengah. Pasukan Quds yang dipimpin Soleimani juga sudah masuk radar teroris AS karena kejahatan militernya.

Adu ancaman pun terjadi. Pemerintah Iran berjanji akan balas dendam terhadap AS dan Presiden AS Donald Trump berkata sudah membidik 52 target di Iran yang siap diserang bila Iran melakukan tindakan retaliasi. 

Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana mengatakan, Indonesia punya kesempatan untuk menyetop potensi terjadinya Perang Dunia III yang dipicu konflik AS dan Iran. Indonesia bisa mengusulkan sidang darurat Dewan Keamanan (DK) PBB atas kapasitasnya sebagai anggota tidak tetap sejak Januari lalu.

"Indonesia bisa mengusulkan sidang darurat mengenai permasalahan ini, karena permasalahan ini berpotensi mengganggu perdamaian dan keamanan internasional," ujar Hikmahanto kepada Liputan6.com.

"Kita kan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, kenapa tidak kita menyampaikan usulan tersebut untuk diagendakan untuk dibahas," ia menjelaskan.

Hikmahanto menyadari AS bisa saja melakukan veto terhadap keputusan resolusi DK PBB, namun ia menyebut tetap ada perlu usaha membawa kasus ini ke DK PBB dalam konteks memberikan rasa keadilan ke Iran. Langkah itu disebut bisa membantu menenangkan situasi demi mencegah konflik lebih besar seperti Perang Dunia III.

Apabila Indonesia memutuskan membahas penyerangan Jenderal Soleimani di PBB, maka ada kemungkinan AS melakukan protes. Namun, Hikmahanto menyebut Indonesia tidak perlu waswas, sebab Indonesia berhak bertindak karena merupakan anggota tidak tetap DK PBB.

"Konteksnya adalah kita sebagai anggota Dewan Keamanan PBB jadi ini sebenarnya mekanisme yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konteksinya bukan Indonesia mengajukan ini tapi kita anggota DK boleh mengusulkan. Jadi tidak perlu kemudian nanti AS akan melakukan tindakan atau kita khawatirkan AS akan melakukan tindakan kepada Indonesia," tegas Hikmahanto.

Politisi AS Tidak Kompak

Presiden Donald Trump ketika berbicara di Kellogg Arena terkait pemakzulannya.
Presiden Donald Trump ketika berbicara di Kellogg Arena terkait pemakzulannya. (Source: AP/ Evan Vucci)

Peran masyarakat internasional dinilai penting untuk deeskalasi politik dan mencegah perang dunia III. Hikmahanto juga menyebut Donald Trump mendapat kritikan dari dalam negeri atas penyerangan ini.

"Kecil kemungkinan (Perang Dunia III) karena masih banyak upaya yang bisa dilakukan terutama oleh masyarakat internasional," ujar Hikmahanto. "Belum lagi di dalam negeri Amerika erikat mungkin saja Trump akan mendapat kecaman, dan itu akan membuat Trump bisa saja turun dari jabatannya sebagai presiden," lanjutnya.

Donald Trump tidak memberi tahu senator dan DPR AS sebelum menyerang Soleimani. Keputusan Trump menyerang Soleimani mendapat kecaman dari Partai Demokrat selaku oposisi, namun pujian dari Partai Republik.

Mantan pesaing Donald Trump saat pilpres 2016, Senator Ted Cruz dan Senator Marco Rubio tegas membelas serangan terhadap Soleimani. Rubio berkata sebelum penyerangan Soleimani sedang mengkoordinasikan penyerangan terhadap AS.

"Faktanya adalah Soleimani menghabiskan beberapa hari terakhir berpergian di Timur Tengah untuk mengkoordinasi serangan Iran dan proksi-proksinya terhadap pasukan kita," ujar Rubio seraya mengecam mantan wakil Presiden Joe Biden yang mengkritik Trump.

Beberapa politisi top Partai Demokrat mengkritik keputusan Trump menyerang Jenderal Soleimani karena berpotensi memperparah konflik di Iran sekaligus membuang anggaran untuk perang. Anggota DPR Ilhan Omar turut berkata bahwa aksi Donald Trump bisa berujung perang.

Namun, Senator Ted Cruz berkata justru pemerintahan Obama yang memasukan Soleimani ke daftar teroris. "Berdasarkan Kementerian Pertahanan Obama, Qasem Soleimani adalah seorang teroris yang bertanggung jawab langsung atas pembunuhan lebih dari 500 prajurit AS. Mengapa anggota Kongres Demokrat marah atas kematiannya?" kata Ted Cruz.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya