Militer Iran: Pesawat Ukraina Terbang Masuk Area Sensitif dan Dianggap Ancaman

Pesawat Ukraina yang ditembak oleh militer Iran disebutkan terbang terlalu dekat dengan wilayah sensitif mereka. Peristiwa itu mengakibatkan 176 penumpang tewas.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Jan 2020, 16:23 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2020, 16:23 WIB
Pesawat Ukraina Jatuh di Iran
Orang-orang berdiri di antara puing-puing setelah pesawat Boeing 737 jatuh di dekat Bandara Internasional, Teheran, Iran, Rabu (8/1/2020). Seluruh penumpang pesawat maskapai Ukraina yang membawa 176 orang termasuk kru tersebut dilaporkan tewas. (ROHHOLLAH VADATI / ISNA / AFP)

Liputan6.com, Tehran - Pemerintah Iran akhirnya mengakui bahwa pesawat Boeing 737 milik Ukraina tertembak oleh pihak militer. Penyebabnya adalah faktor human error serta pesawat yang terbang terlalu dekat dengan area sensitif.

Melansir AP News, Sabtu (11/1/2020), pernyataan resmi militer menjelaskan pesawat komersial itu terbang terlalu dekat dengan "pusat militer yang sensitif" sehingga dikira ancaman.

Penembakan terjadi beberapa jam usai Iran menembak pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak. Saat itu, militer Iran berada dalam level kesiapan tertinggi.

"Dalam kondisi demikian, akibat human error dan ketidaksengajaan, pesawatnya tertembak," ujar pernyataan resmi militer Iran.

Pengakuan Iran sesuai dengan analisis pemerintah AS bahwa terjadi ketidaksengajaan yang mengakibatkan pesawat Boeing 737 ditembak.

"Semua indikasi menunjukan bahwa penumpang pesawat jet itu tak sengaja ditembak, kemungkinan besar karena pertahanan udara Iran berada dalam taraf kewaspadaan tinggi ketika mereka meluncurkan rudal-rudal balistik ke basis AS," ujar seorang pejabat AS kepada Time.

Presiden Iran Hassan Rouhani telah meminta maaf akan kejadian ini. Ia berjanji pihak yang bertanggung jawab akan dipersekusi.

"Republik Islam Iran sangat menyesalkan bencana kesalahan ini," ujar Rouhani yang turut menyampaikan duka cita mendalam pada keluarga korban.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Sempat Membantah

Deretan Kantong Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Iran
Tim penyelamat mengumpulkan jasad korban jatuhnya pesawat Boeing 737-800 di Shahedshahr, Iran, Rabu (8/1/2020). Pesawat sempat terbakar di udara sebelum akhirnya jatuh di lahan pertanian. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Iran menolak tudingan bahwa pesawat Boeing 737 milik Ukraina jatuh di Tehran akibat kena misil nyasar. Negara itu pun mengundang negara-negara barat untuk ikut investigasi.

"Apa yang jelas bagi kami dan apa yang kami bisa katakan dengan jelas adalah tidak ada misil yang menghantam pesawat itu," ujar Kepala Organisasi Penerbangan Sipil Iran Ali Abdezadeh seperti dikutip AP News, Jumat, 10 Januari 2020.

"Jika mereka tidak yakin, mereka bisa datang dan mengungkap temuan mereka ke dunia," imbuhnya.

Sejauh ini, Iran telah mengundang pihak Ukraina, Boeing, Amerika Serikat (AS), serta Prancis. Kanada juga meminta untuk dilibatkan.

Kepala tim investigator Iran, Hassan Rezaeifar, mengatakan mengambil data dari bolackbox bisa menghabiskan waktu lebih dari sebulan. Investigasi secara keseluruhan pun bisa memakan setahun.

Iran pun tak menutup kemungkinan meminta pakar internasional untuk mengambil rekaman penerbangan dari blackbox.

Pemerintah AS, Inggris, dan Kanada berkata pesawat Boeing 737 itu tidak sengaja kena rudal Iran. Sekadar catatan, pesawat itu jatuh beberapa jam setelah Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak.

Pada video yang beredar, pesawat itu terbakar di langit Tehran sebelum jatuh dan meledak. Seluruh 176 penumpang tewas.

176 Korban

Pencarian Korban Pesawat Ukraina yang Jatuh di Iran
Tim penyelamat mencari korban pesawat Boeing 737 milik maskapai Ukraina yang jatuh di Shahedshahr, Iran, Rabu (8/1/2020). Pesawat Ukraine International Airlines tersebut dilaporkan mengangkut 176 orang termasuk kru. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Berikut daftar warga negara pesawat Boeing 737 berdasarkan keterangan Menteri Luar Negeri Ukraina Vadym Prystaiko:

- 82 warga Iran

- 63 warga Kanada

- 11 warga Ukraina (termasuk sembilan kru pesawat)

- 10 warga Swedia

- 4 warga Afganistan

- 3 warga Jerman

- 3 warga Britania Raya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya